Hari-hari sekolah rasanya menjadi menyenangkan. Apalagi saat ada keperluan di ruang OSIS. Tanpa ada keperluanpun aku juga sering ke sana, hehehe. Seperti saat ini, begitu bel istirahat berbunyi aku langsung menuju ruang OSIS sambil membawa toples roti.
Ruang OSIS masih sepi, biasanya Kak Nano sebentar lagi akan datang. Jadi kuputuskan untuk piket dulu. Sebagai sekretaris baru aku perlu belajar surat-menyurat, membuat proposal dibimbing oleh Kak Nabila sekretaris I. Kadang juga aku minta dibimbing langsung oleh Kak Nano. Kukira dia bakal marah, dan ternyata dia lembut banget. Tipe softboy!
"Bintang?"
"Eh, Kak Nano." Tuh kan, baru kuomongi dalam hati dia langsung muncul.
"Rajin banget udah bersih-bersih aja."
"Iya, dong," kekehku menutupi salting brutal.
"Sini gue bantu." Kak Nano membuangkan sampah yang sudah kusapu.
"Makasih, Kak." Kami pun memasuki ruangan. "Eh, Kak, cobain cookies buatanku." Aku mengajak duduk di meja rapat.
"Oh ya? Wah, hebat loh. Cookies buatan lo enak," pujinya setelah mencicipi.
"Ehm." Dehaman seseorang membuat kami menoleh ke arah pintu.
"Bil, cobain deh cookies buatan Bintang."
"Oh iya Kak, cobain."
Kak Nabila berjalan ke arah kami dan mencomot satu. "Hmm, enak. Btw, lo cari Pak Jajang loh, No."
"Iya, ini gue mau ke sana." Kak Nano berdiri mengambil proposal di mejanya. "Gue pergi duluan, ya. Thanks Bintang, cookies lo enak."
Aku mengangguk dan mengiringi kepergian Kak Nano.
"Lo suka ya sama Nano?"
"Hah?" Aku menatap Kak Nabila kaget. "Emang kelihatan banget ya, Kak?"
Kak Nabila mengangguk dan tersenyum jahil.
"Kak Nano itu gimana sih, Kak?"
"Ya, kayak yang lo tau. Dia itu kompeten, pintar, bisa diandalkan, dan... ganteng lagi. Boyfriend materials abis, kayak main cast novel."
Aku mengangguk setuju. "Emm, Kak Nano udah punya pacar?"
"Emm, gimana ya jelasin hubungan mereka. Disebut pacar juga bukan, tapi mereka saling bucin. Kayak HTS lah."
Aku sedikit kecewa mengetahui itu. Memang sih Kak Nano itu ganteng selain itu juga Ketua OSIS. Pasti banyak yang mengincarnya dan seleranya pasti gak main-main. "Emang cewek itu siapa, Kak?"
"Adia."
"Adia?" tanyaku sekali lagi.
"Iya, anak kelas 11. Pemegang sabuk hitam karate. Gue saranin jangan cari masalah sama dia," kekeh Kak Nabila.
"Emm, badgirl?"
"Bukan, dia bukan yang suka buli, kok. Sebaliknya, dia yang menjaga teman sekelasnya. Makanya dia sering langganan masuk BK. Dia juga sering kok bantu-bantu di ruang OSIS. Yok, mana surat yang lo bikin kemarin, sini gue cek."
Aku berbalik lesu dan membuka laptop. Kembali larut dalam urusan OSIS sekaligus mengalihkan hatiku yang retak barang sejenak.
***
Malam demi malam silih berganti. Air mata berlinang, berpecah berai dalam kenang. Hening sepi, menyisakan rindu yang tak bertepi. Sang penggembala menjelma menjadi Bintang Altair, bintang paling bercahaya di Konstelasi Aquila. Sang gadis penenun menjadi bintang Vega, berpendar paling terang di konstelasi Lyra. Terpisahkan oleh Milky Way atau Bima Sakti dalam Bahasa Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATERS!
Mystery / ThrillerSPIN OFF 18.5 Boy n Girls Sequel Bani Boediman *** Garis besar: Ditemukan mayat kehabisan darah akibat enam tusukan ditubuhnya. Jangkauan korban semakin variatif dan luas. Tidak peduli dari sekolah kami atau bukan, laki-laki atau perempuan, dari rem...