16. ADIA

1 1 0
                                    

Oke berhubung acara pengintaian kemarin gatot alias gagal total gak menghasilkan apapun yang berakhir dengan menumpuk lemak di perut, aku bertekad buat mengintai Bintang. Bukan, bukan mengikuti dia seharian kayak orang kurang kerjaan. Aku punya cara yang lebih smart yaitu masang alat pelacak. Yah, aku tau tindakan ini emang melanggar privasi, tapi aku kepo banget sama Bintang dan misteri 6 tusukan di perut korban yang kata Kak Nano seperti simbol The Summer Triangle.

Semesta kayaknya juga mendukungku untuk melakukan itu. Hari Jum'at sore ini, sehabis pulang sekolah adalah jadwalnya latihan karate dan senpai yang biasa melatih berhalangan hadir. Akibatnya apa? Aku sebagai senior didapuk melatih para junior-junior hari ini, hahaha. Bukan Adia namanya kalo tidak menyuruh-nyuruh. Tapi bukan berarti aku bertingkah senioritas ya! Cuma sedikit mengajari soal tata krama, hehe.

Setelah menyuruh—maksudnya membimbing para junior untuk push up sebanyak 50 kali, kesempatan ini kumanfaatkan untuk memasang alat penyadap di tas Bintang yang disimpan di belakang bersama tas anggota lain.

Oke, mission completed dan tinggal menunggu hasilnya.

"Kak Adia."

Aku menoleh dan mendapati para junior sedang kelelahan sambil mengatur napas. Aku melangkah beranjak kembali ke mereka.

"Saya kasih waktu 5 menit buat istirahat dan atur napas. Oh iya, hari ini mau latihan apa?"

"Kumite, kak," jawab Bintang.

Kumite adalah istilah fighting di karate atau satu lawan satu masih disertai dengan body protector.

"Aku mau lawan Kak Adia," tambahnya lagi yang disusul dengan riuhan para junior.

Aku tersenyum miring. "Boleh."

Tidak ada larangan kok junior melawan senior di area pertandingan. Tapi jangan harap aku mau menurunkan egoku sedikitpun.

Setelah latihan dasar dan mengulang teknik-teknik kumite, aku dan Bintang sudah memakai body protector masing-masing dan berdiri berhadapan dengan Eliza sebagai wasit.

"Shobu Hajime!"

Pertandingan dimulai. Kami memasang kuda-kuda. Bintang banyak memulai serangan pukulan sampai tendangan yang ku tangkis dengan baik. Untuk permulaan aku akan sedikit mengalah.

"Yame!"

Kata Eliza sebagai tanda jeda pertandingan. Masih sambil dengan napas tersengal aku dan Bintang kembali ke posisi semula.

"Shobu Hajime!"

Pertandingan dimulai lagi. Sama seperti menit pertama, dia banyak menyerang dan aku menangkis.

"Gyaaa!" seruku bersamaan dengan pukulan arah perutnya.

"Yoko!" Eliza memberi tanda tangan ke bawah ke arahku.

"Osh!" Aku membungkuk memberi hormat ke Eliza. Satu poin buatku.

Aku dan Bintang kembali ke posisi awal. Aku tersenyum dalam hati, 30 detik lagi aku bakal habisin dia. Sok-sokan aja ngajak tanding. Minimal naik sabuk dulu, deh.

"Shobu Hajime!"

Bintang memasang kuda-kuda sambil memutariku dengan buas seperti harimau kelaparan. Tanpa aba-aba ternyata dia melempar tendangan ke arah kepalaku.

Oke, bakal kuladenin!

Aku menangkis dengan meraih kakinya dan dengan teknik yang kupelajari aku melayangkan kuncian kaki di lehernya. Gotcha!

"Ippon!"

Nice! Tiga poin buatku. Aku melepaskan kuncian dan membantunya berdiri.

"Re!"

Aku dan Bintang saling menunduk hormat ke Eliza dan hormat satu sama lain. Pertandingan selesai dilanjutkan dengan tepuk tangan para junior.

"Wah, Kak Adia emang keren. Aku mau dong diajarin teknik kuncian tadi," ujar Bintang.

"Boleh, gampang deh itu."

Sore itu latihan berjalan seperti biasanya.

 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HATERS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang