8. ADIA

0 1 0
                                    

Seperti yang direncanakan sebelumnya, kami berlima berboncengan pergi ke lokasi yang diberitahu Kompol Mahendra. Ternyata lokasi yang kami temui adalah sebuah bengkel motor. Tempatnya tidak terlalu kecil dan besar. Tidak terlalu ramai juga hanya ada beberapa orang yang menunggu motornya diservis.

"Cuy." Faza menunjukkan dengan dagunya motor yang kami maksud. Sebuah motor modifikasi khas anak bengkel. Artinya pelaku memang berada di sini.

"Ada yang bisa saya bantu, mbak?" Tanya pemuda umur awal 20-an pada kami.

"Em, kami mau ketemu seseorang," jawab Sita.

"Iya?"

"Masnya tau gak yang punya motor ini?"

"Oh, Mas Anton. Mau saya panggilkan, mbak?"

"Oh, boleh."

"Mas Anton dicari!" Panggil pemuda itu dan dibalas dehaman seseorang.

"Siapa, Din?" Seseorang yang bernama Anton itu berjalan ke arah kami. Tubuh tingginya menjulang di depan kami. Kemungkinan umurnya sekitar 25-an dengan muka bercodet dan rambut gondrong diikat. Bahkan aku bakal percaya, kalo dia ngaku sebagai pelaku.

Seseorang yang dipanggil 'Din' tadi sudah kembali ke pekerjaannya. Sekarang tinggal Si Anton dan kami. Aku meneguk ludah, gak boleh kalah sangar pokoknya.

"Kami diutus dari kepolisian untuk menyelidiki Bapak terkait kasus penusukan di depan SMA 13 dan Pembunuhan di depan kantor pajak," ujar Sita sambil memamerkan kartu tanda pengenal.

Si Gorilla alias Anton kelihatan banget gak percaya sama kami. Karena dibandingkan dengan dia, kami kelihatan bocil banget. Untung kami sudah ganti seragam pake jaket leather.

"Saya gak ngerti dan saya gak percaya dengan bocah ingusan kayak kalian. Sudah main-mainnya, saya mau kembali kerja."

Sebelum Si Gorilla ini berbalik Eliza lebih dulu menahannya. "Tunggu, Om. Kami gak sembarang nuduh, kami punya buktinya."

"Oh ya? Mana?"

Sita membuka ponselnya dan memutar bukti rekaman cctv. "Malam Minggu kemarin pelaku menabrak siswa SMA 13 dan menusuknya dengan 6 tusukan. Kemarin malam ditemukan mayat depan kantor pajak dengan model tusukan yang sama. Apakah pelakunya juga orang yang sama? Dalam rekaman ini Kepolisian menemukan jejak plat motor pelaku. Plat motor ini sama dengan plat motor Anda. Jadi sekarang Anda ikut kami dan beri keterangan di kantor polisi."

"Cih."

"Pak Anton tolong bersikap kooperatif sebelum kami memakai cara lain," tahan Faza.

"Cara lain gimana?"

"Pakai kekerasan mungkin," sahutku santai.

"Kalian nantangin saya?!!"

Aku bergeser kedepan temanku dan menatap Si Gorilla. "Kami hanya mau menjalankan tugas. Biar kita sama-sama enak, mending Bapak ikut kami," ujarku seraya menggenggam erat tangan berototnya. Sumpah aku sampai mengeluarkan seluruh tenaga.

Dan bisa ditebak akan berakhir seperti apa. Si Gorilla gak terima dan terjadi baku hantam. Ketiga temanku memilih mundur, Eliza maju membantuku, orang-orang bengkel tampak maju melerai. Si Gorilla ini beneran kayak orang kesetanan.

BUGH!!

Sial, tubuhku terpelanting jauh saat di tendang sama Gorilla. "ELIZA AWASS!!" teriakku saat Eliza tampak membantuku. Dia tidak tahu dari belakang Si Gorilla mengacungkan kunci inggris.

GREP!

Pemuda jangkung cepat menahan tangan Si Gorilla. "Cih! Beraninya main tangan sama cewek."

"SIAPA LO!!"

"ADA APA INI??!" Pemilik bengkel keluar setelah mendengar keributan.

Sita menjelaskan dan tak lama mobil polisi datang bersama AKP Prisia. Beliau meminta maaf atas keributan yang terjadi dan membawa Si Gorilla alias Anton.

Kami berlima meminta maaf kepada pemilik bengkel karena sudah merusuh sebagai gantinya kami membantu membereskan.

"Heh, kok kalian tiba-tiba bisa ada di sini?" tanya Zidan. Iya, cowok sok keren yang menangkap tangan Si Gorilla tadi itu Zidan.

"Harusnya gue yang nanya, gimana ceritanya lo tiba-tiba nongol sok kegantengan kayak tadi," sahutku sambil menatap peralatan bengkel.

"Gue lagi nyervis motor di sini ye. Terus ada baku hantam dan ternyata kalian. Tapi tadi gue keren banget, kan? Heheh," ujar Zidan sambil menyugar rambutnya.

"Najis!" sahutku tak terima.

Zidan memasang muka jelek. Dia berpaling ke Sita. "Tadi gue kerenan kan, say?"

"Keren." Sita memberikan dua jempol. Sekarang giliranku yang memberi muka jelek.

"Eh, pertanyaan gue belum selesai. Kenapa kalian bisa ada di sini? Pake baju kayak gini dan tiba-tiba ada polisi? Kalian kurang kerjaan apa gimana datengin penjahat?!! Masih untung ini tempatnya ramai, coba kalo tempatnya sepi?? Bahaya banget, biar jadi tugasnya polisi! Ini pasti idenya Adia sok ngajak main detektif."

"Apaan sih??" elakku tak terima.

"Yaudah kenapa jawab pertanyaan gue??"

Kami berlima terdiam saling pandang tidak ada yang menjawab.

Sita berbisik. "Zidan, gue bisa jelasin nanti di rumah. Tolong jangan kasih tau siapapun apa yang lo lihat, ya."

"Oke deh, nanti jelasin. Udah selesai semua, kan? Ayo, balik!"

Kami berenam berakhir pamitan kepada orang bengkel sebelum balik ke rumah.

HATERS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang