Lebih dari sekedar

77 9 17
                                    

"Santa, hei ... Santa!"

"Earth!"

"Earth? Earth kepalamu. Ini aku, Peemapol!"

Santa tersadar. Dia menghela nafas, sangat kecewa bahwa yang pertama kali dia liat saat membuka mata adalah laki-laki berkulit pucat dengan rambut belah tengah ala boyband korea yang merupakan sahabatnya tersebut. Lebih kecewa lagi karena ternyata dia menggenggam erat tangan Peemapol, Santa mengutuk tatkala tau dia salah mengira bahwa Peemapol adalah orang lain, orang lain yang mengisi otaknya saat ini.

Peemapol memukul-mukul tangan Santa dengan geli, "Jangan berlebihan. Aku tak mau orang mengira kita berpacaran," ucap Peemapol, membuat Santa menepis tangannya dengan kesal.

"Sejak kapan kau disini?" tanya Santa dengan kepalanya yang sibuk menoleh kesana-kemari.

"Sejak lama. Sejak kau bertingkah aneh dengan memanggil Earth beberapa kali, lalu menggenggam tanganku seolah aku kekasihmu," Santa melengos, lalu bersandar dengan hati-hati di tempat tidurnya. Dadanya terasa nyeri akibat tusukan yang dia lakukan sendiri. Lukanya diperban, namun masih terasa berdenyut.

"Santa. Kau sudah tak masuk kampus sekian lama. Aku kira kau sedang merenungkan diri, tapi ternyata kau malah melakukan hal yang lebih gila lagi. Bagaimana bisa kau menusuk dirimu sendiri?"

"Aku baik-baik saja?" tanya Santa yang hampir membuat Peemapol terkekeh.

"Hei, kau harusnya tidak pingsan hanya karena tusukan, tapi demi apa, kau pingsan selama satu hari. Hahahaha,"

"Jadi aku hanya pingsan?"

"Hmm, kau hanya pingsan,"

"Tidak ada adegan sekarat seperti di film-film?"

Peemapol menatap Santa tak percaya. Plak! dia lalu memukul kepala Santa, membuat laki-laki itu meringis, "Bodoh, sebenarnya apa tujuanmu? jika kau ingin bunuh diri setidaknya cari senjata yang elit. Kau menggunakan pisau buah dengan diameter 1 cm, dan panjang dua inchi. lalu kau menusuk dadamu. Kau tak tau dadamu ini dipenuhi otot keras? jika menggunakan pisau seperti itu, kau harusnya menyayat pergelangan tanganmu,"

"Ah, aku salah perhitungan," wajah Santa terlihat kecewa.

"Otakmu benar-benar sudah rusak, ya? kau benar-benar mau bunuh diri?"

"Aku tak mau bunuh diri,"

"Lalu?"

"Si bodoh itu menyuruhku mati,"

"S-Si bodoh ..." Peemapol menghela nafas begitu tahu siapa yang dibicarakan Santa, "Wah! aku tak tahu siapa yang lebih bodoh sekarang,"

"Tapi bekas tusukan ini rasanya masih sakit,"

"Tentu saja. Kau merobek arterimu. Lukamu masih rentan terkena infeksi walau tak membahayakan nyawa. Ya ampun, sebenarnya temanku ini kenapa? selama tak kuliah, dia jauh lebih bodoh dariku," Peemapol menggelengkan kepalanya.

Setelah dua jam berlalu, akhirnya Peemapol keluar dari ruang rawat Santa. Di lorong, dia melihat Earth dengan wajah kesal menatap Khun Chirativat. Peemapol menghentikan langkahnya, lalu menunggu sejenak sambil menyembunyikan diri di balik kursi yang berjejer di ruang tunggu.

"Earth, ayah harus pergi. Tolong bantu jaga Santa. Tak perlu terlalu memperhatikannya, dokter bilang dia baik-baik saja," ucap Khun Chirativat dengan tangannya yang sibuk memainkan ponsel.

"Sebagai ayah kau tak mengkhawatirkan anakmu? dia bisa saja mati,"

"Tapi sekarang dia baik-baik saja. Dia melakukan hal bodoh, jadi dia harus menanggung akibatnya sendiri,"

Belong To Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang