Cahaya keperakan merasuk masuk dari sela-sela gorden berwarna pastel dengan sedikit sulaman benang emas di atasnya. Sepasang tangan menggeliat, meregangkan otot-otot yang terasa letih akibat pergulatan tadi malam. Peak menguap beberapa kali sambil menarik sendi-sendinya. Pandangan buramnya lamat laun menjadi terang, sangat terang hingga dia bisa merasakan kekosongan dari bantal putih bulu angsa yang ada di sampingnya. Perlahan Peak menyentuh bantal tersebut, masih dia rasakan hangat tubuh Saint disana. Kehangatan manis yang membuatnya meggila dan kehilangan akal.
Peak bangkit dari posisinya lalu melihat sekeliling. Mengangkat selimut dan menghela nafas melihat tubuh telanjangnya yang ternyata tak bisa dia kendalikan dengan akal sehat.
"Aku melakukan hal gila. Bagaimana aku bisa menghadapi Khun Saint setelah ini?" Peak menjambak rambutnya penuh penyesalan. Matanya masih mencari-cari sosok Saint. Namun, bagaimanapun Peak mencari, Saint tak terlihat sama sekali.
Setelah beberapa menit, Peak yang sudah mengenakan pakaian lengkap mondar-mandir di halaman depan rumah Saint. Dia sedikit cemas karena tak menemukan mobil di garasi, terlebih Saint tak bisa dihubungi sama sekali.
"Khun Saint, kau dimana?" gelisah Peak sambil terus mencoba menghubungi Saint.
"Apa Khun Saint marah padaku? tapi bukankah tadi malam ... ya ampun, apa Khun Saint tadi malam benar-benar tak sadarkan diri? aku melakukan hal itu, berarti aku ... adalah seorang pemerkosa!" plak, Peak memukul kepalanya sendiri dengan keras, hingga telinganya berdengung.
"Sial Peak, kau memang bajingan," umpatnya kepada diri sendiri.
***
"Hmm, Ayah mencariku?" ucap View begitu menjawab panggilan masuk di ponselnya.
"Tidak Khun ... ini masalah Khun Saint. Apa Khun Saint menghubungi anda?" suara penelpon yang sedikit serak namun melengking itu jelas terdengar. Tak ada orang lain yang memiliki suara seperti itu kecuali Peak sang supir utama di keluarga Chirativat.
"Kau sudah kehilangan akal? sejak kapan bocah gila itu mau menghubungiku?"
"Tak ada sama sekali? hmm, atau Khun tahu kira-kira dimana keberadaannya?"
"Terjadi sesuatu? dia melarikan diri atau apa? sial, apa mungkin dia berusaha merebut usaha lainnya?"
"Bukan begitu ... baiklah Khun. Maaf telah mengganggu,"
"Hei Kongthap, apa kau ingin aku menolong adikmu?"
"A-Adikku? maksudnya apa? Khun sedang bersama Art?"
"Banyak tanya sekali. Ya sudah, aku tutup!"
View langsung menutup teleponnya. Dia kemudian berjalan santai sambil menyeringai. Di belakang cafe tempat Art bekerja. Sekali lagi View menyaksikan Art yang sedang di bully. Sangat aneh bagi View, bahwa Art menerima semua cacian dan perlakuan tak menyenangkan itu tanpa membalas sedikitpun.
Buk! "Kau mengadu pada bos, kan? mengaku saja! dasar sialan!"
"Tidak Phi. Aku tak melakukan apapun, aku bahkan ..." buk! Art terhenyak. Setelah pukulan yang bersarang di perutnya. Kini dia harus menerima tendangan beberapa kali hingga dia tersungkur.
"Kau pikir kau hebat karena bos menyukaimu!"
"Phi! kenapa kau melampiaskan semua padaku, salahku apa!"
"Bocah sialan, kau berani bicara nada tinggi padaku!"
Satu tendangan lagi hampir mendarat ke tubuh Art. Namun, orang tersebut tiba-tiba terhenti karena View melemparnya dengan kerikil.
"Wah, lihatlah bocah ini, kasar sekali. Dan yang satunya sangat lemah. Hei, bocah lemah. Kau sama sekali tak bisa melawan?"
"B-Batu nomer satu ..." Art yang telah babak belur menatap View dengan kornea hitamnya yang membuat View sedikit takjub.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belong To Me
FanfictionSanta Chirativat. Anak ketiga dari keluarga konglomerat Khun Naphat Chirativat itu, sangat membenci Earth Phimcanok. Khun Chirativat memperkenalkan Ibu dari Earth sebagai Ibu barunya, dan tentu saja Earth akan menjadi saudara tirinya. Santa dan Eart...