Santa Chirativat. Anak ketiga dari keluarga konglomerat Khun Naphat Chirativat itu, sangat membenci Earth Phimcanok. Khun Chirativat memperkenalkan Ibu dari Earth sebagai Ibu barunya, dan tentu saja Earth akan menjadi saudara tirinya. Santa dan Eart...
Peemapol berlari sambil menenteng tas yang berwarna merah terang di tangan kanannya. Dia memeriksa arloji. Sudah hampir setengah jam sejak waktu perkuliahan dimulai. Peemapol mendesah, lalu mempercepat larinya.
"Akhirnya!" Peemapol menghela nafas begitu tiba di ambang pintu ruang kelas. Peemapol menyelidik. Belum ada dosen di kelasnya. Mungkin saja sang dosen juga memiliki masalah dengan waktu. Laki-laki yang usianya sama dengan Santa tersebut langsung berlari menuju tempat duduknya yang biasa.
Mengenai Peemapol. Nama aslinya, Peemapol Panichtamrong. Dia adalah teman Santa satu-satunya. Lebih tepatnya, hanya Peemapol lah yang tahan berada di sekitar Santa. Dia selalu ceria, tak pernah tersinggung, dan selalu berpikiran random. Keluarga Peemapol sederhana, tidak terlalu kaya. Namun, juga tidak bisa dikatakan miskin. Tapi, jika dibandingkan dengan keluarga Chirativat, tentu saja perbedaannya sangat jauh. Orang-orang di kampus tidak percaya bahwa Peemapol sudah cukup lama bersahabat dengan Santa. Yah, sejak sekolah menengah, mereka sudah bersama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tunggu dulu. Sepertinya ada yang hilang," Peemapol yang baru saja duduk di bangkunya berpikir sejenak sambil menggaruk kepala, "Apa, ya?" tanyanya pada diri sendiri. Beberapa menit kemudian, Peemapol melirik ke bangku kosong di sampingnya, "Ah! benar juga. Si pemarah itu tidak ada. Kemana dia?" Peemapol mencari-cari keberadaan Santa yang biasa duduk di sampingnya tersebut.
Tak menemukan keberadaan Santa, Peemapol lalu mengeluarkan ponsel, dan langsung menghubungi sahabatnya tersebut, "Santa, kau dimana?" ucapnya setengah berbisik.
"Di sampingmu,"
"Aw!" Peemapol kaget dan langsung mematikan ponselnya. Dia lalu menoleh ke kanan dan kiri, "Kau datang dari mana? aku tadi tidak melihatmu,"
"Tentu saja dari sana," Santa menunjuk ke arah pintu.
"Hei, tanganmu kenapa? kau berbuat onar? memukul orang? berebut wanita?" Peemapol mulai cerewet karena melihat tangan Santa yang diperban akibat luka dari cermin yang dia hajar tadi malam.
"Bukan apa-apa," ucap Santa lalu duduk di tempatnya. Dia mendadak kesal memikirkan wajah Earth yang tersenyum mengejeknya.
"Hei, setelah ini kau harus ikut ke klub," ucap Peemapol kemudian.
"Untuk apa? kau saja yang pergi. Katakan aku tidak bisa hadir,"
"Kegiatan klub itu wajib. Bisa menambah nilaimu."
"Kita sudah smester 2, Peemapol. Kegiatan klub itu tidak berguna,"
"Memangnya senior akan memaklumi? ingat. Senior dan ketua klub drama adalah Phi Singto. Kau tahu kan bagaimana dia? tidak bisa disogok, tidak bisa diajak bekerjasama. Dia penuh keadilan dan mempertahankan prinsipnya. Jika kau tidak aktif di klub, dia akan membuat ulasan negatif tentangmu. Walau kau pemilik kampus sekalipun."
"Sialan. Seakan aku peduli saja,"
"Pokoknya harus ikut. Kau sedang kesal, kan? mari lihat gadis-gadis cantik yang ada di klub drama. Siapa tahu kita bisa dapat peran yang bagus, hmmm," Peemapol tersenyum semanis mungkin ke arah Santa. Santa hanya mendengus dan menaruh kepalanya ke meja. Reaksi Santa yang seperti itu, menandakan bahwa dia menyetujui usulan Peemapol.