Peak menatap layar ponselnya tanpa henti. Dia masih terus berharap bahwa Saint akan menghubunginya walau dia tau harapan itu hanyalah kehampaan. Peak berdiri dari duduknya, sejak tadi mondar-mandir dan kembali duduk untuk memeriksa layar laptop. Tak ada tanda-tanda keberadaan Saint. Sudah jelas Tuan Muda itu melepaskan pelacak yang dipasang Peak di mobil. Peak semakin tak tenang, rasa bersalah terus menggrogotinya. Dia menyumpahi diri sendiri, membenci dirinya yang secara tak sopan telah menyakiti Saint. Membenci ketidakberdayaannya, membenci perasaan di hatinya. Andai dia lebih tahu diri, mungkin semua ini tidak akan terjadi.
"Khun Saint, kau dimana?" batin Peak terus berkecambuk. Dia memangku dagu dengan kedua tangan yang terkepal sambil menutup mata. Tiba-tiba kelebat bayangan itu kembali. Bayangan yang tidak bisa dilupakan Peak meski dia mencoba setengah mati. Bayangan tentang Saint, tentang suara lirih yang keluar dari bibir Saint yang penuh, tentang hangat tubuh Saint yang menjalari sekujur tubuhnya. Plak! Peak memukul kepalanya lalu meringis kesakitan.
"Sadarlah Kongthab, berani-beraninya membayangkan Khun Saint, dasar bajingan tidak sopan!" Kutuknya pada diri sendiri."Phi, kau kenapa? Apa ada masalah?" Art yang baru saja kembali dari bekerja keheranan melihat Peak yang tampak berantakan, "Phi tak bekerja? Biasanya jam segini Phi tidak di rumah,"
"Hah, sudah dua hari aku kehilangan bos ku,"
"Maksud Phi ... Khun Chirativat menghilang?"
"Bukan Khun Chirativat, tapi..."
"Ah, batu kedua? Tuan Muda yang selalu membuat batu pertama mengamuk?"
"Namanya Saint, Art. Khun Saint,"
"Tumben sekali. Phi biasanya tak pernah protes tentang caraku memanggil mereka. Jadi ... Khun Saint itu kemana?" Art duduk di samping kakaknya sambil menatap seperti anak kecil.
"Aku tidak akan pusing jika aku tau dimana dia sekarang."
"Bukannya Khun Saint biasa seperti ini? Sebelumnya dia juga menghilang tanpa kabar, kan? Kenapa sekarang Phi sangat khawatir?"
"Sekarang berbeda, Art..."
"Ah, Khun Chirativat meminta Phi membawanya ke rumah? Phi akan dipecat jika tidak menemukan Khun Saint?"
"Bukan begitu, sudahlah kau tak akan mengerti."
"Apa Phi tau, saat ini Phi terlihat seperti orang patah hati. Jangan khawatirkan dia, Khun Saint itu kaya dan sudah dewasa, dia akan baik-baik saja,"
"Benar, kan. Khun Saint akan baik-baik saja, kan?" Peak menatap adiknya lekat. Menunggu jawaban Art atas pertanyaannya, agar dirinya sedikit lega.
Sementara itu, Art menatap Peak sambil menggelengkan kepala, "Phi, yang sedang tak baik-baik saja itu adalah orang di depanku ini. Phi berantakan sekali, tidak mandi ya hari ini? Dan sudah berapa hari Phi tidak tidur?"
"Apa Khun Saint bisa tidur dalam dua hari ini?" Peak berdiri gusar.
"Phi ..."
"Aku harus menemukan Khun Saint," Peak mengambil ponsel di meja lalu hendak beranjak sebelum akhirnya dia mencium bau tak enak dari tubuhnya sendiri, "Jika aku bertemu Khun Saint hari ini, dia pasti akan pingsan mencium bau badanku. Kalau begitu aku akan mandi dulu," Peak bergegas menuju kamar mandi. Art tampak kebingungan melihat tingkah kakaknya yang tidak biasa tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belong To Me
FanfictionSanta Chirativat. Anak ketiga dari keluarga konglomerat Khun Naphat Chirativat itu, sangat membenci Earth Phimcanok. Khun Chirativat memperkenalkan Ibu dari Earth sebagai Ibu barunya, dan tentu saja Earth akan menjadi saudara tirinya. Santa dan Eart...