Bumi Tanpa Poros

121 12 9
                                    

Earth Phimcanok. Dari luar, laki-laki berusia 27 tahun tersebut tampak begitu polos. Jika hanya dengan melihat penampilannya, maka tidak ada yang percaya bahwa usianya sudah cukup dewasa. Tubuhnya mungil, dengan tinggi 175cm. Kulit putihnya tampak begitu halus. Sorot mata tajam, dan wajahnya begitu menggemaskan. Rambutnya yang berwarna kecoklatan tampak begitu menawan, hingga membuat tampilannya seperti anak remaja usia sekolah menengah.

 Rambutnya yang berwarna kecoklatan tampak begitu menawan, hingga membuat tampilannya seperti anak remaja usia sekolah menengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat pertama kali bertemu, Khun Chirativat mengira Earth seumuran Santa. Khun Chirativat bahkan kagum bahwa ternyata usia Earth dan Santa terpaut 5 tahun. Earth bahkan lebih tua dua tahun dari Saint, putra keduanya.

Walau penampilan luarnya begitu polos dan tampak rapuh. Namun, Earth tidak bisa dianggap remeh. Dia sedikit bicara, namun matanya dipenuhi energi dendam yang meluap. Apalagi ketika sudah berhadapan dengan Santa. Brandalan yang jago berkelahi seperti Santa saja tidak pernah bisa langsung menumbangkan Earth. Mereka selalu baku hantam dan terluka. Namun, Santa tak pernah bisa mengalahkan Earth seutuhnya. Earth tak pernah menyerah, tak pernah memohon walau dia babak belur sekalipun. Santa hanya ingin mendengar Earth menangis dan memohon, memberikan pelajaran kepada Earth yang telah dengan lancang masuk ke dalam keluarganya. Namun, selama dua tahun ini, Laki-laki berpenampilan lemah itu bergeming, dia begitu sulit untuk di taklukkan.

"Santa, bukankah tak sopan jika selalu membuat masalah dengan Earth? dia lima tahun lebih tua dari kita," Peemapol yang cerewet menatap Santa, sambil menyedot minuman susu merah muda di tangannya.

"Peemapol. Sehari saja tidak menyebut nama si brengsek itu apakah sulit? kau sepertinya sangat tertarik dengan kehidupan pencuri itu," Santa yang tadinya hendak menyuapkan nasi goreng ke mulutnya mendadak hilang napsu makan, begitu Peemapol menyebut nama Earth.

"Sejujurnya, aku ingin berteman dengan saudaramu. Earth tidak buruk. Aku memperhatikan kalian selama dua tahun ini. Kau yang selalu membuat masalah. Earth tidak bergerak jika kau tidak mulai duluan,"

"Kau ingin mati? sudah kubilang aku bukan saudaranya!" buk, Santa memukul dahi Peemapol dengan kesal.

"Sialan, kenapa kau memukulku! augh, sakit sekali," Peemapol menggosok bekas pukulan Santa di dahinya.

"Peemapol, Sebenarnya kau ini sahabat siapa? jika kau begitu ingin menjadi sahabatnya, silahkan. Aku tak akan melarangmu. Tapi, jangan pernah kembali padaku, lagi,"

"Bukan begitu, sudah dua tahun, aku rasa seharusnya sudah cukup.'

"Tidak. Tak akan pernah cukup waktu untuk membenci si brengsek itu!'

"Saudaramu datang," Peemapol melirik ke arah pukul satu. Tampak Earth berjalan ringan dengan sepiring makanan di tangan kananya, dan minuman soda di tangan kirinya, "Hei, Earth benar-benar tidak kembali ke rumahmu selama dua tahun ini?"

"Hah, dia itu cukup sadar diri. Dia tidak ada tempat di rumahku, aku mengusirnya dan dia kabur. Namun, sialnya dia tak membawa wanita itu. Dia bahkan kuliah di kampus yang sama denganku. Mengesalkan sekali melihatnya disini. Ibunya juga berlagak menjadi ibu yang baik di rumahku. Ayahku yang bodoh tidak membiarkan aku mengusirnya."

Belong To Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang