chapter 11.

139 18 0
                                    

Rena kini tengah sibuk dengan pesta, ia sedari tadi mundar-mandir tak henti sejak ia menginjakkan kaki di kantor.

Hari ini semua orang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tak ada satu orang pun yang santai, semuanya tampak bersemangat bekerja tanpa lelah

Rena menenteng berkas yang diperlukan sembari mengarahkan para pekerja mengerjakan tugasnya. Karena kali ini dia yang menjadi koordinator acara, jadi dirinya harus turun langsung mengatur dekorasi dan segalanya.

Dua jam pun berlalu, waktu sudah menunjukkan jam istirahat. Semua pekerja termasuk Rena sudah berada di kantin perusahaan untuk mengisi perut.

Tak sendiri, Rena ditemani dengan Sonia bersamanya. Mereka mengobrol seputaran pekerjaan dan kehidupan pribadi masing-masing, yah sebagai mana para perempuan berbincang

"Kak Son, mau nanya dong..?"

"Tanya aja" sahut Sonia

"Kakak tau PT xxxxx? Kemarin aku denger kalau mereka mau launching produk, tapi katanya itu produk hasil plagiatt" tanyanya dengan menggebu-gebu

"Tau perusahaan saingan kita kan? Produk mereka rata-rata sering di rumorin produk plagiat terus, tapi entah kenapa produk mereka tetep laku dipasaran"

"Ahhh iya ya baru inget, dari dulu aku juga suka curiga sama marketing mereka, tapi aku gak peduli sih"

"Right, emang kita ga harus peduli sama yang kayak gitu, itu urusan mereka. Cukup mereka dan Tuhan yang tau."

"Of course kak!!

Pembicaraan singkat itu berakhir, sebab mereka berdua harus kembali bekerja. Keduanya meninggalkan kantin dengan jalan terpisah.

Rena menuju ruangan sang HRD sekaligus Sekretaris CEO itu, sesampainya ia dipersilahkan masuk oleh pemilik ruangan

"Pak Liam, Ini berkas yang diminta. Seperti yang sudah saya sampaikan, untuk catering dan semuanya sudah aman terkendali"

"Baiklah terimakasih banyak atas bantuannya Rena. Kamu bisa kembali dengan pekerjaan kamu"

"Sama-sama pak. Saya mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya, saya pamit"

Sebelum menutup pintu dari luar, Rena berbicara, memberi sedikit informasi yang disampaikan oleh Aley untuk Liam.

"Kak, kata Aley jangan lupa cek email, sama twitter"

"Okay thanks" Jari Liam membentuk huruf O, dan Rena segera menutup pintu.

+++

Arda melangkahkan kakinya di ball room perusahaan, ia baru saja sampai di kantor karena ia harus menemui kolega terlebih dahulu. Jadi dirinya baru bisa ke kantor setelah jam istirahat siang.

Dia menyusuri ruangan luas itu untuk melihat kinerja para pekerja. Tapi di ruangan yang luas tersebut, ia tak mendapati kehadiran sang Manajer koordinator acara ini, Rena. Entah kenapa dia mencari kehadiran gadis itu

Arda masih sibuk dengan dunianya, di sisi lain Rena tengah menyerap boba nya sambil membuat laporan di meja nya. Ia baru saja membeli boba itu dari aplikasi online yang diantarkan oleh asistennya

Rena sebenarnya ia berencana untuk membuat laporan hari ini terlebih dahulu sebelum ia kembali ke ball room, supaya dia cukup waktu mengerjakannya.

Waktu berjalan cepat, Rena sudah sampai di rumahnya pukul 22.40 tepat. Rumah sunyi, tak ada siapapun karena orang-orang rumah sibuk bekerja

Rena memasak nasi goreng dengan ala kadarnya untuk menghilangkan rasa lapar. Selesai masak dan makan ia naik ke lantai atas menuju kamarnya, berganti baju lalu merebahkan diri dan tertidur lelap.

Di samping itu, sseorang di luar sana bergerak pelan keluar dari tempat persembunyiannya, dan pergi dari kediaman tersebut.

Keesokan harinya, Arda dan Rena memasuki lobby perusahaan beriringan. Rena yang menyadari kehadiran atasannya itu langsung mempercepat langkah menuju lift.

Sebenarnya Arda juga menangkap kehadiran sang Manajer muda tersebut. Tetapi, tentu saja dia menghiraukannya

Rena sampai di ball room, dirinya langsung mengambil alih beberapa pekerjaan yang ditangani oleh rekan kerjanya karena itu memang tugas Rena sendiri.

Tak berlangsung lama, smartphone milik Rena berdering. Siapa sangka jika Arda yang menelepon dirinya secara pribadi, Rena segera mengangkatnya.

"Halo permisi, ada yang bisa saya bantu pak Arda?" tanyanya dengan sedikit menekankan kalimatnya, merasa sedikit sebal

"Saya minta kamu ke ruangan saya. Sekarang"

"Oh, baik pak. Saya kesana sekarang" jawabnya dengan perasaan tertekan

ttut
Telepon ditutup sepihak oleh Arda, Rena yang mendengar suara langsung meringis. Rena menghela nafasnya seraya menahan emosi.

Punya atasan gini amat dah
Batinnya mengeluh.

Selepas itu, Rena menuju ruangan Arda. Dan setibanya di depan ruangan, Rena mengetuk pintu dan Arda mempersilakan Rena masuk

"Permisi pak, ada yang bisa saya bantu dan kerjakan"

"Duduk dulu" Rena menuruti perkataan Arda. Rena juga sedikit terengah karena ia berjalan terburu-buru.

"Baik, jadi saya minta kamu untuk jadi asisten pribadi saya mulai hari ini"

"Apa? Saya tidak mendengar pak?" Arda menggeleng sebagai jawaban

"Tetapi pak, saya kan manajer personalia di perusahaan pusat ini pak, saya merasa keberatan dengan jabatan double."

"Begini saya tak akan memaksa kamu untuk hal ini, tetapi jika kamu menerima permintaan saya. Manajer personalia dapat digantikan dengan rekan yang lain. Jadi kamu bisa menjadi asisten saya, dan persoalan gaji kamu bisa mendapatkan lebih dari jabatan kamu sekarang, bagaimana kamu masih merasa keberatan?" Kalimat terpanjang yang diucapkan Arda kepada Rena selama ia bekerja di perusahaan ini. Mendengar ucapan Arda, ia memikirkannya dengan bimbang

"Bagaimana ya pak, saya masih merasa ragu. Karena asisten dan manajer itu mempunyai dua tugas yang sangat berbeda. Boleh saya pikirkan terlebih dahulu?"

"Baiklah, itu keputusan kamu. Saya kasih kamu waktu setelah acara perusahaan selesai" Katanya final.

"Terimakasih atas pengertiannya pak, saya izin melanjutkan pekerjaan" Arda mengangguk dan Rena keluar dari ruangan CEO muda tersebut dengan sedikit memikirkan perkataan Arda tadi.








Evocative [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang