chapter 19.

83 15 0
                                    

"Huhh, akhirnya aman. Gila gue kayak syuting film action deh." gumamnya

Rena melirik arloji nya, jam sudah menunjukkan pukul 18.30. Rena mengacak rambutnya, ia mendesah pelan karena tidak bisa segera pulang

"Motor guee.." Rena berdecak sebal ketika mengingat motornya dibiarkan begitu saja

Rena menyalakan ponselnya, tetapi ponselnya mati. Lagi-lagi dia menghela nafas panjang, ini merupakan hari terburuk yang pernah ia alami

Gadis itu melihat sekelilingnya, dan secara tiba-tiba saat ia menoleh ke belakang

Hhups
Seseorang membekapnya dengan kain, Rena meronta-ronta tetapi perlahan matanya mulai kabur dan mengelap. Tak lama, Rena pingsan

Orang itu membopong gadis itu masuk ke dalam mobil dan pergi dari jalanan tersebut serta membawanya menjauh dari Ibukota

+++

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silakan coba lagi. Please–"

Joy menelepon Rena tetapi tidak kunjung mendapat balasan darinya, ia tampak gelisah. Khawatir dengan keadaan Rena, ia takut jika terjadi sesuatu pada sahabatnya itu

Joy kini sedang berada di rumah sakit menemani Aley bersama dengan Ethan. Mereka disana karena Liam mengalami kecelakaan sore hari tadi

Liam sekarang berada di ruang UGD masih menjalani serangkaian pemeriksaan dan operasi, beruntung kata dokter Liam masih bisa diselamatkan, karena beberapa luka tidak terlalu dalam dan tidak mengenai titik vital nya

Arda memasuki lorong rumah sakit, ia segera menghampiri ketiganya yang tengah menunggu sedari tadi

"Gimana Liam? Dia baik-baik aja?" katanya begitu tiba

"Tenang da, dia baik-baik aja. Kata dokter dia masih bisa ditolong" jawab Ethan dengan tenang, dia berusaha untuk tidak menambah khawatir yang lainnya

"Syukurlah"

Joy yang baru saja kembali dari ujung sana, melihat Arda langsung menghampirinya

"Lo lihat Rena?" tanyanya dengan nada bergetar

"Rena? Dia udah pulang satu jam yang lalu. Gue pun belum dapet kabar dari dia"

"Sial!" ucapnya dengan kasar

"Kenapa sama Rena?" Ethan yang bingung mendengar ucapan sang kekasih

"Dia gak bisa dihubungin dari tadi, aku khawatir sama dia Than" ia resah, sebab jika gadis itu tidak bisa dihubungi berarti ada sesuatu terjadi padanya

"Apa?" Arda yang mendengar ucapan Joy langsung menelepon nomor gadis itu dan betul kata Joy, nomor teleponnya tidak aktif

Suara dering telepon terdengar, Ethan sang pemilik langsung menjawabnya

"Apa?!" ia berusaha untuk tidak berteriak

"Suruh semuanya bertindak sekarang juga, saya tidak segan-segan memecat kalian semua jika tidak becus mengerjakannya"

"Gawat, gue dapet telepon dari karyawan gue kalau Rena diculik"

"Hah?!" Joy menutup mulutnya tidak percaya, badannya langsung terkulai lemas

Aley yang mendengar perkataan Ethan kembali menangis, ia merasa tidak bisa berbuat apa-apa untuk orang-orang tersayangnya. Joy memeluk Aley, mereka berdua menangis dalam diam

Arda berusaha untuk tidak panik, ia terlihat mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"Kita mulai sesuai rencana" ucapnya kepada seseorang di telepon tersebut

Kemudian tak lama, beberapa orang suruhan Arda datang dan membawa barang yang dibutuhkannya

Arda mengambil laptop dan memulai aksinya, dan sebelum itu ia berkata
"Kalian tenang, gue memang memprediksi ini bakal terjadi jadi gue udah buat beberapa rencana, karena gue ngasih Rena alat pelacak. Sekarang gue udah dapet lokasi penculikannya"

Joy mengusap air matanya, ia merasa lega mendengar penjelasan Arda, kali ini ia cukup berdoa semoga Rena baik-baik saja

"Gue percaya sama lo, yang penting lo harus selamatin Rena gimana pun caranya" kata Joy yang sudah tenang

"Percayain semuanya sama gue" memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja

Lalu dokter yang menangani Liam keluar dari ruangan UGD, dan Aley langsung menghampiri dokter tersebut

"Bagaimana keadaan tunangan saya, dok?"

"Pasien sudah melewati masa kritis nya, sekarang pasien akan di pindahkan ke ruang inap intensif, saya permisi"

"Puji Tuhan! Terimakasih dokter" Aley menghela nafas panjang

Mereka bertiga pun sama-sama bisa tenang setelah mendengarkan penuturan dokter tersebut

Setelah hampir dua jam berlalu, mereka bertiga pulang dari rumah sakit hanya menyisakan Aley yang menemani Liam sampai orang tuanya datang

Arda yang tengah mengendarai mobilnya tiba-tiba saja dua buah mobil mencegatnya

Arda menekan tombol di layar LCD dashboard mobilnya, lalu dia keluar dari mobil

Ia melihat empat orang yang memegang senjata tajam dan api, Arda menghampirinya dengan tenang

Bugh bugh bugh..

Arda menyerang keempatnya dengan tangan kosong, ia berusaha menghindari senjata yang ada ditangan orang tersebut dan melempar senjata api itu hingga terpental jauh

Sreett
Cairan merah segar keluar dari lengan lelaki itu, Arda memegang lengannya yang sudah penuh dengan darahnya, terlihat luka yang didapatkannya cukup dalam

"Sial" tetapi lelaki itu tidak mempedulikan lukanya dan kembali melawan keempatnya

Tetapi tak lama kemudian, orang suruhan Arda sampai di tempatnya sekarang.

Keempat orang tersebut kabur ketika orang-orang Arda datang
"Kejar mereka" perintahnya

Arda menahan perih lukanya itu, kini kemeja putihnya sudah penuh dengan darah miliknya. Setelah itu Arda mengambil kotak P3K yang ada di dalam dashboard

Ia membuka bajunya untuk mengobati lukanya dan menutupinya dengan perban. Arda mengatur nafasnya pelan, dan dia membiarkan dirinya telanjang dada

Begitu tenang, ia memakai bajunya lalu dia kembali melajukan mobilnya dengan keadaan yang berantakan

Di lain sisi, Kavindra mendapatkan titik terang dari kasus kali ini

Kavindra sudah berada di ruang pengadilan untuk melaporkan seluruh bukti-bukti yang didapatkannya

Kavindra menyuruh anaknya tersebut untuk menyelamatkan gadis itu, dan sementara dirinya yang akan menyelesaikan kasus ini.

Evocative [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang