chapter 22

107 12 0
                                    

Pagi harinya, seluruh penjuru negeri sudah dihebohkan dengan berita tertangkapnya Jurnalis muda yang terlibat dalam kasus penggelapan uang, penyuapan, penculikan, serta pembunuhan berencana

Kavindra dan orang-orang itu sudah menghadiri di ruangan yang dingin tersebut. Kavindra membereskan berkas-berkas di tangannya dan menatap lurus depannya tanpa ekspresi

Ruangan dingin itu sudah dihadiri dengan orang-orang. Lalu tanpa menunggu lama sidang  segera dimulai yang dilaksanakan secara tertutup

Tak terasa tiga jam berlalu, sebagai hasilnya Mehran divonis sepuluh tahun penjara dengan pasal berlapis

Kavindra keluar dari ruangan tersebut, dan kembali kepekerjaannya

Sementara itu Arda yang kini masih berada di rumah sakit tampak sangat gelisah karena Ayahnya masih belum memberinya kabar tentang hasil sidang

Ethan dan Liam yang melihatnya hanya bisa diam karena mereka juga sama khawatir seperti Arda

Di ruangan sebelah, Aley dan Joy masih menemani Rena yang masih belum sadarkan diri sedari kemarin, dokter berkata bahwa ia mengalami syok dan sedikit trauma atas kejadian tersebut

Kembali ke ruangan Arda dan kedua lelaki itu,

"Semoga semuanya cepet selesai" Liam menghela nafasnya pelan

"Amin, berdoa aja lam" kata Ethan menepuk pundak Liam untuk menguatkannya

Tiba-tiba benda pipih tersebut berdering nyaring, Arda segera mengangkatnya

"Halo"

"Selamat siang pak Arda, hasil persidangan kali ini terdakwa divonis selama 10 tahun penjara untuk info lebih lanjut dan lengkap saya sudah mengirim surel melalui e-mail bapak"

"Puji Tuhan! Terimakasih banyak atas informasinya pak Said" katanya yang cukup bahagia mendengarnya

"Sama-sama pak, saya turut senang juga. Bapak bilang besok pagi akan mengumumkan hal tersebut pak di rapat, itu saja yang bisa saya sampaikan, selamat siang saya tutup teleponnya"

Panggilan ditutup, Arda terlihat lebih baik dari tadi tetapi ia sedikit memikirkan perkataan diakhir telepon

"Gimana dan?" tanya Ethan begitu telepon tertutup

"Lam cek e-mail gue"

Tanpa babibu, Liam langsung membuka tab nya dan membuka apa yang diarahkan Arda

"Seriuss?! Syukurlah" Ethan melihat pesan itu lega saat membacanya

"Puji syukur, akhirnya" Liam juga bernafas lega

Di samping itu, mata Rena perlahan terbuka. Aley yang sadar dengan pergerakannya menggenggam tangan Rena

"Ren, are you okay?" ucap Aley lirih

"Minum" katanya sangat pelan tapi masih terdengar oleh mereka berdua

Joy menyodorkan gelas pada Aley, lalu Aley membantu Rena untuk meminumnya

"Gue panggilin Dokter ya ley" Aley hanya mengangguk sebagai jawaban

Tak lama, dokter pun datang dan memeriksa kembali kondisi Rena,

"Pasien sudah bisa pulang besok, karena kondisinya sudah membaik tetapi pasien masih belum bisa melakukan pekerjaan berat. Silakan untuk menebus obat di apotek, ini resepnya. Saya pamit undur diri"

"Terimakasih banyak dokter" ucap keduanya kompak

Dokter itu hanya mengangguk sebagai jawaban lantas pergi dari ruangan

Selang dari itu, Arda dan yang lainnya masuk ke dalam kamar Rena

Arda melihat Rena yang tengah makan dibantu oleh Joy

"Adreena, apa kamu baik-baik saja?" mata Arda yang tampak khawatir dengan gadis itu

"Saya baik-baik aja kak" katanya tersenyum tipis tetapi tatapan nya sedikit kosong

Liam menoleh menatap Arda seakan memberinya kode untuk memberitahukan ketiga bersahabat itu persoalan tadi pagi,Arda menganggukkan kepalanya setuju

"Mmm guys, seperti yang kalian tau kalau sidang tentang Mehran udah dilaksanain tadi pagi, dan hakim memvonis dia 10 tahun penjara. Yah mungkin itu aja sih" kata Liam yang sedikit canggung

"Beneran? Wahh syukurlah"

"Puji Tuhan! Semoga aja dia cepet tobat ya" ucap Joy tanpa menghentikan kegiatannya menyuapi Rena

Rena tak merespon apapun saat mendengar perkataan yang diucapkan Liam, mungkin psikologis nya masih sedikit terganggu

Tetapi mereka berlima membiarkannya, karena tahu kondisi Rena saat ini

"Kalau gitu kita pulang aja ya, Joyi aku pulang duluan ya telepon aku kalau butuh sesuatu" Ethan mengacak rambut Joy berpamitan padanya

"Dan, lo masih mau di sini?" tanya Ethan

"Gue bareng kalian aja, gue masih harus ke kantor" Arda menyetujuinya

"Ley kamu juga masih mau di sini kah?" ucap Liam pada sang Tunangan

"Oh engga, aku mau ke café. Café lagi sepi, aku harus kesana" Aley merapikan tasnya

"Yaudah aku anter" Liam merangkul Aley dan berpamitan kepada mereka

"Gue duluan bro, ntar gue ke kantor kalau udah anterin Ayang gue"

"Ish apaan sih lamm" kata Aley sebal

"Kita duluan ya" pamit keduanya

"Hati-hati" ucap mereka serempak

Setelah kepergian pasangan itu, Arda dan Ethan juga meninggalkan ruangan itu, dan menyisakan Joy dan Rena yang sudah menyelesaikan acara makannya

"Ren, mau jalan-jalan gak?" Joy bertanya tetapi Rena menggelengkan kepalanya

"Lo tidur aja, gue mau ke apotek dulu" Rena mengangguk dan Joy pun keluar dari kamar tersebut menuju Apotek

Rena membaringkan tubuhnya, ia terlihat berusaha menutup matanya tetapi tak bisa, lama-kelamaan akhirnya ia terlelap juga karena efek obat

Evocative [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang