Rena berhenti berbicara, dia berjalan ke arah lelaki tersebut dan langsung memeluk Arda dan Arda dengan sigap menahan tubuh Rena segera agar ia tidak terjatuh
Arda mengangkat tubuh Rena ala bridal style, membawanya agar kembali untuk duduk. Saat ia menurunkan Rena, gadis itu memeluk Arda lebih erat. Mau tak mau Arda harus membawanya ke dalam.
Arda membawa Rena menuju ruangannya, karena ia harus mengambil terlebih dahulu kunci mobilnya. Arda sampai di depan ruangannya, ia menurunkan terlebih dahulu Rena, lalu merangkulnya. Dan membawa Rena masuk ke dalam.
Tanpa sadar ada seseorang yang sedang memfoto keduanya di ujung lorong sana.
Saat mereka berdua sudah berada di dalam ruangan, secara tiba-tiba Rena mencium bibirnya dengan sedikit melumatnya, tentu saja karena pengaruh alkohol Rena melakukannya.
Arda sempat menahannya tapi ia tak bisa ia sudah lelah dan Arda tentu terkejut saat Rena menciumnya tapi lama kelamaan Arda terhanyut terbuai dengan ciuman yang Rena berikan.
Arda memeluk pinggang ramping Rena dengan tangan kanannya dan tangan yg lainnya memegang tengkuk Rena dan Rena mengalungkan kedua tangannya di leher Arda.
Arda yang sadar ia segera menyudahi nya, Rena dengan tampang yang tidak ada rasa bersalah terkekeh
"Maniss, Rennaa sukaaaa hehehe" kata Rena yang langsung tertidur
Sial, sadar wardan dia siapa, ingett .
Batin lelaki berumur 25 tahun itu yang memandangi lamat gadis cantik tersebut. Tanpa sadar tangannya terulur mengelus kepala Rena dengan lembut.
Arda memeriksa arlojinya, waktu menunjukkan pukul 00.23. Ia segera mengantarkannya.
Sesampainya di pekarangan rumah Rena, Arda mencari kunci rumah milik Rena di tas miliknya. Setelah menemukannya ia segera membawanya masuk. Lalu Arda membaringkannya di sofa, dan melepaskan heels yang di kenakannya. Arda menyelimuti Rena dengan tuxedo miliknya.
Beruntung saat Arda mengantarkan Rena, seluruh anggota keluarganya belum pulang. Selepas itu, Arda pulang dan meninggalkan Rena yang tertidur pulas.
+++
Keesokan harinya, Rena bangun kepalanya terasa sangat pening ia tidak sanggup untuk berdiri, ia duduk terlebih dahulu untuk meredakannya
Setelah keadaannya sudah cukup baik, ia mengambil minum, tenggorokannya cukup sakit, di dapur ia tak menemukan siapapun di rumahnya.
Oh ya, dia sepertinya kelupaan bahwa Ayah serta Kakaknya keduanya sedang pergi keluar kota.
Rena yang bingung mau melakukan apa, lebih memilih mandi Rena segera ke kamarnya untuk membersihkan diri
Kemudian ada seseorang tak dikenal masuk ke dalam rumah, seseorang itu menaruh sebuah obat di meja makan. Dan segera keluar dari rumah tersebut
Rena turun selepas selesai, dia memanaskan makanan yang disiapkan oleh Abangnya, dan memakannya
Lalu dia menemukan obat tepat di depannya, dia membukanya.
"Tumben banget bang Jer" dia pikir obat itu pemberian dari sang kakak, namun nyatanya dia salah
Rena mengamati obat itu, ia merasa ada yang aneh dengan obat itu. Tetapi dia pikir-pikir itu obat maag miliknya, tanpa berpikir panjang ia meminum dua obat tersebut.
Hari semakin siang, Rena kini sedang berleha-leha membaca buku.
"Permisi WeJek" seseorang berteriak dari luar, Rena yang mendengarnya segera membukakan pintu
"Pesanan atas nama Adreena?"
"Dengan saya sendiri, loh saya tidak memesan ini kok pak" Rena kebingungan
"Maaf mbak tetapi pesanannya diantarkan kepada mbak, ini mbak. Terimakasih"
"Terimakasih kembali pak"
"Tapi apa bapak tau pengirimnya.""Saya tidak tahu mbak, saya hanya mengirim ini saja"
"Oh baik, terimakasih sekali lagi pak"
"Sama-sama mbak, permisi"
Rena kembali ke rumah, dia duduk dan membuka kantong plastik tersebut. Di dalamnya terdapat makanan dan minuman.
Rena bertanya-tanya siapa yang repot-repot mengirimkannya makanan ini. Dia tidak menemukan apapun untuk mengetahui siapa pengirimnya
Tanpa menaruh rasa curiga, Rena memakan makanan tersebut karena ia pun sudah merasa lapar.
Matahari sudah terbenam, Rena yang sedang berbaring ia merasakan kantuk yang luar biasa secara tiba-tiba saat ia akan berdiri.
Sebelum itu ia tertidur ia mengetik pesan kepada kedua sahabatnya. Sepertinya dia sakit, lalu dia tertidur dengan sangat pulas.
Pesan itu terkirim tetapi tidak ada siapapun yang membalas, kedua sahabatnya sibuk dengan pekerjaan mereka yang tidak bisa ditinggal.
Tanpa mengetahui kondisi Rena saat itu juga.
Satu hari berlalu, Rena masih belum bangun dari tidurnya. Aley dan Joy yang sekarang baru sampai rumah Rena sangat mengkhawatirkan keadaannya.
Aley dan Joy baru membaca pesan dari Rena tadi pagi, tentu mereka panik dan segera menuju ke kediamannya
"Joy apa kita bawa ke dokter aja?" Joy mengangguk setuju dengan ucapan Aley, keduanya membawa Rena menuju mobil milik Joy.
Saat mereka masuk ke mobil, Rena terbangun dari tidurnya.
"Ley, Joyi?" Rena kebingungan melihat keduanya yang merangkulnya
"Ehhh, Renaaaa. Lo gapapa kan?"
"I'm okay, emangnya gue kenapa?" melepaskan rangkulan keduanya
"Kemarin lo chat kita berdua, lo sakit. Masa ga inget?"
"Hah ga tau, gue ga inget" ia memegang kepalanya terasa sangat pusing dan berat
"Astaga ren"
"Lo pusing? Ke dokter aja yuk" bujuk Aley pada Rena
"Ga, ga usah gue cuman pusing aja. Mending gue istirahat di rumah aja"
"Okay kita ga akan maksa lo. Ayo ke dalem, gue bantu" Rena menurut dengan perkataan Aley. Dan mereka membawa kembali Rena masuk ke dalam rumah.
Dan Rena dirawat oleh keduanya, dan langsung pulang setelah selesai membantu Rena.
+++
Arda yang sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ingat dengan kejadian kemarin. Ia membayangkan wajah merona Rena yang menciumnya
Ia menggelengkan kepala, jantungnya terasa berdegup dua kali lebih cepat. Arda membuka kolom pesan yang diatasnya bernama 'Adreena'
Arda terlihat mengetikkan sesuatu tetapi dia menghapus kembali ketikannya. Entah apa yang dilakukannya.
Arda mengacak rambutnya frustasi, ia tidak mengerti dengan perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evocative [✓]
Roman d'amoure·voc·a·tive /əˈväkədiv/ bringing strong images, memories, or feelings to mind. yerin-wonwoo/fairbi local·au. © feb - nov 2023, (complete).