Di pagi hari tepatnya sebelum matahari terbit, Rena sudah bersiap untuk berangkat ke kantor. Ia menyalakan mesin mobilnya, memanaskan sebentar
Sembari ia memakan roti dan kopi susu untuk sarapan, juga tak lupa di tangannya yang lain menggenggam ponsel pintarnya
Tak lama, mobilnya sudah selesai dipanaskan olehnya, ia segera menancapkan gasnya menuju ke kantornya
Perjalanan sangat lancar, tentu karena saat itu masih sangat pagi. Kemudian ia sampai di parkiran yang sepi, ia langsung masuk ke dalam, ia merasa agak aneh melihat sekeliling yang sunyi
Sebenarnya perusahaan memang selalu buka 24 jam non stop, meskipun tak ada siapapun yang berjaga, semua karyawan masih mempunyai akses keluar-masuk, karena sistem keamanan yang sangat ketat
Tetapi Rena tak sendirian di kantor, masih ada 1 atau dua orang karyawan yang memaksakan lembur bekerja. Peraturan perusahaan memang tidak ada yang namanya kerja lembur tidak pulang berhari-hari, terkecuali jika ada suatu hal yang tidak bisa ditinggal seperti kasus lalu
Rena membuka pintu ruangannya, menyimpan tasnya dan duduk di kursi miliknya, ia menyalakan komputer
Jari-jarinya lincah mengetikkan deretan huruf dan angka dengan tersusun rapi. Ia pun fokus dengan pekerjaan.
+++
Pagi ini, Arda datang lebih awal dari biasanya. Ia naik ke lantai atas, menunggu lift berjalan ia membuka ponselnya dan mengecek pekerjaan hari ini
Tting
Pintu lift terbuka, Arda berjalan keluar masih fokus dengan ponselnya itu, lalu ia menatap ke depan dan menyimpan kembali benda pipih itu ke dalam tasnya
Dari kaca luar ia melihat Rena yang tengah fokus dengan komputer, Arda memandang Rena dari kaca itu
Di depan pintu, ia mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam tanpa jawaban dari gadis yang ada di dalam situ
"Selamat pagi, Rena" katanya tersenyum dengan santainya
"Oh kak Arda!" pekiknya yang cukup terkejut melihat Arda yang sudah berada di depannya
"Pagi juga kak" sambungnya, dan tersenyum pada Arda
"Saya kira kamu tidak akan datang"
"Kan saya juga udah janji dateng kak" Rena memiringkan kepala dan menatap dalam Arda yang terlihat menahan raut wajahnya
"Biaklah, kalau ada yang harus saya bantu tolong panggil saya"
"Aman kak" Rena mengacungkan ibu jarinya, tak lupa dengan senyuman khasnya
"Saya kembali keruangan saya" katanya
"Silakan kak" jawabnya yang sudah kembali fokus pada layar komputer
"Oh iya, apa kamu sudah sarapan? Akan Saya belikan jika kamu belum sarapan" katanya sebelum meninggalkan ruangan
"Oh! Gak usah kak, saya udah sarapan kok" tanpa mengalihkan pandangannya dari layar itu
"Baiklah" Arda mengangguk mengerti dan keluar dari ruangan gadis itu
Mereka pada akhirnya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Kini Arda sudah berada di ruangannya, ia sudah kembali ke ruangannya sejak dua minggu lalu. Ia juga sudah tidak terlalu sering menjadi asisten Rena, meski ia masih membantu Rena mengurus semuanya
Arda membuka lembar berkas-berkas yang tertumpuk di mejanya, dan segera membaca satu persatu berkas-berkas dengan seksama. Dan ia pun bekerja dengan teliti
Dua jam berlalu, kantor sudah semakin ramai dengan para karyawan
Arda keluar dari lift sambil menenteng sebuah kantung kain, ia segera masuk ke dalam ruangan Rena tak lupa mengetuk pintunya
"Eh kak ada apa?" katanya tersenyum tipis begitu Arda masuk, ia kebetulan yang sedang duduk di sofa sambil meminum kopi nya itu
"Ini Ren sarapan, dari Bunda. Katanya takut kamu belum makan, ya pokoknya gitu" Arda meletakkan kantung itu di meja dan ia duduk di sebelah gadis itu
"Astaga, banyak banget kak. Jadi ngerepotin Bunda deh" ia yang merasa tidak enak, Rena mengeluarkan seluruh isi kantung itu, meletakkannya di meja dengan rapi
"Gapapa Ren, justru Bunda seneng kalau masak buat kamu" tersenyum dan menatap lamat wajah Rena
"Bilangin makasih buat Bunda ya kakk!"
"Iya-iya" Arda memperhatikan Rena yang tampak senang ketika membuka kotak makan itu
"Wah!" pekiknya, tetapi Rena menggelengkan kepalanya dan menutup kembali kotak makan itu dan menaruhnya, mukanya seketika kaku
"Kak" katanya ragu
"Iya, kenapa hmm?" Arda menengok ke arahnya, tatapannya terlihat sayu
"Aku udah inget semuanya, kejadian hari itu"
"Maksud kamu?" ia pura-pura tidak mengerti apa yang dikatakan gadis itu
"Kejadian saat pesta" Rena menunduk tak berani menatap Arda
"Apa yang kamu inget?" ia berusaha untuk tetap tenang, meski ia sedikit agak panik
"Itu" suaranya perlahan tak terdengar
"Gapapa, bilang aja. Saya gak akan macam-macam sama kamu"
"Kita ciuman" suaranya pelan nyaris tak terdengar, tetapi Arda masih mendengar suara Rena
Arda tersenyum, meskipun agak canggung ia harus tetap menjelaskannya padanya. Arda meraih tangan kiri Rena, ia mengusap punggung tangan gadis itu
Wajah Rena mulai memerah, Arda masih diam dan menggenggam tangannya
"Kejadian memang seperti itu" ia melepas salah satu tangannya dan merapikan rambut Rena kebelakang telinga, Arda melihat pipi Rena yang merona
"Kamu mabuk, saya ada saat bersama kamu saat itu, dan kamu mencium saya. Sebenarnya saya sudah mencoba melepaskan, tetapi kamu ya begitulah.
Tetapi kita tidak melakukan apa-apa selain itu, lalu saya mengantar kamu pulang, waktu itu beruntung rumah kamu sedang tidak ada siapa-siapa. Saya juga mengangkat kamu sampai kamar, lalu saya pulang"
Arda menjelaskan kejadian hari itu, degup jantungnya bekerja dua kali lebih cepat, telinganya juga memerah saat menceritakannya
Arda melepaskan genggaman tangannya dan berdiri berusaha untuk menutupi wajahnya yang tidak bisa menahan ekspresinya
Rena tak menanggapi penjelasan Arda, terbesit dibenaknya tentang kejadian itu. Wajahnya benar-benar bak kepiting rebus
"Saya pamit dulu, jangan lupa dimakan" Arda mempercepat langkahnya dan keluar dari ruangan, menghindari kecanggungan antara mereka
Rena menutupi wajahnya, ia sangatlah malu.
"Renaa bodoh, kenapa tiba-tiba harus ngomongin ituu" nada suaranya meninggi, ia mengacak rambutnya terlihat frustasi
KAMU SEDANG MEMBACA
Evocative [✓]
Romancee·voc·a·tive /əˈväkədiv/ bringing strong images, memories, or feelings to mind. yerin-wonwoo/fairbi local·au. © feb - nov 2023, (complete).