"Ma, aku kapan pulang sih ma? lama banget perasaan." Ucap Cio merasa sangat jenuh dengan suasana kamar inap nya ini.
"Ntar siang, bang. sabar kenapa sih kamu tuh, ikutin apa kata dokternya aja." Ucap Naomi yang tengah sibuk dengan buku majalah di tangannya.
"Ma, Shani kemana ya ma? hp dia gak aktif dari kemarin aku hubungi susah." Ucap Cio seraya memandang langit-langit kamar rumah sakit.
Naomi menoleh ke arah Cio dengan tatapan heran.
"Mati? ngga kok. malem tadi mama abis telponan sama Shani." Kata Naomi.
Cio dengan spontan bangkit dan langsung terduduk di atas brangkar nya, tatapan nya tertuju menatap sang mama yang duduk di sofa sembari membaca majalah.
"Ma, jangan bilang aku di blokir sama Shani?, Ma gimana dong ma." Ujar Cio dengan panik, semarah itukah istrinya?
"Ya mana mama tau, bang."
Cio mendengus kasar " ih mama, coba telponin Shani nya, ma. masa dia tega blokir nomor aku sih" Gerutunya dengan kesal.
Naomi menyimpan majalah yang telah ia baca ke atas meja, lengannya bergerak mengambil ponsel miliknya guna menghubungi menantu nya itu.
Cio menatap Naomi dengan was-was, bahkan hingga detik ini pun pesan yang ia kirimkan belum juga di baca oleh sang Indira.
"Nih, mama mau keluar dulu beli sarapan." Ucap Naomi dengan sedikit berbisik menyerahkan ponselnya ke arah Cio.
"Hallo, ma. kenapa?"
Itu suara Shani, ada perasaan yang sulit untuk Cio jelaskan saat mendengar suara lembut dari istrinya itu, rasa rindunya semakin menjadi-jadi saat ini.
Naomi sudah berjalan keluar beberapa menit yang lalu, hening. itulah susana kamar Cio saat ini, dirinya bingung ingin mengatakan apa pada Shani.
Oh, ayolah bukan kah tadi dirinya yang begitu tak sabaran ingin menghubungi Shani? lalu kenapa sekarang rasanya semua kata-kata dalam pikirannya hilang begitu saja?.
"Ma? hallo. Cio baik-baik aja 'kan ma? mama ada apa telpon aku?"
"Aku kangen"
"ini siapa?"
"Shani, kamu kenapa blokir nomor aku?"
"..."
"Shan, aku minta maaf, maafin aku ya? aku butuh kamu, Shani. I really miss you."
"..."
"Shan jawab dong, kamu dateng ya ke sini? aku mau kamu."
"Suruh aja Anin yang kesitu, aku sibuk."
Tutt. .
Cio memandang nanar ponsel mamanya, Shani mematikan sambungan telepon nya begitu saja, apa semarah itu Shani pada dirinya?.
Tubuhnya ia hempaskan dengan kasar hingga menimbulkan suara yang sedikit gaduh, biarlah kepalanya terasa sedikit nyeri sebab terbentur besi brangkar miliknya.
Matanya terpejam kuat, lelaki itu bimbang harus berbuat apa sekarang, rasanya ingin segera keluar dari kamar sialan ini dan berlari menuju pelukan sang istri.
Shani-nya tengah diselimuti api cemburu saat ini.
"Bang? udah telpon Shani nya? apa katanya? dia beneran blokir nomor kamu?" Tanya Naomi tiba-tiba saja sudah ada di dalam kamar, lalu menatap anaknya itu yang diam sedari tadi sembari memunggunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK TERDUGA (Hiatus)
Teen Fiction"tak adakah cinta untukku, sedikit saja??" "Apa yang lo harapin dari gue, Cio" Bisakah Cio mendapatkan hati seorang Shani Indira?? "Jika memang mendapatkan mu hanyalah sebuah mimpi bagiku, maka jangan pernah bangunkan aku dari tidurku" Jatuh cinta...