Part 9: Buket Spesial

19 4 3
                                    

"Shera!"

Hening tak ada jawaban. Jam 7 pagi, Rifki sudah berada di rumah Shera seperti biasanya saja. Mereka kan kuliah pagi, jadi jam 7 pun sudah berangkat dan akan sampai di kampus jam 8 kurang 15 menit.

"Sher!" Rifki kembali memanggil. Namun tak ada juga jawaban dari Shera.

"Aduh maaf, Den Rifki. Non Shera masih di kamar. Katanya sakit perut." Bi Irma yang baru saja selesai masak datang tergopoh-gopoh menghampiri Rifki.

"Walaahh, kirain gak sakit lagi dia," kata Rifki cemas.

"Kemarin waktu pulang kuliah, dia baik-baik aja. Tapi tadi pas Bibi ke kamarnya, dia ngeluh sakit, Den," ujar Bi Irma.

"Ya Allah, aku boleh cek ke kamarnya kan?" tanya Rifki.

"Monggo, Den. Bibi mau lanjut kerja dulu." Bi Irma pamit untuk kembali bekerja.

Rifki membuka pintu kamar Shera. Gadis itu sepertinya bersembunyi di balik selimut. Rifki duduk di ujung ranjang dan membuka selimut yang menutupi tubuh Shera.

"Sher,"

"Hmmm."

"Masih sakit perutnya?"

"Sakit banget,"

"Ke dokter ya? Gue izin deh hari ini," ucap Rifki.

"Gak usah. Lo kuliah aja sana. Gue gak apa-apa kok," kata Shera pelan.

"Gimana gue mau fokus kuliah, kalau lo sakit gini, Sher,"

"Enggak, enggak. Kalau lo bolos gue tutup pintu rumah ini buat lo!" ancam Shera.

Kalau sudah diancam gini, Rifki tak bisa melawan.

"Ya udah, tapi nanti pulang kuliah gue ke sini lagi." Rifki mengusap pelan kepala Shera.

"Kerja, Rifki!"

"Eh, iya lupa." Rifki menepuk jidat. "Lo sendirian dong di sini."

"Kan ada Bibi. Tenang aja lah, udah biasa ini." Shera meyakinkan sahabatnya agar ia tak terlalu khawatir.

"Oke deh. Tapi kalau ada apa-apa, telepon gue,"

"Iya iya, udah ah sana. Hus! Hus!" Shera mengusir Rifki layaknya mengusir hewan.

"Lo pikir gue kucing. Ya udah gue pergi dulu. Salim dulu sini." Rifki mengulurkan tangan kanannya.

"Dih, gak usah kebanyakan gaya. Cepet sana berangkat," usir Shera.

"Iya, gue pergi. Tapi salim dulu. Gitu amat sama Abang, gak sopan tau,"

"Ribet banget hidup lo." Shera mencium punggung tangan Rifki. "Puas lo! Udah sana pergi."

"Hehe. Bye bye, Shera!" Rifki tertawa puas dan segera pergi meninggalkan rumah Shera.

***

Rifki berjalan santai melewati lorong kampus yang cukup ramai. Sungguh rajin para mahasiswa ini, pagi-pagi sudah pada mejeng di depan kelas. Mau ngecengin kakak tingkat kali ya.

"Eh, itu Kakak fotografer pas ospek bukan sih?"

"Lah, iya. Kok sendirian? Apa mungkin dia jomblo?"

"Orang ganteng kayak dia gak mungkin jomblo. Kan ada tuh cewek yang selalu sama dia,"

"Oh, iya. Yang sama-sama fotografer itu ya?"

"Yang pas jatuh sama Kak Hilmi bukan?"

"Nah iya itu. Emang siapa namanya?"

"Ra ... Raa ... Siapa sih? Gue lupa?"

"Shera maksudnya?" Rifki melirik anak semester 1 yang sedang membicarakan dirinya. Para gadis itu langsung salah tingkah dan malu karena ditegur Rifki.

Berondong CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang