Karena sekarang adalah hari terakhir ospek, maka setelah acara selesai, para peserta dan juga panitia kini melakukan sesi foto bersama. Selesai foto dengan seluruh peserta, kini tiap-tiap kelompok pun ingin mengabadikan momen itu.
Shera sudah dipanggil sana sini oleh orang-orang untuk dimintai tolong. Karena dialah fotografer yang bisa diandalkan. Rifki juga sama, tapi ia malah asyik memotret peserta perempuan yang meminta tolong padanya.
"Foto-foto sambil tebar pesona tuh pasti," komentar Shera.
Tangan Shera lama-lama pegal karena banyak sekali yang meminta tolong padanya untuk difoto. Ia pun duduk sejenak sambil meluruskan tangannya.
"Gini amat kalau jadi fotografer, tangan pasti pegel semua," keluh Shera. Shera memang sudah biasa mengalami hal seperti ini.
"Tangannya pegel ya?" Seseorang kini duduk di samping Shera.
"Eh, Hilmi. Iya nih pegel banget. Tapi udah biasa kok." Shera tersenyum tipis.
"Aku pijitin boleh?"
"A-apa?" Shera sedikit gugup.
Hilmi meraih tangan kanan Shera dan memijatnya. "Katanya tadi pegel, ya aku pijitin aja. Gak apa-apa kan?"
"Oh, i-iya. Ya udah boleh aja." Shera membiarkan Hilmi memijat kedua tangannya yang pegal. Shera terus memperhatikan Hilmi yang dengan telaten memijat tangannya. Baru saja kenal tapi Hilmi sudah sebaik ini.
Merasa dirinya diperhatikan, kini Hilmi juga melirik ke arah Shera. Keduanya sama-sama diam dan saling bertatapan. Jantung Shera tiba-tiba berdegup kencang saat matanya bertemu dengan mata hitam Hilmi.
"Eee ... Udah selesai ini, Kak. Gak pegel lagi kan tangannya?" tanya Hilmi yang ternyata gugup juga.
"Emmm makasih, Hilmi. Jadi ngerepotin." Shera menahan malu.
"Gak repot kok, Kak. Oh iya, Kakak pulang sama siapa?" ucap Hilmi.
"Nanti bareng sama Rifki. Kan rumah kita searah, terus tetanggan juga. Rumahnya berseberangan sama rumah aku," jelas Shera.
"Kak Rifki itu pacar Kakak ya?"
"Hahaha bukan. Kita emang udah sahabatan dari SD. Cuma waktu SMP, aku sama Rifki beda sekolah,"
Hilmi menganggukkan kepalanya. "Tapi Kakak keliatan cocok loh sama Kak Rifki. Sama-sama fotografer, yang satu ganteng yang satu cantik."
Shera merasa terbang melayang saat Hilmi mengatakan bahwa ia cantik. Perlu ia akui, Hilmi pun sebenarnya manis. Apalagi dia orangnya ramah dan humoris.
"Kamu bisa aja. Eh, kamu gak foto-foto lagi sama temen-temen kamu?" Shera mengalihkan pembicaraan.
"Kan tadi udah, difotoin juga sama Kak Rifki. Kalau foto sama Kakak aja boleh gak?"
"Hah? Foto sama aku?" Shera melongo sambil menunjuk dirinya sendiri.
Hilmi mengangguk sebagai jawaban.
"Udah sana, gue fotoin." Rifki tiba-tiba muncul di hadapan Shera. "Dari tadi fotoin orang mulu, tapi sendirinya gak di foto. Sini kamera lo."
Shera memberikan kamera kesayangannya pada Rifki. "Yang bener fotonya."
"Ck! Ngeremehin banget. Udah sono buru!" titah Rifki sewot.
"Sewot amat sih, Pak!" umpat Shera. Gadis itu kini meraih tangan Hilmi dan mengajaknya foto bareng di depan gedung aula utama universitas.
Cekrek!
Cekrek!
Cekrek!
Rifki berhasil mengambil beberapa bidikan dengan kamera milik Shera. Cowok itu memberikan kamera milik sahabatnya agar ia bisa melihat hasilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Cinta
RomansaHilmi Raffasya, seorang mahasiswa dengan sikap yang humoris dan ramah. Sikap hangatnya itulah yang membuat para wanita jatuh cinta. Termasuk dosennya sendiri. Shera Ardiana adalah salah satu dari mereka yang menyukai Hilmi. Mahasiswi dengan hobi fot...