Part 12: Hilmi Sakit

22 4 3
                                    

Hilmi merasa heran karena Shera kembali diam setelah penayangan film selesai. Padahal sejak film berlangsung, Shera enjoy saja menikmati alur film. Tapi begitu keluar studio, Shera kembali cemberut.

Hilmi jadi bingung harus bicara apa. Sejak tadi ia hanya mengikuti langkah Shera. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Dan Shera bilang ingin ke taman bermain nanti malam. Terus sekarang mau kemana? Itu yang membuat Hilmi bingung.

Shera masuk ke dalam restoran Jepang yang ada di lantai paling bawah. Gadis itu menarik kursi dan lalu duduk. Hilmi pun melakukan hal yang sama. Mungkin mood Shera sedang buruk makanya ia diam saja. Hilmi pun tak berkata apa-apa.

Shera lantas memanggil pelayan dan memesan satu porsi ramen pedas, sushi serta minumannya.

"Mau pesen juga?" Shera melirik Hilmi yang dari tadi diam saja.

"Gak usah, aku masih kenyang," jawab Hilmi singkat.

"itu aja pesanannya, Mbak," ucap Shera pada sang pelayan.

"Baik, Kak. Mohon ditunggu ya." Pelayan itu berlalu.

Masih dengan mode saling diam. Shera mengambil ponselnya dan membalas pesan dari Rifki yang belum ia balas. Cowok itu menanyakan keberadaannya dan Shera menjawab sejujurnya, bahwa ia sedang pergi bersama Hilmi.

"Kak, aku mau ke toilet sebentar," ucap Hilmi.

"Oke,"

"Gak akan lama kok." Hilmi langsung pergi meninggalkan Shera.

"Kenapa dia?" gumam Shera. Gadis itu mulai merasa aneh dengan sikap Hilmi.

Kenapa dia juga ikut diam? Shera diam itu karena dia kesal. Shera merasa moodnya hancur setelah bertemu Adam. Kalau saja dia bukan dosen, Shera pasti akan mencabik-cabik wajah Adam.

Hingga makanan pesanan Shera tiba, Hilmi tak kunjung kembali juga. Shera mulai khawatir dan tak tenang saat menikmati makanannya. Shera berkali-kali menelepon Hilmi, namun sama sekali tak diangkat.

"Hilmi kok lama banget ya. Apa terjadi sesuatu sama dia?" gumam Shera.

Ia mempercepat kegiatan makannya dan segera membayar pesanan. Setelah itu ia menyusul Hilmi di toilet. Suasana di toilet tampak sepi. Tak ada siapapun di toilet wanita ataupun pria.

"Hilmi!" panggil Shera dari luar toilet pria.

Hening tak ada jawaban. Shera ingin masuk tapi jika ia masuk, nanti ada orang yang berpikiran negatif. Lebih baik Shera menunggu Hilmi saja di luar.

***

Sementara di dalam bilik toilet, Hilmi masih diam dan menahan rasa sakit di perutnya. Sepertinya maag-nya kambuh karena ia telat makan. Ia tak mungkin jujur pada Shera, karena ia tak mau merusak acara jalan-jalannya.

"Aduuhh, kok sakitnya gak hilang-hilang sih. Mana Kak Shera nelepon terus, pasti dia nungguin. Ayolah, nanti aku makan kok." Hilmi terus meremas perutnya yang terasa sakit.

"Hilmi!"

Cowok itu mendengar seseorang yang memanggilnya. Hilmi yakin itu pasti Shera. Suara panggilan itu terdengar lagi. Hilmi bingung. Mau keluar juga perutnya masih terasa sakit. Obat maag selalu ia bawa. Tapi kalau belum makan, gimana mau minum obat?

"Hilmi! Kamu di dalem kan, Mi! Ini Shera!"

Benar kan, ternyata itu suara Shera. Hilmi mencoba mengatur napasnya. Rasa sakit itu tak begitu terasa. Ia merapikan penampilannya agar Shera tak curiga. Hilmi berjalan keluar toilet dan ia mendapati Shera yang sepertinya sedang menunggunya.

Mendengar suara derap langkah di belakangnya, Shera langsung membalikkan badan.

"Hilmi, kamu gak apa-apa kan? Kok lama banget?" tanya Shera khawatir.

Berondong CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang