Part 11: Kenapa Gugup Banget?

17 3 2
                                    

Shera begitu nyaman menikmati terpaan semilir angin siang ini. Cuacanya memang tak terlalu panas hari ini. Saat ini Shera sedang dalam perjalanan menuju ke taman bermain bersama Hilmi.

"Mi, kayaknya kalau ke taman bermain lebih asyik malem deh," ucap Shera.

"Malem? Emang gak apa-apa kalau main sampai malem?" tanya Hilmi. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Masih siang ini, masih jam 2,"

"Kamu kalau gak bisa sampai malem gak apa-apa, Mi. Aku bisa sam -- "

"Bisa kok, Kak. Tenang aja. Justru yang aku khawatirkan itu Kakak." Hilmi memotong ucapan Shera.

"Aku kerja kan sampai malem. Jadi kalau main sampai malem pun gak masalah," sahut Shera.

"Hmm gitu. Ya udah deh, mumpung weekend juga kan. Jadi sekarang mau kemana?" Hilmi sedikit melirik ke arah Shera.

"Terserah kamu aja, Mi,"

"Emm ke bioskop mau?"

"Boleh deh, udah lama juga gak nonton," pungkas Shera.

Hilmi menambah kecepatan motornya. Jalanan cukup lenggang saat itu. Shera yang takut dibawa ngebut refleks melingkarkan tangannya ke pinggang Hilmi.

Menyadari hal itu, Hilmi memelankan lagi laju motornya. Ia bisa melihat dari spion kalau Shera ketakutan. Tak terasa, mereka pun sampai di sebuah mall. Bioskop di mall itu ada di lantai paling atas.

"Kak." Hilmi menyentuh tangan Shera yang melingkar di pinggangnya.

"Eh, udah sampai ya?" Shera langsung menjauhkan tangannya dan turun dari motor Hilmi.

Gadis itu menunduk malu, kenapa ia sampai memeluk Hilmi sih? Mungkin karena kebiasaannya memeluk Rifki saat dibonceng di motor.

"Maaf ya, Kak. Aku gak tau kalau Kakak takut dibawa ngebut," sesal Hilmi.

"Gak apa-apa, aku cuma trauma. Soalnya pernah jatuh dari motor pas lagi ngebut," ucap Shera.

"Sekali lagi maaf ya. Yuk kita masuk!" ajak Hilmi. Ia kini meraih tangan Shera dan mengenggamnya.

Jantung Shera sudah berdetak tak karuan. Antara senang dan malu kini bercampur menjadi satu. Keduanya pun berjalan berdampingan layaknya sepasang kekasih. Saat berjalan pun, tak hentinya Hilmi melempar candaan yang membuat Shera tertawa.

Baru kali ini Shera bisa kenal dengan orang humoris seperti Hilmi. Wajahnya juga bukan wajah wajah orang cuek. Bukan Arsen yang kadang sok jaim tapi diam-diam punya calon istri.

"Eh, mending kita makan dulu. Gimana, mau gak?" tanya Hilmi.

"Boleh. Tapi nanti udah nonton pasti bakal makan lagi," jawab Shera.

"Ya, gak apa-apa. Atau sekarang kita gak usah makan berat dulu. Mungkin beli jajanan gitu,"

Shera hanya mengangguk saja. Jujur ia masih malu jika sedekat ini dengan Hilmi. Biasanya gadis itu hanya memerhatikan dari jauh dan memotretnya diam-diam.

Hilmi terus memperhatikan Shera yang dari tadi hanya diam saja. Banyak sekali pertanyaan yang terlintas di benak Hilmi. Cowok itu pun sebenarnya ingin sekali mengenal Shera.

Hanya saja yang membuatnya tidak enak adalah, kebersamaan Shera dan Rifki. Hilmi tak ingin menjadi orang ketiga di antara keduanya.

"Kak!"

"Hilmi!"

Dua insan itu saling melirik dan memanggil satu sama lain. Shera kembali menunduk. Sedangkan Hilmi mengalihkan pandangan.

"Ka-kamu duluan, Mi. Mau ngomong apa?" ujar Shera gugup.

"Kak Shera aja dulu,"

Shera menggeleng. "Enggak enggak. Kamu aja."

"Aku cuma mau nanya emmm ... " Hilmi menggantungkan ucapannya. Ia bingung, haruskah ia menanyakan hal ini. Tapi nanti Shera pasti akan balik bertanya.

"Nanya apa?" Shera mulai penasaran.

Hilmi menggaruk tengkuk yang tidak gatal. "Eee ... Aku mau nanya ... Kita emm ... Kita mau makan di mana? Iya, kita mau makan di mana?"

Shera mengernyit heran. Mau menanyakan hal ini kenapa sampai segugup itu ya?

"Oh itu, di lantai paling atas kan ada tuh tempat makan. Kita makan di sana aja, biar pas mau nonton gak terlalu jauh," usul Shera.

"Ya udah, ayo!" Hilmi mengeratkan genggaman tangannya ke tangan Shera.

Shera tak sadar jika Hilmi tengah senyam-senyum sendiri. Sementara Shera berusaha untuk tetap santai dan tak terlihat gugup. Keduanya duduk di kursi yang masih kosong ketika sampai di tempat makan. Mereka masih sama-sama diam sambil melihat menu yang tersedia.

"Mau makan apa?" Keduanya saling melempar pertanyaan.

Mereka sama-sama menunduk karena malu. Duh, kenapa dekat dengan adik kelas harus segugup ini sih? Sepertinya tak hanya Shera yang gugup, Hilmi pun tampak gugup.

"Kenapa kita jadi canggung gini ya?" celetuk Hilmi.

"Haha aku juga gak tau." Shera tertawa kecil.

"Santai aja kali ya, kenapa harus canggung gini sih? Kak Shera mau makan apa?" Hilmi mulai terlihat santai kembali.

"Apa ya? Dimsum aja mungkin sama jus alpukat," ucap Shera.

"Oke, aku juga sama," sambung Hilmi.

Mereka kembali mengobrol sambil menunggu pesanan. Suasana menjadi tak secanggung tadi. Mungkin karena tangan mereka yang bertautan, makanya mereka jadi canggung.

"Selamat menikmati makanannya, Kak." Seorang pelayan kini datang mengantarkan pesanan Hilmi dan Shera.

"Terima kasih, Mbak," ucap Shera.

"Ayo dimakan dulu makanannya," sahut Hilmi. Keduanya sama-sama diam saat menikmati makanan.

Selesai makan, keduanya gegas menuju ke bioskop dan memesan tiket. Shera sudah ada planning film yang belum mereka tonton. Film Gita Cinta Dari SMA.

"Yakin mau nonton film itu, Kak?" tanya Hilmi sebelum ia memesan tiket.

"Iya, soalnya udah lama banget pengen nonton itu. Tapi gak sempet, terus tiketnya kehabisan mulu," jawab Shera.

"Ya udah, kebetulan aku juga belum nonton film itu. Tunggu sebentar, biar aku yang beli tiket sama cemilannya," ucap Hilmi.

Shera hanya mengangguk dan ia pun duduk di kursi tunggu dekat studio 4. Gadis itu hanya sibuk foto-foto selfie sendiri.

"Sendirian aja fotonya? Mau ditemenin gak?" Suara berat seorang laki-laki membuat pandangan Shera teralih.

Itu bukan suara Hilmi, melainkan suara Adam, si dosen cuek di kampusnya Shera.

"Loh, Pak Adam ngapain di sini?" tanya Shera.

"Kamu pikir saya di sini mau apa? Ya, mau nonton juga lah," jawab Adam jutek.

"Jawabnya biasa aja dong, Pak," ketus Shera tanpa senyum sedikitpun.

"Kamu sendirian ke sini? Mau bareng saya? Tapi kamu nonton film apa?"

Astaga, dosen yang satu ini sifatnya memang sulit ditebak. Kadang ramah, kadang jutek, kadang baik juga. Shera celingukan mencari sosok Hilmi. Ia tak mau lama-lama dekat dengan Adam. Jika ada mahasiswa yang melihat, kan bisa gawat.

"Oke, saya akan jawab satu-satu pertanyaan, Bapak. Saya mau nonton film Gita Cinta Dari SMA. Dan saya ke sini sama ... " Shera menghentikan ucapannya. Matanya kembali mencari sosok Hilmi yang tak kunjung kembali.

"Eee ... Saya ke sini sama Hilmi, Pak. Itu dia." Shera menunjuk ke arah Hilmi yang tengah berjalan menghampirinya.

"Maaf nunggu lama, Kak," ucap Hilmi. Cowok itu melirik Pak Adam. Ia seperti tak asing dengan pria yang sedang bersama Shera.

"Saya duluan ya, Pak. Ayo cepetan, Mi!" Shera langsung menarik tangan Hilmi menuju ke studio. Beruntung penayangan film tinggal 10 menit lagi.

***



Berondong CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang