Kini dia pulang lagi. Mengetuk pintu sekali saja, tetapi aku tahu bahwa keberadaan itu adalah dia. Khawatirku selama ini tumpah keluar.
Pintu kubuka dengan cepat. Raut muka yang berbeda terlihat di sana. Raut muka seorang remaja yang sudah belajar banyak.
Kupeluk dia dengan hangat, "Bagaimana? Sudah tau akhirnya?"
Dia mengangguk dengan lambat. Kutau air mata itu hendak mengucur. Rambutnya yang lesu kuelus dengan lembut.
"Telah kulalui akhir ceritanya", dia memelukku erat. Seketika itu juga, air matanya membasahi pundakku. Tangisan itu mengisi ruangan di pagi hari. Rasa sakit yang ditanggungnya hendak kubantu kupikul. Aku ikut menangis bersama.
Biarpun demikian, aku yakin memori itu masih ada. Jumat penuh permulaan, sabtu penuh kegembiraan, serta hari-hari yang lalu dengan gadis yang dia impikan itu.
Aku yakin dia masih ingat bagaimana Jumat Agustus memikat hatinya. Hembusan angin yang seolah mengusap matanya. Gadis itu di situ. Mengecup hatinya untuk pertama kali hingga membuatnya yakin gadis itu yang pertama.
Akan tetapi, permohonan yang tragis tidak akan berakhir manis dan cerita akan tetap sama. Tidak akan pernah berubah sekalipun waktu berjalan terus. Gadis itu punya jalannya sendiri. Mungkin, Tuhan mengabulkan doa-nya untuk lebih lama bersama gadis itu. Walaupun demikian, hal itu sebatas untuk membuka matanya.
Di Oktober, lagi. Kini semua berhenti di Oktober. Dedaunan gugur telah kembali jatuh mengisi kota. Ia tidak bisa terus tinggal di situ sebelum dedaunan itu akhirnya berhenti meranggas. Dia telah menyerah. Telah menyerahkan sepenuh cintanya untuk dia. Untuk kebahagiaan gadis itu.
Jauh di dalam dada, dia harap waktu tidak pernah mempertemukannya dengan gadis itu. Sampai kapanpun. Sampai maut menjemput. Amin.
Amin paling serius di hidupnya.
- 2 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Episode Epik : NYLEVAM✔
Short Storybuat hati yang belum lulus untuk pergi. -sooshu 0517/0617