Taubat

19 0 0
                                    

*Bahkan di hati manusia yang paling jahat sekalipun pasti pernah terbesit niat untuk berubah menjadi lebih baik*

-Rumah yang bercahaya-
Chapter 4

Riyan bersiap mendirikan sholat, untuk pertama kalinya dalam masa remajanya, Riyan mendirikan sholat atas kemauannya sendiri.

"Hmm, aku udah lama gak sholat, buat mengingat, sepertinya aku harus membaca bacaan sholat sebentar" Riyan membaca buku ayahnya yang berisi tentang bacaan sholat setelah selesai Riyan yakin bahwa ia bisa.

Riyan mulai sholat isya, walau dengan pikiran yang simpang siur, Riyan tetap yakin dengan sholatnya, ia resapi setiap gerakan sholat yang ia lakukan sampai selesai.

"Akhirnya selesai juga, sekarang sholat taubat seperti yang ayah katakan tadi" Riyan kembali mendirikan sholat, namun disini entah mengapa Riyan memiliki pikiran yang kosong, ia begitu tenang terkadang terlintas Cahaya di pikirannya namun konsentrasinya tidak pecah, setelah selesai Riyan mulai membaca Istigfar.

Awalnya Riyan lancar membaca istigfar sembari merenungi setiap dosanya, Riyan tetap membaca Istigfar itu dengan tulus hanya berharap pahala dari Allah SWT.

Namun pikiran Riyan mulai merasakan sakit karena terbayang berbagai kesalahan yang ia lakukan, merokok, pacaran, berkelahi, menonton film dewasa, melawan orang tua, tidak sholat, tidak mengaji, batal puasa dan berbagai dosa-dosa lainnya.

Setelah ia memikirkan segala dosanya, mulailah Riyan terbayang neraka dengan apinya yang menyala membakar dirinya lebur di dalam api itu. Riyan yang hanya membayangkanyapun merasa takut merinding.

tes
tes
tes
tes

"Huh, huh, huh, apa nerakalah tempatku kembali ya Allah" tak terasa tetes air mata mulai jatuh di pipi Riyan, ia yang dikenal sebagai pria terjantan di kelasnya, tidak takut pada siapapun dan hobi berkelahi kini menangis merenung di kamarnya.

Ayah Riyan mengintip anaknya yang sedang sholat itu, tak terasa ayah Riyan juga turut menangis melihat anaknya telah bertobat dan menemukan jalan yang benar kembali.

"Huh, hmpps, hmpss, Huahhhh!! Aku tak mau lagi!!!! aku tak mau lagi berbuat dosaaa!!! maafkan akuu!! maafkan akuu Ya Allahh!!! Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Malik, maafkan hamba yang penuh dosa ini!!" Riyan bersujud sembari tetap menangis tak terasa air matanya telah membasahi sejadahnya. Setelah tenang Riyan kembali duduk dan berdoa merenungi dirinya.

"Ya Allah, terima kasih karena telah mengembalikanku ke jalan yang benar, aku tau selama ini aku telah berbuat dosa sebanyak-banyaknya. Mungkin dosaku sebanyak buih di lautan, atau setinggi gunung, ataupun seluas gurun pasir, namun hari ini, seseorang telah membuka mataku bahwa penting untuk menjalani hidup dengan berpegang teguh pada agamamu, Ya Allah terimalah taubatku ini dan buatlah aku tetap berada di jalanmu ini, Aamiin" Riyan selesai berdoa namun ia masih saja menangis.

Ayah dan ibu Riyan masuk untuk menenangkan anaknya itu.

"Nak, belum terlambat buat belajar agama" ucap ayah Riyan.

"Iya kan nanti ayah yang bakal ngajarin kamu tentang agama" sambung ibu Riyan.

Riyan langsung memeluk kedua orang tuanya sembari menangis.

"Maafin Riyan bu, yah, Riyan udah jahat sama kalian selama ini, Riyan udah dosa sama kalian" ucap Riyan menyesal. Melihat tangisan anak laki-lakinya itu, ayah dan ibu Riyan merasa tersentuh dengan hal tersebut dan membalas pelukan Riyan.

"Masa remaja memang begitu nak, kamu cuma lagi nyari jati diri kamu sebenarnya" Jawab ayah Riyan.

"Mulai sekarang, Riyan bakal berubah, Riyan bakal kembali belajar agama seperti yang ayah sama bunda harapin" ucap Riyan berjanji.

Rumah yang bercahaya (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang