Bahagia dibalik duka

40 0 0
                                    

~Apa gunanya mencintai bayanganmu? Bila cintamu bukan aku, cinta ini akan tetap tersimpan sebagai rahasia hatiku~

-Rumah yang bercahaya-
Chapter 12

*Tiitttttttttttttt*

Grafik Nol, jantung Cahaya tak berdetak. Dokter mulai memacu jantung Cahaya untuk berdetak tapi sepertinya semua itu sia-sia.

Jantung Cahaya pun berhenti berdetak, Cahaya pun menghembuskan nafas terakhirnya. Operasi Cahaya dinyatakan gagal oleh dokter.

"Cahaya!!!!!!!" Riyan berteriak dan menerabas masuk ke ruangan Cahaya dirawat.

Perawat yang berusaha menahannya tak luput dari pukulan Riyan, Riyan memukul semua orang yang berusaha menghalanginya dari Cahaya. Kurang lebih Riyan memukul 6 perawat laki-laki saat menerabas masuk. Bahkan 1 perawat harus mendapat penanganan lebih lanjut karena hidungnya berdarah

"Cahaya, bangun!! kamu udah berjanji kan?? kalau kamu bakal hidup, tolong, Cahaya bangun" ucap Riyan memanggil Cahaya namun semua percuma, Cahaya telah meninggal.

"Kamu jahat yaa!! kamu ingkari janjimu padaku! tolong bangkitlah kumohon, kumohon, kumohon, Cahaya bangun" Ucap Riyan, Riyan masih menggoyang ranjang tempat Cahaya dirawat.

Ibu dan ayah Cahaya yang melihat Riyan hanya bisa terdiam sambil menangis karena Cahaya memiliki seseorang yang begitu tulus mencintainya.

"Huahhh, Cahayaaa!!!" Riyan seketika menggenggam tangan Cahaya, tak peduli akan jarak, Riyan menggenggam tangan Cahaya erat sambil menangis tersedu-sedu.

"Mas, maaf mbak Cahaya sudah..." dokter berusaha menjelaskan pada Riyan.

"Gak! dia belum mati" potong Riyan tak percaya.

"Dia sudah meninggal mas, lihat grafik jantungnya, tak ada detak dia sudah meninggal" jawab dokter berusaha menjelaskan, namun semua percuma. Riyan telah hancur karena melihat Cahaya meninggal di depan matanya.

BUG!!!!
BUG!!!!
BUG!!!!
BUG!!!!
BUG!!!!
BUG!!!!
BUG!!!!

Riyan memukul dinding dengan keras sampai dinding tersebut retak dan tangannya mengeluarkan darah.

"Nak Riyan, jangan sakiti tanganmu" mohon ayah Cahaya, namun semua terlambat, jari jemari tangan kiri Riyan patah dan terluka parah.

"Nak Riyan, tanganmu" ucap ayah Cahaya kaget.

"Gapapa om, ini gak sesakit perasaanku kehilangan Cahaya" jawab Riyan.

Riyan diam terduduk selama satu jam di depan Cahaya, ia pandangi tubuh Cahaya yang dingin, Riyan pun mulai berguman.

"Cahaya, kamu sekarang baik-baik aja kan? kamu sekarang sudah sama Rahma tenang disana, aku pasti butuh waktu seumur hidup untuk ngelupain kamu, tapi aku mohon bangunlah dan berkumpullah dengan kami lagi, kumohon ya Allah berikan keajaibanmu untuk Cahaya, kalaupun hidup Cahaya harus dibayar dengan sisa umurku aku rela menyerahkan semuanya untuknya, kumohon"

Riyan pun memegang tangan Cahaya, ibu dan ayah Cahaya tak menahan Riyan karena tau perasaan Riyan yang baru kehilangan orang yang dicintainya. Ia genggam erat tangan Cahaya lalu mencium tangan Cahaya sembari berdoa dan berharap.

Rumah yang bercahaya (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang