"Kita adalah cahaya bagi hidup orang lain, jangan pernah merasa bahwa hidupmu tak berguna, cintailah dirimu dan sayangi orang disekitarmu"
-Rumah yang bercahaya-
Chapter 3Riyan merasa gusar rasanya hanya ingin masalah ini cepat selesai. Riyan selalu menyendiri di taman ketika memiliki masalah seperti ini.
Ditengah renungannya, Cahaya lewat di depannya sembari membaca novel, terkadang ia melihat jalan supaya tidak terjatuh. Kemudian Cahaya duduk untuk membaca novel sembari meminum segelas teh.
"Siapa dia? dan pakaian aneh apa itu? ibu-ibu tah? tapi keliatannya ia masih muda" guman Riyan
Riyan memandangi Cahaya dengan penuh penasaran, Cahaya yang bisa merasakan niat seseorang merasa risih karena diperhatikan Riyan.
"Siapa sih orang ini, niatnya penasaran, paling cuma penasaran sama wajahku" guman Cahaya.
Riyan pun memberanikan diri menghampiri Cahaya untuk berkenalan.
"Hai mbak, boleh kenalan?" tanya Riyan salting
"Waalaikumsalam ya ikhwan, kenapa mau kenalan dengan saya?" tanya Cahaya
"Eh ikhwan? nama saya Riyan bukan ikhwan" Ucap Riyan heran, Cahaya hanya tertawa kecil
"hmm, kamu lucu, ikhwan itu sebutan laki-laki dalam agama Islam" jelas Cahaya
"Ohhh, maaf saya gak tau" jawab Riyan
"Nama kamu Riyan?" tanya Cahaya
"Iya namaku Riyan, dan kamu siapa?" tanya Riyan
"Aku Cahaya" jawab Cahaya
"Ohh, hai salam kenal" ucap Riyan sambil menyodorkan tangannya mengajak Cahaya bersalaman
"Maaf, bukan mahram" Jawab Cahaya sopan sambil memohon maaf
"Ehh, aku gak boleh jabat tangan denganmu?" tanya Riyan
"Dalam Islam, laki-laki dan perempuan yang tidak terikat hubungan pernikahan tidak boleh saling dekat ataupun bersentuhan" jawab Cahaya
"Aku gak pernah tau itu" Jawab Riyan bingung
"Hmm, jadi kenapa kamu mau kenalan dengan aku, Riyan?" tanya Cahaya
"Aku penasaran dengan penampilanmu, kenapa kamu gak seperti wanita lain yang pernah aku temuin?" tanya Riyan
"Kalau dijelasin juga kamu kayaknya gak bakal paham deh" jawab Cahaya
"Heleh, jangan gitulah, aku paham pasti" ucap Riyan kesal
"Apa iya?" tanya Cahaya
"Hmm, sejujurnya aku gak paham hal seperti ini?" ucap Riyan jujur.
"Ikhwan, belajar agama lagi ya, kami para perempuan perlu laki-laki yang bisa bimbing kami, bukan cuma modal ganteng sama gaya" ucap Cahaya
"Hmm, Cahaya apa aku terlihat seperti pendosa?" tanya Riyan
"Kenapa nanya gitu? kita aja belum satu jam kenal masak kamu nanya gitu ya mana aku tahu" tanya Cahaya heran
"Ya, dari penampilanku aja" mohon Riyan, Cahaya memperhatikan Riyan sejenak dan membaca hatinya
"Kamu masih plin plan dalam hidup, masih puber" ucap Cahaya
"Hah??!! puber?! hey gadis aku udah dewasa kali" jawab Riyan kesal
"Aku ngebaca hati kamu, kamu tu masih terombang-ambing ditengah lautan, tidak tau mau kemana dan hanya mengikuti gelombang, kamu plin plan dalam hidup dan hanya mau terlihat keren, segera temukan jalanmu" jelas Cahaya, jawaban Cahaya membuat Riyan termenung
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah yang bercahaya (Tamat)
RomanceKetika si pendosa mencintai si pengejar surga.