~Antara siang dan malam serta matahari dan bulan yang menerangi dunia, aku ingin terus menjadi cahayamu dan menuntunmu di gelapnya dunia~
-Rumah yang bercahaya-
Chapter 6Pagi yang cerah di hari ini, satu bulan berlalu sejak Riyan berubah menjadi pribadi yang baik dan tenang. Walau sudah sebulan berlalu, Riyan belum memiliki keberanian untuk mengobrol dengan Cahaya. Di dalam hatinya, ia masih penasaran dengan siapa Cahaya dan bagaimana sifatnya karena bagi Riyan, Cahaya masih seorang pribadi yang misterius.
Suatu hari, Riyan memberanikan dirinya untuk bicara dengan Cahaya, Riyan bertekad ketika ia bertemu Cahaya maka ia akan mengajaknya berbicara.
Riyan menjalani sekolah seperti biasa tanpa hal menarik yang terjadi, sepulang sekolah Riyan melihat Cahaya di masjid ingin melaksanakan sholat ashar. Riyan pun mampir untuk menemui Cahaya dengan dalih ingin melaksanakan sholat ashar juga karena kebetulan Riyan belum sholat.
"Assalamualaikum ya ukhti" sapa Riyan.
"Waalaikumsalam akhi, mau sholat juga?" tanya Cahaya.
"Iya aku mau sholat, belum sholat tadi" jawab Riyan.
"Ohh, yaudah aku mau wudhu dulu nanti lagi ya" Cahaya lalu meninggalkan Riyan dan pergi ke tempat wudhu perempuan.
Riyan tersenyum ketika melihat Cahaya berjalan, ia terlihat anggun dengan pakaian sekolah yang dirancang lebih lebar dari pakaian sekolah biasanya dan lebih terlihat seperti gamis.
Selepas sholat, Riyan ingin pulang namun ternyata hujan turun dengan deras memaksa Riyan berteduh. Begitu pula dengan Cahaya yang ikut berteduh di masjid karena tak dapat pulang dengan berjalan kaki.
Riyan ingin menghampiri Cahaya namun ia malu untuk beranjak dan memilih untuk duduk di teras masjid sambil menunggu hujan reda. Tak disangka-sangka Cahaya yang malah menghampiri Riyan dan mengajaknya mengobrol.
"Kamu berteduh juga ya, kukira kamu menerabas hujan" tanya Cahaya. Riyan tersenyum mendengar pertanyaan Cahaya.
"Hmm, aku gak sekuat itu kali" jawab Riyan.
"Rumahmu dimana akhi" tanya Cahaya.
"Rumahku di Jalan Pattimura dekat dengan sekolah kok, sekitar 15 menit perjalanan" jawab Riyan.
"Hmm gitu" ucap Cahaya.
"Bagaimana denganmu? dimana rumahmu ukhti?" tanya Riyan.
"Rumahku di belakang sekolah, dekat SD 12 toko besar di pinggir jalan depan SD 12 itulah rumahku" jawab Cahaya.
pembicaraan mereka terlihat kaku, apalagi dengan menjaga jarak, tak bertatap mata membuat keduanya seakan mengobrol menggunakan telepati.
"Duh, aku mau ngomong apalagi, aku habis topik" tanya Riyan dalam hati.
"Kamu bingung?" tegur Cahaya.
"Eh, kenapa kamu tau" tanya Riyan.
"Gampang menebaknya, apa yang kau pikirkan?" tanya Cahaya serius.
Riyan seketika bingung mau menjawab apa, tidak mungkin dia menjawab sedang mencari topik untuk berbicara dengan Cahaya. Riyan pun memutar otaknya dan dalam sepersekian detik dia menemukan solusi.
"Sedang memikirkan hijrahku, apakah aku bisa istiqomah menjalaninya atau tidak" jawab Riyan.
"Hmm, kenapa gitu?" tanya Cahaya lagi.
"Entahlah, aku tak yakin" jawab Riyan.
"Mungkin kamu hanya ragu, buang saja ragumu Riyan, kamu pasti bisa kok" pinta Cahaya menyemangati Riyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah yang bercahaya (Tamat)
RomanceKetika si pendosa mencintai si pengejar surga.