Dua sisi koin

22 0 0
                                    

"Awalnya aku mengira kalau bertemu denganmu adalah hal terindah dalam hidup, namun ternyata dapat menikah dan hidup berdua denganmu adalah hal yang lebih indah"

Rumah yang bercahaya
-Chapter 13-

Satu Bulan telah berlalu. Kondisi Cahaya semakin membaik, dia sudah bisa berjalan sendiri namun masih lemas. Detak jantung Cahaya juga sudah normal menandakan tidak ada gejala lain. Luka operasi jantung itu juga sudah tertutup sempurna dan tidak menimbulkan rasa sakit lagi. Cahaya telah sembuh dari penyakitnya, namun sekarang malah Riyan yang kondisinya memburuk.

Riyan mengalami hipokalemia, penyakit gangguan elektrolit tubuh yang diakibatkan kekurangan kalium. Riyan mengalami kelelahan yang berlebih serta tidak dibarengi asupan makanan sehat membuat Riyan mengalami penyakit ini.

Sekarang Riyan dirawat di rumah sakit yang sama dengan Cahaya, ruangan Riyan pun ditaruh di sebelah ruang rawat Cahaya sesuai permintaan keluarga Cahaya.

"Riyan gimana yah" tanya Cahaya

"Dia udah baikan kok, tapi dia masih belum bisa berjalan, bahkan berdiri tegak. Dia masih di diinfus kalium, kata Riyan rasanya sakit sekali. Bahkan tadi ayah dengar Riyan menangis di ruang rawatnya mungkin karena kesakitan" jelas ayah Cahaya

"Cahaya mau ngeliat dia yah, dia ada disisi Cahaya saat Cahaya sakit, Cahaya harus ada disisi dia sekarang" pinta Cahaya

"Kamu bisa berdiri?" tanya ayah Riyan

"Alhamdulillah udah bisa yah" Cahaya lalu berdiri namun ia masih lemah

"Pakai kursi roda aja ya nak, Ruangan Riyan disebelah ini" ucap ayah Cahaya

"Iya yah" Cahaya lalu berjalan pelan menuju kursi roda, menaruh infusnya di gantungan lalu Cahaya duduk dan mulai berjalan pelan dengan kursi roda itu.

Cahaya berusaha mencapai ruangan Riyan, ia pun sampai di depan ruangan rawat Riyan, bahkan sebelum masuk sudah terdengar rintihan Riyan menahan sakit karena infus kaliumnya

"Assalamualaikum akhi" sapa Cahaya, Cahaya terkejut melihat Riyan hanya terbaring lemah diatas ranjangnya

"Waalaikumsalam ukhti" sapa Riyan lemah

"Bagaimana kabarmu" tanya Cahaya

"Aku sedih, sakit, mungkin ini cara Allah mengurangi dosa-dosaku" ucap Riyan

"Kenapa kamu sedih?" tanya Cahaya

"Aku gabisa berlomba lagi sekarang, penyakit ini ngebuat aku gabisa capek lagi sekarang, aku sudah jadi lemah ukhti" ucap Riyan lesu sambil menahan sakit di tangan kirinya yang diinfus

"Hmm, kamu gak lemah kok akhi" ucap Cahaya

"Kok gitu, liat aku ya, aku, lemah bahkan aku gabisa berjalan" ucap Riyan

"Tenang, tarik nafasmu" kata-kata Cahaya yang lembut langsung menyadarkan Riyan

"Maaf, aku gak bermaksud" ucap Riyan

"Gapapa, kamu cepet sembuh ya, semangat, walau kamu gabisa seperti dulu, kamu tetap dirimu kan, Riyan yang selalu ngebuat aku tersenyum setiap harinya" ucap Cahaya menyemangati

"Terima kasih ukhti" ucap Riyan

"Mana ibumu, aku ingin menyapanya" ucap Cahaya

"Ibu lagi ke bawah bagian admin" jawab Riyan

"Ohh gitu, yaudah aku temani ya, kamu pasti kesepian" ucap Cahaya

"Gimana kondisimu Cahaya" tanya Riyan

Rumah yang bercahaya (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang