Givan melajukkan motornya dengan kecepatan di atas rata rata, bersama dengan Agsa yang juga mengendarai motor tak kalah kencang dengan Givan. Tidak, mereka tidak sedang balapan, tapi ada sesuatu yang sangat penting hingga mereka seperti itu.
Membelah jalanan sunyi di tengah malam, dengan suasana hati yang tidak baik baik saja. Kedua nya sampai dengan selamat di sebuah rumah sakit yang ada di pusat kota.
Berlari dengan tergesa gesa melewati lorong rumah sakit, hingga berhenti tepat di depan pintu IGD. Langkah kaki Givan menggema di seluruh sudut ruangan rumah sakit.“Lo berdua kemana aja?” tanya Raihan dengan muka penuh lebam.
”Ray” Agsa berjalan mendekati Raihan.
“Ngapain lo ke sini?” tanya Rayhan nyalang.
”Van, lo kemana? Kenapa gak angkat telepon dari gue?” tanya Ghastan.
“Sibuk pacaran kali” celetuk Afkar yang sedang duduk di kursi tunggu di depan IGD. Givan akan menghampiri Afkar tapi ditahan oleh Agsa.
”Lo jangan memperkeruh keadaan ya, anjing!” emosi Agsa.
”Emang iya kan? Lo kenapa jadi emosional gini, apa gara gara lo baru ditolak sama gebetan lo?” Rayhan tersenyum sinis.
Agsa diam. Dia tidak bisa menampik, karena semuanya benar. “Keadaan Naren gimana?” tanya Givan yang akhirnya buka suara.
“Gak usah sok peduli!” tajam Rayhan.
“RAY!” sentak Agsa.“APA?!” sentak Rayhan balik.
“Lucu lo berdua” Rayhan terkekeh sinis.
“Yang satu asik berduaan, yang satu nya lagi asik ngegalau. LO MIKIR GAK SIH ANJING?! KITA SEMUA HAMPIR MATI!”
“Ray, rumah sakit” tegur Afkar.
“Gue minta maaf” sesal Givan.
“Halah, basi anjing! Tadi lo kemana waktu dimintain bantuan? Mana lawan bawa gerombolan” Emosi Rayhan.
Ceklek. Pintu UGD terbuka, menampilkan seorang dokter yang nampak nya tergesa gesa. “Dok, ada apa?” tanya Ghastan.
“Pasien sedang ditangani. Sepertinya ada keretakan tulang dibagian kaki, Saya permisi” pamit dokter tersebut.
Rayhan mengusap wajah nya kasar “Ray, sorry” Setelah kepergian Givan tadi di lapangan futsal. Terjadi olok olokan antar kelompok yang membuat mereka sama sama terpancing emosi. Keributan dan kegaduhan bermunculan hingga mereka saling menyerang.
Naren yang memiliki kondisi kaki cedera akibat bermain bola dia ikut diserang habis habisan oleh tim lawan. Dia berusaha meminta bantuan Givan untuk kembali dan membantu mereka namun nihil.
Givan tidak mengetahui dering telfon yang ada di handphonenya.
Givan melangkah masuk kedalam ruang IGD. Ada Naren yang terkapar di brankar rumah sakit. Dia kehilangan kesadaran setelah mendapatkan pukulan dari Iqbal tadi. Kondisi nya juga sama, penuh dengan lebam. Ditambah pelipis Naren yang di perban.
”Kenapa lo gak datang, Van?” pertanyaan penuh dengan kekecewaan itu keluar dari mulut Afkar.
“Lo lagi apa? Sama Freya?” sambung Afkar.
Givan diam “Maaf”
“Lo semenjak pacaran lupa kita Van, buktinya tadi”
Ghastan menetralkan nafasnya agar tidak emosi lagi. “Pulang lo, nggak guna juga disini”
Givan pasrah, dia akan keluar tapi perkataan Rayhan membuat nya menghentikan langkahnya. “Gue kecewa sama lo Van!"
Givan membuka pintu IGD. “Pulang aja lo. Gak guna juga lo disini” ucap Afkar santai.