Freya menghempaskan tasnya diatas kursi ruang tamu. Beruntung didalamnya tidak ada laptop di dalamnya. Bisa diamuk Ibu nanti. “Ibuuuu”
Dia mencari keberadaan ibunya saat panggilan dia tidak ada sahutan. Berjalan menuju dapur namun masih saja tidak menemukan. .
“Ibuuu....” Panggilnya lagi.
“Kenapa nak” Nah itu yang dicari cari datang. Ibu Freya berjalan melewati tangga dari ruangan yang berada di atas.
Freya menata makanan makanan yang ia beli sebelum pulang dari rumah Billa tadi. “Freya beli martabak kesukaan Ibu, martabak manis! “
“Wihhh, mana mana” Ibu Freya berjalan mendekatinya. Mereka kini duduk bersebelahan di ruang tamu.
Mereka menikmati martabak ini sembari menonton sebuah film di tv. Keduanya saling diam melihat film itu. Sangat fokus.“Ibu mau tanya, Freya kenapa akhir akhir ini suka diem sendiri dikamar? Beda dari biasanya? Ada masalah? “ Tanya ibu selang beberapa menit diam.
Freya hanya menunduk. Dia memainkan ujung bajunya. Tidak mungkin jika dia memberitahu ibunya tentang permasalahan dia dengan Givan.
“Freya nggak papa kok bu” Dia menjawab sambil tersenyum semanis mungkin. Tangannya bergerak membereskan martabak yang kini sisa wadahnya saja. Dia membawanya ke dapur dan membuang kotak martabak itu.
Freya kembali dengan dua gelas jus di kedua tangannya. Untuk dia dan Ibu. Atensinya teralih pada cahaya yang merambat melalui kaca jendela yang tirainya belum tertutup sempurna.
“Hayo... Lagi ngapain” Tanya Ibu yang tiba tiba muncul dibelakang Freya.
“Ya Ampun ibu. Ngagetin aja, ish! “ Jawab Freya kesal.
“Itu bukannya motor Givan ya? Pacar kamu yang suka main disini? “ Tanya ibu lagi. Mengikuti arah pandangan Freya. Mengamati sejenak siapa yang menggunakan motor berwarna hitam di depan rumahnya.
Freya menempatkan kedua gelas jus itu diatas meja. Dan menutup tirai jendela itu rapat. Dia tidak mau ibunya mengetahui masalah yang sedang terjadi kepadanya.
Tak perlu menunggu waktu. Ada suara bell dan pintu diketuk. Ibu hendak membukakan pintu. Namun Freya mencegahnya.“Biar sama Freya aja bu”
Freya merapikan rambutnya sebentar. Dia menarik nafas dan membuka pintu itu. Dan benar, ada Givan yang sedang berdiri didepan pintu. Tatapan mereka bertemu dan muncul senyum di wajah Givan.
Ibu menyusul Freya keluar. Dia penasaran siapa yang datang dan penasaran sebenarnya apa yang terjadi kepada anaknya. “Loh nak Givan”“Assalamu'alaikum tante, selamat malam” Givan menyalami tangan Ibu Freya.
Freya menarik tangan Givan menuruni tangga. “Freya mau keluar sama Givan bu, boleh kan? “ Alibi Freya kepada ibunya. Sementara Givan yang mendengar itu tersenyum senyum sendiri.
“Kamu lagi sakit kan, jangan jauh jauh”
“Kamu sakit? “ Tanya Givan khawatir. Dia menyentuh pipi Freya guna mengecek suhu pacarnya. Tunggu, masih pacar?
Pencitraan banget lo!
“Udah sehat kok ma. Cuma mau ngobrol sama ayang di taman” Freya tersenyum senatural mungkin agar terlihat meyakinkan.
“Ay ayo! “
Freya membawa Givan kembali ke taman yang ada di samping rumahnya. Setelah sampai di sana, dia melepaskan genggaman tangannya. “Pulang lo”
“Loh, katanya mau ke--”
“Siapa yang mau keluar sama lo? “.
“Gue mau ngobrol sama lo”