Freya berjalan tergesa-gesa di koridor rumah sakit. Tidak, bahkan dia berlari menuju UGD rumah sakit itu.
Pikirannya berkecamuk mendengar kabar bahwa bahwa Givan, mantannya, mengalami kecelakaan. Walau terlintas rasa benci yang mendalam tapi perasaan sedih tak bisa dipungkiri. Freya berlari mendekati resepsionis, nafasnya tersengal-sengal.
"Ada yang bisa saya bantu, mbak?" Tanya suster yang menjaga resepsionis itu.
"Cari pasien yang bernama Janaka Natheo Givandy " Ucap Freya setelah mengambil nafas panjang.
"Pasien baru saja masuk di ruang Ugd" balas suster itu dengan tangan yang mengarahkan jalan ke ruangan tempat Givan dirawat.
Dengan sigap, Freya berlari menuju ruang itu. Tak peduli dimana Agung sekarang karena pikirannya terisi dengan kondisi Givan saat ini. Mendengar kabar Givan terluka parah membuatnya semakin kalang kabut.
Lorong yang tak berisi banyak orang itu membuat langkah Freya menggema di seluruh penjuru ruangan. Langkahnya terdengar sangat tergesa-gesa. Dari jauh Freya melihat Raihan serta Irzan disana, Freya menemukan ruangan Givan.
"Gi-Givan, dia gimana?" ucap Freya tersenggal-senggal.
Raihan menarik nafas lebih dalam, "Kritis, frey." ucap Raihan.
Sakit. Rasa sakit tiba-tiba datang dengan sendirinya, menusuk-nusuk hati Freya. Ia mengusap wajahnya gusar, membangun benteng agar ia tak menangis.
Naas, Agung datang dan menarik Freya dalam dekap nya membuat benteng yang telah Freya bangun terpaksa runtuh dan Freya menangis dalam dekapan Agung.
"Nangis, nangis aja." ucap Agung sembari mengusap punggung Freya perlahan.
"Frey,"
"Jaga jarak! Lo Raihan khan? Yang pernah ngirim chat nyalahin Freya, gak sopan." Raihan mengurungkan niat baiknya untuk menenangkan Freya, Agung mencegah Raihan mendekati Freya yang kini dalam dekap nya.
"Jangan deketin Freya gue kalau lo cuma mau marah-marah." final Agung dengan tegas.
Raihan hanya diam, sesekali menatap Freya yang masih menangis. Ada banyak hal yang harus Raihan katakan kepada Freya, salah satunya kondisi Givan saat ini. Namun melihat Agung yang overprotective membuat Raihan menunggu waktu yang lebih tepat.
"Raihan pasti sama aja kayak Givan, brengsek." ucap Agung dengan lirih namun masih dapat terdengar jelas ditelinga Raihan.
Perlahan emosi Raihan mulai tersulut, sejak tadi Agung menuduh yang tidak-tidak padanya, "HEH! JANGAN SAMAIN GUE SAMA GIVAN! DAN JANGAN SEBUT GIVAN SEBAGAI LAKI-LAKI BRENGSEK. LO GATAU APA-APA TENTANG GIVAN!" ucap Raihan dengan emosi yang menggebu-gebu.
"SUDAH CUKUP!" lerai Freya. Ia mengusap air matanya lalu menatap dua laki-laki yang tadi sempat adu mulut.
Irzan menjawab. "Jangan ribut disini, ini rumah sakit."
Dari dalam ruang Givan dirawat, muncul suster yang membawa papan data pasien. "Apakah sudah ada pendonor darah untuk pasien? "
"Ambil darah saya dok" Ucap Freya yang membuat semua orang kaget.
"Baik! Silahkan ikut saya, kamu akan diperiksa terlebih dahulu sebelum diambil darah nya untuk pasien." Ucap suster yang lalu mengajak Freya untuk mengikuti nya.
Semua lega karna telah mendengar ada Freya yang telah mendonor kan darah nya untuk citra. Semua orang menunggu keluar nya Freya dari ruangan yang tadi dimasuki Freya.
Sekitar satu jam lebih menunggu akhirnya Freya keluar.. "Bagaimana Frey?cocok?" Tanya Raihan cepat cepat.
🪐🪐🪐