Dan di sinilah mereka, di bandara menunggu jam keberangkatan Freya.
"Masih ada setengah jam lagi" Ucap Ayahnya.
Ibu Freya dari tadi tidak melepaskan tangan Freya. Jujur dia belum siap melepaskan putri semata wayangnya.
"Bu..." tegur Freya.
"Diem dulu" dengan suara bergetar. Iya ibu freya nahan nangis.
"Ibu... Freya cuma empat tahun di sana. Abis itu balik lagi ke sini, nanti kalau liburan Freya pasti pulang" Ucap Freya.
Ibunya diam tak menjawab. Memilih untuk mengalihkan pandangan nya. Panggilan dari pengeras suara sudah berbunyi. Menandakan agar para penumpang segera memasuki pesawat.
"Jaga diri ya, kabarin selalu" Pesan kedua orang tuanya.
"Iya, Ayah" Freya memeluk kedua orang tuanya. "Freya sayang kalian" Keduanya juga membalas pelukan Freya.
"Anak ayah hati hati disana, jangan sampai lupa kabarin kita. Oke? "
"Siap!" Freya sedikit merapikan baju yang ia kenakan. Baru daja dia hampir melangkahkan kaki. Ada seseorang yang berlari dari kejauhan dan meneriaki namanya. "Loh, Rai? "
"Gue mau nganter lo"
Freya menatap Raihan yang tiba tiba datang kesini. Bagaimana dia bisa tau. Padahal ia hanya berpamitan dengan kelima teman temannya. "Kok bisa tau gue mau pergi? "
"Gue kan pinter" Freya mengangguk saja.
"Gue mau ngomong sama lo, Frey" Raihan mengenggam kedua tangan Freya. Ia menatap wajah cantik milik gadis didepannya ini.
"Frey, gue. Gue sayang sama lo" Pemuda itu menghentikan ucapannya.
Nafasnya terasa tercekat. "Gue nggak bisa nahan lagi. I have a crush on you, Frey. Sorry kalau udah lancang suka sama lo"
"Rai, hati gue masih luka. Gue nggak mau suka sama orang baru sebelum gue selesaiin urusan gue sama masa lalu. Gue butuh waktu buat nyembuhin luka gue. Terimakasih lo udah jujur sama hati lo, gue bilang lo keren udah berani nyatain hati. Tapi sorry, Rai"
"Gue bakal nunggu lo"
"Jangan! Gue takut lo malah luka sama gue"
"Tapi gue sayang sama lo, cinta sama lo, pengen lo jadi milik gue. Gue bakal nunggu lo sampai luka lo sembuh dan gue bakal berusaha buat dapetin lo"
"Gue udah harus berangkat, Rai. Sampai jumpa empat tahun lagi"
"Gue bakal nunggu lo"
Freya terkekeh dia menggeret kedua koper nya. Melambaikan tangan, meski masih ada perasaan yang mengganjal di hati nya. Freya melihat senyum terukir di wajah milik Raihan. Lelaki itu melambaikan tangan untuknya. "LOVE U FREY, GUE BAKAL NUNGGU LO! "
Freya memantapkan hati dan kembali melangkah.mungkin sudah saatnya dia pergi dari Negara kelahirannya ini untuk menuntut ilmu dan mengejar cita citanya. Perjalanan Freya akan dimulai sebentar lagi. Perjalanan baru yang akan menghantarkan Freya ke masa depan yang lebih cerah.
Freya mengantri sembari memegang passport dan tiket dalam genggamannya, satu persatu orang didepannya telah memasuki kabin pesawat. Saat gilirannya, Freya tak tahan melihat kenyataan tiket didepannya ahwa dia akan benar benar meninggalkan rumahnya untuk beberapa tahun, ia terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik baik saja.
Freya mulai memasuki kabin pasawat, ia mulai mencari seat tempat duduknya dan menaruk ransel yang ia gendong ke dalam kabin. Sebelum menaruh ranselnya, Freya mengambil buku novel yang kemaren baru ia beli. Saat pesawatnya mulai lepas landas, Freya terus melihat keluar jendela untuk melihat Indonesia dari atas.
“Gue iklas Van, Gue harap lo tenang disana. Kita selesai, benar benar selesai”
Semakin tinggi pesawatnya terbang, hanya lautan awan yang bisa ia lihat. Sunggu indah ciptaan tuhan. Hamparan awan awan putih yang menghiasi langit membuat Freya kagum melihatnya. Gadis itu teringat lagi tujuannya untuk pindah dan melanjutnya kulihnya di Korea, melupakan dan mengiklaskan mantan kekasihnya. Banyak sekali kenangan yang sudah mereka buat di Indonesia. Freya ingin melepaskan semuanya.
“Selamat tinggal, Semestaku”