1.3

41 3 1
                                    

Aufa dan Freya saling menatap dan senyum semlirik muncul di wajahnya masing masing. Seakan mereka berbicara lewat bahasa mata saja. Nyatanya mereka sama sama paham dan mengerti. Mereka tertawa bersamaan. 

“Apaan kalian ketawa ketiwi kayak orang gila aja! “

“Lo nggak diajak Le”

“Huu nggak diajak yaudah gue mau ke kantin” Ujarnya dengan kesal. Dia berjalan menuju luar kelas. Namun cekalan tangan Freya menahannya. 
Freya berbisik. “Billa couplean sama Irzan ya? “

“Sumpah Frey? Demi apa??? “ Lea kaget mendengar bisikan Freya tadi. Dia memperhatikan tangan kiri Irzan yang sedang memainkan pulpen. Dia mengamati sedikit lebih lama dari pada Aufa tadi. 

“ITU YANG BIASA DIPAKAI BILLA DI TANGAN KANAN KIRI ITU KAN? GELANG YIN YANG!!! “ 

Aufa menabok Lea. “Jangan keras keras”

“Kaget jir, jadiannya emang kapan? “

“Ya mana gue tau, kan yang sebangku lo”

 ”Alah Billa mah apa, deket sama Irzan jadi berubah tau”

“Darita lo, gue nggak ikut campur” Jawab Freya dengan tertawa. 

“Yaudah gue mau ke kantin, ikut nggak? “

Aufa menggeleng. Dia memilih di kelas aja bersama pacarnya. Dasar bucin. Sedangkan Freya hanya diam saja. 

Lea berjalan keluar menuju kantin. Setelah terdiam sejenak, Freya pikir mencari angin di luar kelas tidak apa. Daripada harus melihat kemesraan pasangan di sebelahnya ini. “Gue mau keluar ya Fa”

Dia berjalan menyusuri koridor. Dia kembali mendapat tatapan itu. Tak jarang juga ada yang menyapanya. Freya membalas mereka dengan senyum seramah mungkin.

Freya berjalan dengan mengobrol dengan salah satu adek kelas yang bisa dibilang akrab dengannya. Dia terlalu fokus menghadap kearah samping sampai tak sengaja menabrak seseorang. “Eh maaf”

“Aya” Panggilan familiar itu membuat Freya mendongakkan kepalanya. Panggilan 'aya' adalah panggilan khusus dari Givan. 

Dia menatap mata Givan yang kini terlihat, berkaca kaca. Dia menatap sekeliling juga masih banyak orang yang berlalu lalang.

“freya"

“Nggak usah aleman. Nggak malu, lo? “ Tanya Freya datar. 

“Ikut gue” Givan menarik tangan Freya pelan menuju belakang sekolah. Disana sepi, hanya ada Givan dan Freya berdua. Beruntung disana tidak ada cctv yang memantau. 

Freya ingin melawan. Namun sia sia, dia kalah tenaga dengan Givan. Dari pada buang buang tenaga, Freya memilih pasrah. 

Tempat yang sama, dimana Givan mengatakan sesuatu yang sangat menyakitkan.....

“Ngapain bawa gue disini! “ Tanya Freya cepat, dia ingin cepat cepat kembali ke kelas. 

Givan memeluk Freya. Freyanya kini sudah berubah. Sama seperti pertama kali mereka bertemu. Freya yang cuek dan dingin kepadanya. Tapi kali ini, Freya sangat berubah dari awal mereka bertemu. 

FREYA KECEWA SAMA LO, DIA UDAH CAPEK SAMA LO BABI! 

“Lepasin gue”

“Gak”

“Lepasin”

“Ngga”

“Jangan buat nama lo tambah jelek di hati gue ya Lang! “ Freya menghentakkan tangan Givan yang memeluknya. 

GRADUADIED || NA JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang