1.1

38 2 0
                                    

“Khusus buat lo, Rai” Raihan yang merasa terpanggil menatap Givan yang ada di hadapan nya.

“Freya sama sekali gak salah di sini. Oke gue akui, semenjak sama Freya gue jadi jarang sama kalian semua. Tapi Freya sama sekali gak suruh gue buat selalu ada dan selalu sama dia. Ini semua murni atas kemauan gue sendiri” jelas Givan.

“Dan kalau gue tiba tiba Givan tanpa kabar. Gue. Gue bukan mihak salah satu dari kalian. Tapi karna gue fokus sama keluarga gue yang rusak”
Raihan dan semuanya terdiam.

“Gue juga mikir awalnya kalau ini adalah salah Freya. Tapi setelah gue pikir, di sini gue yang salah. Gue waktu itu kalut banget, keluarga gue hancur udah hancur gue gak mau pertemanan gue juga sama hancur cuma gara gara cewek. Akhirnya gue relain Freya--”

“Bentar, lo putus dari Freya?” potong Raihan cepat.

“Enggak. Gue gak putus sama dia, tapi gue minta break sementara waktu sama dia”

“Karena gue tau Rai, lo nuduh Freya bukan karena komplotan serangan kemaren. Tapi lo nuduh Freya, karena udah mempengaruhi gue buat gak sama kalian. Tapi sekali lagi gue tekankan, Freya sama sekali gak salah di sini. Ini murni kecelakaan”

“Gue juga mau minta maaf karena gak datang waktu kejadian” Givan tersenyum tipis.

“Terus lo sama Freya sekarang gimana?” tanya Naren.

Givan terdiam “Gue mau berusaha buat memperbaiki hubungan gue sama Freya”

Afkar menepuk pundak Givan “Lo pasti bisa Van. Freya cewek baik, lain kali lo jangan ambil keputusan waktu lo lagi emosi atau kalut. Ujung ujungnya gak bakal baik”

Givan tersenyum tipis “Thanks”

“Gue minta maaf Lang” ucap Raihan.

“Maaf udah buat kericuhan” lanjutnya.

“Kita semua minta maaf, Van” sambung yang lain.

“Gue udah maafin kalian semua, bentar lagi juga kita lulus. Nggak usah ribut ribut. Tinggal nunggu Naren sembuh abis itu kumpul lagi kita”
Mereka mengobrol dan bercanda ria dirumah sakit. Kondisi kaki Naren juga kian membaik. Sepertinya besok sudah dibolehkan rawat jalan.

Sebelum berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor, seseorang memanggil namanya.

“Givan! ” Givan menoleh ke belakang.

“Apa?” Ghastan berjalan mendekat ke arah Givan

“Lo seharusnya gak berkata hal yang menyakitin ke Freya”

Givan mengerutkan kening nya, maksud dari orang di depan nya ini apa. “Maaf sebelum nya, kemarin gue mau samperin lo, tapi gue malah denger lo ngatain dia sasimo”

Oh, soal itu.

“Lang lo harusnya gak ngomong gitu sama Freya yang bahkan cowo itu kejelasannya belum lo ketahui pasti. Udah berapa kali lo kecewain Freya?”

“Kalau lo kayak gitu, bisa aja Freya hilang respek sama lo” ucap Ghastan.

“Lain kali, jaga omongan lo. Karena mungkin aja ada yang sakit hati, cuma karena ucapan lo”

🪐🪐🪐

Sudah berjam jam Agung berada dirumah Freya. Dia menemani Freya mengerjsksn pekerjaan rumahnya. Dia melihat kearah jam. Jam itu sudah menujukkan pukul delapan malam.

“Tugasnya masih banyak nggak? “
Freya menggeleng. Dia masih sibuk dengan kertas kertas di depannya.

“Gue pamit ya”

GRADUADIED || NA JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang