Freya menggenggam tali tasnya erat menyalurkan rasa kecewa didalam hati. Sudah malam. Tidak ada taxi yang lewat. Jalanan jalanan juga sudah sepi. Bahkan Ibu Ibu tadi sudah menutup tokonya dan pulang kerumah.
Freya masih disini, tidak berpindah tempat. Hujan bukan semakin reda justru hujan itu semakin deras. Jam suka sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Givan belum juga datang dengan janjinya.
“Gue kecewa sama lo” Monolog Freya lirih. Air mata yang tadi mengalir deras dipipi sekarang sudah mengering dengan sendirinya.
Dia mau menghubungi Givan juga sudah tidak berguna lagi. Nomor itu tidak aktif dan kali ini Freya menyerah dengan hubungannya.
Hari spesial, hari ulang tahunnya. Haruskan dia harus menerima sakit seperti ini. Salah apa Freya dengan Givan. Hingga dia mendapat perlakuan seperti ini.Gadis itu mengusap usap sikunya. Gadis itu kedinginan menunggu kedatangan kekasihnya. Bahkan kado yang tadi Freya bawa, dia tinggalkan didepan pintu cafe yang sudah dijanjikan.
Sudahlah, Freya sudah kecewa. Dia kehilangan kepercayaan terhadap kekasihnya.
🪐🪐🪐
Freya keluar dari persembunyiannya dari hujan. Dia keluar. Dia membiarkan tubuhnya basah akibat derasnya hujan. Biarlah hujan menutupi rasa sedih dan menyamarkan tangisnya.
Lampu lampu jalanan menerangi kota. Beberapa mobil juga masih berlalu lalang di jalanan. Freya berjalan dalam diam melewati trotoar jalanan.
Kepalanya ditundukkan ke bawah. Dia menatap dres yang tadinya berwarna biru bersih, kini sudah ada noda tanah karena percikan percikan hujan. Rambut yang tadinya di tata sedemikian rupa, diubah lagi menjadi terurai bebas kebawah dan basah terkena air hujan.
Seharusnya tida tidak usah lagi berharap dan memberi Givan kesempatan lagi. Kesalahan yang selalu diperbuat dan selalu dia meminta maaf kepada Freya. Dan dia sudah berjanji untuk menepatinya, dia kembali mengulangi kesalahan itu dan menyalahi janjinya sendiri.
Hati Freya seakan ditikam ribuan pisau. Dia termakan janji manis kekasihnya sendiri. Bahkan kekasihnya yang tadi bersiap sangat manis kepadanya. Bisa mendatangkan luka yang sangat mendalam seperti ini.
Harusnya Freya tidak memberi dia kesempatan lagi.
Harusnya Freya tidak memberinya maaf.
Harusnya Freya membuka mata dan tidak bersamanya lagi.
“DEK”
Freya mengangkat kepalanya dan menggenggam kembali tali pada tas putih yang dia bawa.
Dia membalikkan tubuh dan melihat seseorang yang memanggilnya. Tangis Freya kembali pecah dan dia berlari menuju orang tersebut.
Dia Agung, kakak sepupu Freya. Agung sudah siap membuka tangannya menerima pelukan dari Freya. Dia tau perasaan adiknya.
“Lo disini kak” Ucap Freya pelan dan memeluk Agung semakin kuat. Membagikan kesedihannya.
Agung mengusap rambut basah Freya. Tidak apa jika dia ikut basah terkena guyuran hujan dari langit. “Kalau mau nangis nangis dulu” Bisiknya untuk Freya.
“Gue capek sama Givan gue kecewa sama dia” Ucap Freya dengan berteriak. Tangisnya masih tak berhenti juga.
Sakit yang dialami Freya, lebih sakit dari luka luka sebelumnya. Apakah ini kejutan yang disiapkan oleh kekasihnya. Yang dia sendiri berkata akan akan kejutan lebih dari tahun tahun sebelumnya. Sungguh? Inikah kejutannya. Kalau ini memang kejutannya, Freya lebih memilih untuk tidak mendapatkan saja kejutan itu.