1

11.7K 542 3
                                    

Ditengah teriknya matahari di area persawahan, terlihat seorang remaja berjalan berhati-hati sambil besenandung menyanyikan lagu random yang terlintas di otaknya. Ditangan kanannya membawa rantang makanan dan ditangan kirinya membawa botol minuman. Pemuda itu bernama Pradipta W. Senyumnya terkembang lebar saat atensinya menemukan seseorang yang dia cari. Bundanya sedang berteduh di bawah gubuk pinggir sawah sambil mengusap peluh di dahinya.

Dipta:"bundaaa!!!", teriaknya sambil mengangkat kedua tangannya. Dia berjalan tergesa menghampiri bundanya.

Sang bunda menoleh, "hati-hati nak, jalannya licin dan penuh lumpur", menggeleng melihat kelakuan anaknya.

Ketika dipta sudah sampai di samping ibunya, "hehehe, kangen banget sama bunda. Bunda sih tadi dipta pulang sekolah udah ga ada, rumah sepi. Terus... terus dipta tanya ke mbak sinta katanya bunda lagi di sawah, terus belum makan siang kan? Yaa dipta langsung ganti baju dan nyusul bunda deh. Oh iya, lha emangnya pakdhe darno kemana bun? Kok bunda sendirian sih di sawah?", cerocos dipta menggebu tanpa henti.

Bunda menoel hidung dipta gemas, "ceriwisnya anak bunda, satu-satu dong nak kalau bertanya. Iya, bunda belum makan siang, dipta pasti juga belum kan?. Pak dhe darno sedang cari rumput di kebun sebelah. Yaudah yuk makan siang bareng mumpung lagi enak suasananya. Sejuk."

Dipta mangguk-mangguk mendengarnya:"ohhhalah, ayok makan bundaa...disuapi ya tapi. Hehehe." Cengengesnya.

Bundapun dengan telaten menyuapi dipta dan juga makan untuk dirinya sendiri.  Mereka juga saling bertukar canda dan tertawa bersama. Disela candaan, dipta jadi teringat dengan pertanyaan yang selama ini dia pendam. Dipta fikir mungkin ini saatnya dia mencoba mengutarakan pertanyaannya.

Dipta memandang bundanya yang sedang sibuk membereskan rantang makanannya. "Bun, boleh gak dipta bertanya sesuatu?"

Bunda menoleh melihat dipta dan tersenyum, "boleh sayang, kalau bunda tau ya bunda jawab, kalau nggak buat PR ya", sambil tersenyum.

Dipta menarik nafas dalam dan menghembuskan pelan untuk menenangkan dirinya, memegang tangan bundanya lembut " bun, sebenarnya..sebenarnya ayah dipta dimana dan siapa?" Menunduk takut.

Bunda langsung menegang, bahkan tangannya berubah dingin. Dipta yang menyadari hal itu kembali menatap bundanya, " bun, maaf. Kalau..kalau pertanyaan Dipta menyakiti bunda gak usah di jawab bun, beneran Dipta cuma penasaran saja. Selama ini dipta tidak berani bertanya, karena Dipta pernah liat bunda nangis setelah budhe Retno menyinggung masalah ini. Tapi beneran bun, Dipta bahagia kok cuma sama bunda saja selamanya. Menggebu-gebu meyakinkankan bundanya.

Bunda pun menatap lekat Dipta, menguatkan hati untuk menceritakan semuanya. Dipandanglah anaknya, diptanya sekarang sudah remaja berusia 15 tahun, remaja tampan, lugu dan baik. Wajahnya perpaduan edward dan dirinya, sehingga terlihat lebih kalem. Diusap kepala dan pipinya. Tersenyum menenangkan, "ssshuuuttt, tidak apa sayang, bunda tau kok Dipta pasti sudah penasaran sejak lama. Maafkan bunda ya nak, bunda egois. Bunda selalu mencoba menutup mata, telinga dan mulut bunda terkait masalah sebesar ini. Tapi bunda tau, sekarang dipta sudah bisa mengerti dan memahami semuanya. Bunda berharap Dipta tidak membenci ataupun dendam kepada ayah dan kedua abang Dipta ya."

Dipta terkejut, "Dipta punya abang? Dua? Anaknya bunda juga?".

Bunda mengangguk:"iya nak. Dengerin cerita bunda ya. Jangan disela dulu. Jadi ayah dipta itu..."

PRADIPTA W.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang