19

5K 379 35
                                    

Hay hay...
Enjoyy...
.
.
.
Sesampainya di kelas...
Bu indah mengetuk pintu kelas lalu membukanya, dan semua murid memusatkan perhatian mereka ke arah bu indah dan dipta. Bara menunggu di luar kelas.

Bu bunga menyapa mereka dan mempersilahkan masuk.

"Selamat pagi bu bunga, seperti yang disampaikan kepala sekolah kemarin. Saya mengantarkan tu..ehm..dipta ke kelas ini. Dipta ini bu bunga, beliau sedang mengajar Mathematic Class."

Bu bunga tersenyum, "Baik bu Indah, saya mengerti."

Sedangkan dipa membalas dengan senyuman. Sungguh sekarang dia gugup. Entah mengapa, di kelas ini auranya sungguh mencekam. Tatapan mereka sangat datar dan tajam.

Dalam 1 kelas ini hanya ada sekitar 15 siswa. Ya, mereka dari kalangan atas juga, pastinya masih dibawah keluarga Wiraharja. Keluarga mereka bekerja untuk wiraharja di dunia gelap juga.

"Kalau begitu saya pamit bu bunga dan dipta, semoga anda bisa nyaman disini. Jika ada hal yang perlu ditanyakan bisa langsung menghubungi saya", bu indah pamit keluar kelas.

Sekarang tinggal dipta dan Bu Bunga di depan kelas. Dipta jadi salting karena di liatin satu kelas.

"Silahkan tuan muda, jika anda berkenan untuk memperkenalkan diri", ucap bu bunga perlahan.

"Jangan panggil seperti itu bu guru, panggil dipta saja, dipta mohon"

"Ah, baiklah dipta, silahkan"

Dipta menghadapkan tubuhnya ke arah siswa lain, lalu menarik nafas dalam, "H..hai, perkenalkan nama dipta, emm Pradipta W." Matanya bergulir dan tanoa sengaja bertatapan dengan Bara. "Eh  Pradipta Wiraharja. Hehehe...salam kenal semua" ucap dipta riang dan melambaikan kedua tangannya.

Karena tidak mendapat respon, dipta menurunkan tangannya lalu tersenyum canggung.

"Baiklah dipta, silahkan duduk di kursi emm sebelah axel".

Dipta memusatkan tatapannya pada tempat duduk yang ditunjuk bu bunga.  Ah itu dia.

Waduh, wajah axel kok kayak bang dean deh. Kayak vampir gitu. Dipta berjalan perlahan ke arah kursinya.

Axel berdiri memberikan jalan agar dipta masuk ke bangku pojok an.

"Permisi" ucap dipta saat melewati axel. Axel hanya membalas dengan tatapan datar dan dingin.
Setelahnya pelajaran dilanjutkan.
...........
Bel sekolah pertanda istirahatpun berbunyi, dipta menghela nafas panjang.

"Hai, kamu benar tuan muda dipta?"
Tanya seorang yang duduk di depan dipta.

"Emmm..iya...tapi jangan panggil dipta dengan tuan muda. Pakai dipta saja ya...kalian gak usah formal begitu." Ucap diota malu dan memajukan bibirnya.

Dia sebal, gara-gara daddynya semua krang memperlakuka  dia seperti ini. Dia tidak nyaman.

"Nama kamu siapa?" Tanya dipta.

"Ohh, gue ardan. Sebelah gue ini namanya Pano. Nah sebelah lo itu axel. Dia emang muka tembok gitu, aslinya baik kok". 

Siswa bernama vano menggeplak kepala ardan, "nama gue vano bukan pano goblok."

"Itukan panggilan kesayangan dari gue..ututu..panonya malah ya", menguyel nguyel pipi vano. Dan ditepis oleh vano. Sedangkan axel terus menatap datar dipta.

Dipta tersenyum melihat itu.

"Tuan muda, ini bekal makan siang anda. Anda dilarang jajan sembarangan". Ucap bara yang tiba-tiba menghampiri mereka.

"Iya, terima kasih bang bara " bara membungkukkan badan lalu kembali ke depan kelas.

"Wihhh, enak bener di bawain bekal." Ucap vano.

"Jadi laper, kuy ke kantin." Ardan menyahut.

"Aku boleh ikut kalian nggak? Makan di kantin" ucapnya dengan ekspresi imutnya.

"Ihhh, gemes banget", ardan dan vano teriak bersamaan. Sedangkan axel hanya memandang mereka datar.

"Ijin dulu sana" ucap axel datar.

Dipta mengangguk semangat, lalu menghampiri bara.

Beberapa menit kemudian, dipta kembali dengan wajah riang.

"Ayooo" ucap dipta sambil membawa kotak makannya. Bara setia mengikuti 4 pemuda itu.
.
.
.
Next lagi ya..





PRADIPTA W.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang