13

4.6K 334 13
                                    

Hay bebebss...makasih sarannya. Kalau di bikin trauma nanti cepet end ceritanya...hihihi...
Lop sekebon kalian semua❤️
Enjoy bebebss🫰🫰🫰
.
.
.
Daddy membanting vas bunga yang ada di meja depannya. Dipta terkejut, lalu menutup kedua telinganya. Dirga ingin berdiri dan menghampiri dipta, tapi ditahan oleh dean.

"Beraninya kamu bicara seperti itu dipta!!!" Daddy mendorong dipta ke sandaran sofa, lalu mencengkeram dagu dipta kasar dan menatapnya tajam.

"Sudah berkali-kali daddy katakan, jangan pernah mengungkit jalang itu lagi, hidupmu berada ditangan daddy sekarang!" Ucap daddy tegas.

Dipta menggelengkan kepalanya, lalu menampik keras tangan daddy di dagunya dan berdiri, "jangan sebut bunda dipta dengan kata itu, bunda dipta malaikat terbaik, kalian yang iblis, dipta menyesal ikut kalian, kembalikan bunda dipta sekarang, hiks..hiks.." tangis dipta histeris.

Daddy berdiri, kemudian mendorong dipta yang tanpa sengaja terjatuh ke pecahan vas bunga tersebut. Beberapa pecahan kaca menusuk lengan kanannya.

"Aaaaaah" teriak dipta, darah mengucur deras dari lengannya.

Daddy melihatnya datar dan berdiri angkuh, "camkan dipta, seluruh jalan hidupmu ada ditangan daddy, buang jauh-jauh semua impianmu yang tidak berguna. Kali ini daddy masih memaafkanmu, jadilah anak yang penurut jika kau masih mau berdiri diatas kedua kakimu sendiri!" Daddy pergi begitu saja, dia harus melampiaskan emosinya kepada tikus-tikus penghianat itu.

Dipta masih menangis histeris dan memegangi lengan kanannya, dirga datang mendekat dengan ekspresi sedikit khawatir.

"Sudah abang bilang, menurutlah dipta. Tidak selamanya abang bisa membantumu. Abang tidak sepenuhnya berada di pihakmu. Cobalah menerima semua takdir ini dan jadilah anak yang baik!". Menggendong dipta bridal, lalu menoleh kearah dean.

"Bang, lampiaskan emosimu dulu, jangan mendekati dipta sebelum abang benar-benar tenang!." Dean tetap terdiam dan mengepalkan tangannya. Jika tidak mengingat dipta adiknya, dia benar-benar akan memenggal kepala bocah itu.

"Bara, panggil om richard sekarang"
Ucap dirga dan membawa dipta ke kamarnya.

"Baik tuan muda" ucap Bara yang sedari tadi melihat semua adegan itu dan tidak bisa berbuat apa-apa.
.......
Dirga langsung membawa dipta ke wastafel dan membasuh lukanya dengan air mengalir.

"Hikss, perih abang, sakit sekali..hikss" ucap dipta memejamkan matanya.

Dirga terdiam dan fokus membersihkan darah di lengan dipta. Terlihat beberapa serpihan kaca yang tertancap di lengan dipta. "Haaah, sudah jangan menangis."

Dirga meletakkan dipta ke atas kasurnya, tapi dipta menolak. Akhirnya dirga memangkunya di sofa dalam kamar.
............

Ceklek...
"Apa yang terjadi?" richard tergopoh-gopoh masuk ke kamar. Dia tadi telpon bara dan sedikit mengetahui tentang luka di lengan dipta.

"Nanti saja Om, segera obati lukanya, takut infeksi." Dipta masih tetap memejamkan matanya. Tangannya yang terluka dipegangi dirga, dan tangan kirinya mencengkeram erat baju abangnya.

Dirga mendekap erat dipta. "Hikss,,...abang...sakit...perih...hiks..."

Richard memeriksa lengan dipta, "Astaga, kenapa bisa sampai seperti ini? Tenang ya, om harus mencabutnya, tahanlah sebentar, om kasih anastesi supaya tidak terasa sakitnya"

Dipta tidak berani membuka matanya. Dia merasakan saat richard menyuntiknya, tapi rasa sakit pecahan kaca itu benar-benar perih luar biasa.

"Nah sudah selesai, ini om bawakan obat ya supaya lukanya segera mengering. Hah...om akan bertanya lebih lanjut ke bara saja. Dipta om pamit ya, besok om akan memeriksanya kembali. Segeralah istirahat nak". Ucap richard lalu keluar dari kamar dipta.

Dirga mengusap keringat dipta, lalu mengecup dahinya.

"Minumlah obatmu, setelah itu tidurlah!" Menyodorkan obat sirup dan air putih ke arah dipta.

"Hiks..hiks..." dipta sedari tadi tidak berhenti menangis. Dirga segera menggendong koala dipta lalu menimangnya.

"Abang!", panggil dipta lirih.

"Hmmm?"

"Kenapa abang, bang dean dan daddy sangat membenci bunda?" Tanya dipta sambil menyandarkan kepalanya ke bahu abangnya.

"Hah, dengarlah. Di keluarga Wiraharja wanita diaggap sebagai pembawa sial dan membuat kita lemah. Dari dulu, kami ditanamkan kebencian terhadap wanita. Kita memiliki banyak musuh, jadi kita sebisa mungkin menghilangkan hal-hal yang bisa jadi kelemahan kita. Tradisi ini sudah berlaku sejak dulu. Kita harus mempertahankan kejayaan keluarga Wiraharja." Jelas dirga datar.

Dipta mengangkat kepalanya dan melihat abangnya, "Ttt...tapi bang, wanita yang melahirkan kita. Tanpa mereka kita tidak akan pernah bisa terlahir di dunia. Ab..abang tidak pernah merasakan pelukan bunda. Pelukan seorang ibu itu adalah tempat ternyaman dan paling hangat." Ucap dipta takut.

Tatapan dirga berubah tajam, "abang sudah bilang padamu, abang tidak sepenuhnya memihakmu, abang punya prinsip sendiri. Berhentilah omong kosong dan tidurlah!!", ucap dirga tegas.

Dipta menciut,"I...iya, puk puk gini" mempraktekkan tangannya dipunggung dirga.

"Hmmm" jawab dirga.
........
Ceklek...
Dirga mengalihkan pandangannya ke arah pintu terbuka.

"Bagaimana kondisi tangannya?" Tanya daddy yang berjalan ke arah tempat tidur dirga.

"Tak apa, sudah di obati Om Richard" jawab dirga sambil memperhatikan daddy yang sedang mengusap lembut rambut dipta.

"Dad, jangan terlalu keras dan melukai fisiknya lagi!" Pinta dirga dengan nada datar.

"Hmmm, tergantung sikapnya nanti. Bersiaplah, besok opa mu akan berkunjung". Daddy berlalu keluar kamar.
........
Keesokan paginya, dipta terbangun dan melihat abangnya sedang memeluknya dan dia masih memejamkan mata.

Dipta mencoba melepaskan pelukan itu, tapi malah semakin erat. "Abang lepas dulu, dipta mau pipis" rengek dipta.

"Hmmm", dirga menjawab dengan gumaman.

Selesai dari kamar mandi, dipta menghampiri abangnya yang duduk sambil bermain ponsel.

"Sudah cuci muka dan sikat gigi?" Dipta mengangguk. Gantian dirga yang ke kamar mandi.

Dipta menatap perban di tangan kanannya, lalu menghela nafas. Bagaimana dia menghadapi daddy dan bang dean hari ini.

"Ayo turun sarapan. Kamu harus minum obat dan vitamin." Ajak dirga.

Dipta tetap diam di tempat, "emm...dipta sarapan di kamar saja ya bang!" Ucap dipta pelan.

"Tidak boleh !!" Jawab dirga datar dan langsung menggendong dipta koala.

Dipta terkejut, "Ish, nggak mau abang, turunin", rengek dipta dan sambil berontak.

Sesampainya di ruang makan, terlihat daddy dan dean sudah duduk di tempatnya.

Awalnya dirga ingin mendudukkan dipta di kursi sebelah daddynya, tapi dipta menolak dan mengeratkan pegangannya di leher abangnya.

"Ish, nggak mau duduk disini, auranya mistis, hawanya panas juga abangggg" rengek dipta.

"Apa maksudmu boy, duduklah di tempatmu!" Perintah daddy tegas.

"Keeemwu nanyak? Keemwu bertanyakk-tanyakkkk?", jawab dipta versi dilan cepmex.

Bukannya marah, daddy, dean dan dirga yang mendengar itu mengernyitkan dahi mereka bingung. Akhirnya dirga duduk sambil memangku dipta di kursi samping daddy dan berhadapan dengan dean.

Daddy menghela nafas, "Hah, daddy suapi."

"Nggak mau, dipta mual kalau disuapi daddy". Tolak dipta cepat.

"Abang suapin!", pinta dipta manja dengan puppy eyes menatap dirga.

Dirga menyunggingkan senyumnya, lalu menatap dengan ejekan ke arah daddy dan dean.
.
.
.
Tungguin kebangkitan ketengilan dipta ya bebebss🫶

PRADIPTA W.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang