6

7K 497 3
                                    

Hay, masih setiakan bacainnya🙌
Maap yak kalau belepotan tulisannya, perdana nih. Hihihi...
Enjoy bebebss.... 🫰
.
.

Di mobil, dipta duduk diapit oleh daddy dan dirga. Dipta terus saja menagis dan terus menggumamkan "bunda".

Daddy menggeram marah,"berhentilah menangis, kenapa kamu cengeng sekali. Apa wanita itu tidak mengajarkanmu jadi lelaki yang kuat?".

Dipta terus menangis tanpa memperdulikan daddynya. Sungguh hatinya sekarang terasa sangat menyesakkan.

Dirga yang sedari tadi hanya menyimak, menghela nafas panjang sambil melihat adiknya. Diapun menarik kepala adiknya agar bersandar di dadanya. Entah mengapa dia bisa berinisiatif seperti itu.

Dirga:"tidurlah, kamu sudah terlalu lama menangis, kalau kamu tidak mau berhenti, kami akan membuangmu ke ladang buaya." Dengan nada mengancam. Daddy hanya memperhatikan interaksi keduanya.

Dipta yang memang sudah lelah menangis, ditambah lagi dengan ancaman abangnya ini mencoba menahan tangisannya, hanya tinggal senggukan saja. Elusan di kepalanya membuatnya semakin nyaman merapatkan diri ke dada abangnya. Tanpa dipta sadari dia sudah terlelap.

Sampai di mansion, daddy turun terlebih dahulu, kemudian menggendong koala dipta. Dipta melenguh dalam tidurnya, dan kembali tidur ketika mendapat usapan dipunggungnya oleh daddy.

Daddy dengan perlahan menurunkan dipta ke kasur di kamar utama. Seperti rencananya, dipta akan tidur bersamanya, mengingat bocah itu masih perlu pengawasan ketat. Daddy menidurkan tubuhnya disamping dipta. Dipandangnya wajah anaknya, muka sembab sehabis menangis, hidung dan pipi chubby merona, kulit putih bersih. Dia tidak menyangka, bungsunya sangat berbeda dari kedua abangnya, baik fisik maupun kepribadiannya. Ah dia ragu, apakah bungsunya mampu menerima kerasnya didikannya nanti. Mencoba dulu tidak masalah bukan?. Siapa tahu bungsunya bisa jadi seorang yang lebih kejam dan kuat darinya.

Pada tengah malam, Dipta terbangun dalam tidurnya, "bunda!!", teriaknya. Daddy yang tadinya fokus ke arah laptopnya, mengalihkan pandangannya ke samping. Melihat bungsunya histeris, membuatnya menaruh laptop diatas meja samping tempat tidur, kemudian menghampiri Dipta.

Daddy:"Hey..hey..ada apa boy?." Dia terkejut saat menyentuh dahi dipta. "Kamu demam? Hmm?"

Dipta yang masih berbaring, menatap lemah dan sayup sang daddy. Entah mengapa tubuhnya terasa sangat lemah dan kepalanya pusing sekali.

Daddy mengambil handphonenya disaku, "cepat ke rumahku sekarang!", tut, mematikan sambungannya. Diusapnya keringat di dahi Dipta. "Kamu mau minum?", dengan nada lebih lembut tapi terdengar datar. Melihat anaknya terbaring lemah sedikit menyentil nuraninya.

Dipta menggeleng, "bunda", ucapnya lirih. Daddy mendengar itu kembali menatapnya tajam, "sekali lagi kamu menyebutnya, daddy akan benar-benar membawakan kepalanya dihadapanmu!", ujarnya emosi.

Dipta mendengar itu menggeleng keras dan menangis, "ja..ngan..hiksss".

Daddy:"lupakan wanita itu, dan berhentilah menangis sekarang juga!".

"KENAPA KAU MENELPONKU SEENAK JIDATMU", seorang pria yang menggunakan piyama tidur dan membawa tas dokter tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Dibelakanganya ada dean dan dirga yang mengikut. Mereka berdua tadi baru saja menyelesaikan masalah tikus di luar, dan terkejut mendapati sahabat sekaligus dokter pribadi keluarga Wiraharja.

"Hey, siapa ini? Kau menculik anak siapa? Dan kau apakan dia sampai menangis? Jangan bilang kau sudah belok ed? Kau sungguh gila, dia dibawah umur ed, laki-laki juga. Kau PEDOFILL?", teriaknya.

Daddy:"tutup mulutmu richard. Cepat periksa putraku!!".

Richard ternganga, sejak kapan sahabatnya ini memiliki putera lain selain 2 singa dibelakangnya ini. Dia segera mendekat ke arah remaja itu. Lihatlah dia sangat berbeda jauh dengan keluarga ini. Dia imut, lemah dan lugu.

Perlahan dikeluarkannya stetoskop, dan mulai memeriksanya. "Aku harus menginfusnya, dia kelelahan dan kekurangan cairan." Mendapat anggukan dari daddy, richard pun mulai mempersiapkan peralatan infusnya.

Dipta mendengar itu sangat takut, dia phobia jarum. Meskipun sedari kecil sudah sering bertemu dengan mereka. Dia kembali menangis histeris, tubuhnya lemah, sehingga tidak bisa bergerak bebas.

Daddy yang sadar ketakutan bungsunya, mendekat dan menidurkan tubuhnya disamping dipta, lalu menyembunyikan kepala dipta di dadanya. "Tenanglah boy, itu tidak akan sakit." Richard yang sudah siap dengan suntikanpun  tercengang mendengar itu. Raja singa bisa berucap lembut seperti itu?.

Daddy memberikan perintah lewat kontak mata agar segera menyuntik dipta. Richard mengoleskan alkohol swab ditangan dipta, lalu mengarahkan suntikannya. Dipta yang merasakan sakit teramat dipunggung tanganya, mencengkeram erat baju daddynya, dan menutup rapat matanya, "hikss..hikss..sakitttt".

Daddy:"shuuutt, sebentar lagi selesai." Richard sudah selesai dan segera merapihkan tasnya.

Daddy turun dari ranjang ketika sudah memastikan bahwa bungsunya telah terlelap. Menghampiri kedua putranya di sofa.

"Jadiiii???" Tanya richard.

"Dia bungsuku yang disembunyikan Diana selama ini." Ungkap edward datar sambil memandang bungsunya dari sofa di pinggir kamar.

Richard:"wah, gilak..bagaimana mungkin kau punya anak malaikat seperti itu? Padahal 2 puteramu sudah mirip iblis. Hahaha" kejutnya sambil bergurau.

Dean dan dirga hanya menatap datar richard. Mereka sudah sering dicemooh oleh sahabat papanya yang aneh ini.

"Pulanglah Om!!!", kata dean datar.

Richard:"ish, dasar kalian ini tidak tau terima kasihhh...hah, dengar! Aku akan menjadwalkan medhical check up untuk ponakan lucuku. Sepertinya ada yang tidak beres dengan tubuhnya."

Daddy:"hmmm, keluarlah! Kalian berdua segera kembali ke kamar masing-masing!".

Richardpun keluar dengan hati dongkol, jika bukan karena bayaran yang diberikan sangat tinggi, dia sudah resign menjadi dokter pribadi keluarga ini sejak lama.

Dean & Dirga mendekat kearah adiknya, memandang wajah menggemaskan itu, lalu mencium keningnya bergantian dan keluar dari kamar itu.

Daddy berjalan mendekat dan membenarkan selimut dipta. "Puk..puk.." gumam dipta. "Hmm? Apa?" Daddy kebingungan.

Dipta membuka mata sayunya, lalu memiringkan sedikit tubuhnya dibantu daddy, mengarahkan tangan daddy ke arah punggungnya dan menggerakkan tepukan lembut. Daddy yang fahampun langsung melanjutkan pukpuk nya. Dipta merapatkan tubuhnya ke dada daddy dan kembali tidur. Setidaknya dipta bisa membayangkan bahwa yang sedang mem pukpuk nya adalah bundanya seperti biasa. Itu sedikit menghangatkan hatinya.

Daddy dengan telaten mem pukpuk bungsunya. Ini adalah pengalaman pertamanya menidurkan puteranya. Bibirnya sedikit terangkat, tersenyum kecil lalu mencium puncak kepala dipta dan ikut tertidur.

........
Udah cukup nih part mellow-mellownya.
Tungguin tingkah jahilnya dipta sama kekejaman daddy & abang-abang di part selanjutnya yahhh;)

PRADIPTA W.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang