10

5.7K 356 15
                                    

Hallo bebs, doakan author segera dapat kerja yak. Autor udah masuk golongan inpo loker nih hehehe...

Enjoy bebebsss🫰🫰🫰
.
.
.
Dipta mengerjapkan matanya pelan. Setelah sepenuhnya sadar, dia menoleh kesamping dan menemukan daddynya terlelap sambil memeluknya.

Dipta teringat kejadian tadi sore, matanya berkaca-kaca dan kembali terisak. Daddy terbangun karena terusik dengan tangisan dipta. Menghela nafas, masih pukul 3 dinihari, kemudian menggendong dipta koala.

Dipta: "hiks..hikss..." dipta menyandarkan kepalanya pada pundak daddy.

Daddy mengelus punggung dipta,  "hustt...sudah tidur lagi boy" sambil mengayunkan badan dipta ke kanan dan ke kiri.

"Kamu lapar? Mau makan apa minum susu?" Tawar daddy, mengingat bungsunya belum makan malam.

Dipta menggeleng, dia tidak lapar, ingatannya terus memutar kejadian sore tadi.

Daddy berjalan kearah mini bar di dalam kamar, mendudukkan dipta di meja pantry dan mulai membuatkan susu dipta. "Minum dulu susumu, daddy membuatnya lebih kental", sambil menyodorkan gelas susu.

Dipta hanya menatap gelas itu, "cepatlah boy, daddy masih marah karena kenakalanmu tadi. Jangan memancing emosi daddy lagi." Gertak daddy.

Dipta segera meminum susu itu sampai tandas, lalu meletakkan gelasnya di samping tubuhnya. Dipta menundukkan kepalanya. "Maaf daddy, hikss..." menubrukkan tubuhnya ke dalam dekapan daddy yang berada didepannya.

"Hmmm...sekarang kembali tidur!" Menggendong dipta dan menidurkannya ke kasur. Dipta kembali terlelap setelah dipukpuk daddy.

Keesokan harinya....
Semua sudah berkumpul di meja makan, dirga sedari tadi memperhatikan dipta yang diam dan menunduk sambil disuapi oleh daddynya.

"Hari ini kamu akan diawasi bara, jangan berbuat ulah, mengerti?" Ucap daddy. Dipta hanya mengangguk.

"Kamu punya mulut dipta!" Gertak dean.

"Iya". Jawab dipta lirih.

Dirga:"dad, hari ini kuliahku kosong. Biar dipta bersamaku. Bolehkah kami pergi ke zona bermain?"" Dipta mendengar itu menatap dirga berbinar.

Daddy menimbang, "Hmmm, kembali sebelum makan siang. Awasi dia & pergilah bersama Bara, daddy berangkat." Daddy berdiri dari duduknya, mengecup kening dipta kemudian berangkat ke kantor.

Deanpun melakukan hal yang sama, "ingat jangan berbuat ulah!", kemudian juga pergi ke kantor.

Dipta kembali menundukkan kepalanya dan memilin jarinya.
"Siapkan keperluan dipta!" Perintah dirga pada bara dan maid disana.

"Siap tuan!" Ucap bara sambil membungkukkan badannya.

Dirga menghampiri dipta, "Ayo kita pergi", menggandeng tangan dipta dan membawanya masuk ke mobil.

Sesampainya di salah satu mall milik Wiraharja, mereka langsung masuk ke arena bermain. Lantai tempat bermain ini sudah di sterilkan, sehingga hanya ada mereka berdua dan banyak bodyguard.

Dirga berjongkok dengan melipat satu kakinya dan menatap dipta dari bawah, "Bermainlah sepuasmu!, lupakan kejadian kemarin, abang tidak tau apa yang terjadi kemarin, tapi abang harap itu yang terakhir kalinya." Ucap dirga datar dan dengan tatapan serius.

Dipta melihat abangnya, kemudian memeluknya, "te..terima kasih abang" ucapnya dengan terisak pelan.

"Sudah jangan menangis, sekarang bermainlah, waktu kita tidak banyak!!, tersenyumlah!" Mengelus punggung dipta.

"Iya..heeee" dipta tersenyum, kemudian berlari mencoba semua wahana disana. Dirga melihat itupun menggeleng, kemudian berjalan ke ruang tunggu bermain sambil mengawasi adiknya.

2 jam terlewat, dan dipta masih asik bermain disana ditemani Bara. Mereka sedang tanding balapan mobil.

Ponsel dirga berdering, "Ya, dad?" Dirga mendengarkan dan fokus melihat dipta yang tertawa lebar. "Hmmm, baiklah."

Dirga menghampiri keduanya, bara yang melihat itu membungkuk kemudian mundur menjauh. Dipta memandang abangnya dengan ekspresi tanya. "Abang mau ikut bermain?"

"Tidak, sekarang sudah waktunya kembali" dengan nada dan ekspresi datar.

"Ishh...kok cepet bangett..perasaan dipta masih bentar lohhh" ucap dipta sedih.

Mengabaikan gerutuan dipta dan menggandeng tangan dipta menuju restoran disana.

"Pilihlah makananmu!" Menyodorkan buku menu ke depan dipta.

"Kepingin seblak pedesss" ucap dipta berbinar.

"Tidak ada, pilihlah makan yang normal!"

"Ishh..itu normal tau, itu makanan sejuta umat, dari tua, mud..."

"Salad sa..." sela dirga.

"Tidak mau, nasi goreng saja!" Teriak dipta.

"Hmm..nasi goreng seafood 2, yang satu tidak pedas sama sekali, satunya pedas, minumnya 2 milkshake cokelat hangat dan ice"  ucap dirga pada waiters.

"Huh, gak asik banget!", ucap dipta cemberut. Dirga hanya menatap dipta datar, tapi dalam hatinya dia senang melihat adiknya kembali cerewet.

Didalam mobil, dipta terus mengoceh random meskipun sesekali ditanggapi singkat oleh dirga.

"Bang, kenapa daddy dan abang tinggi? Dipta pendek? Eh bang daddy beneran kaya raya banget? Tujuh turunan? Bang daddy kemaren nyiksa orang, kok gak takut dipenjara sih? Oh iya om jay gimana ya bang kabarnya? Abang kuliah dimana? Jurusan apa sih? Jawab donggg banggg!!!" Cerocos dipta tanpa jeda.

Sedari tadi dirga hanya menjawab "hmm..hmmm" saja. Dirga menghela napas, tak menyangka adeknya ceriwis sekali.

Mobil mulai memasuki pelataran rumah sakit, dipta terkejut. "Loh bang, kita ngapain ke rumah sakit? Eh mau jenguk Om Jay? Kok gak bawa parsel sih? Eh kalau orang kaya ngasih duit ya? Tapi kayaknya buah deh kalau di tipi-tipi"

Dirga keluar lebih dulu, kemudian di susul dipta. Sejujurnya dipta sangat tidak menyukai rumah sakit, tapi mengingat demi om Jay, dia harus rela.

Dirga menggandeng tangan dipta, mereka di kelilingi bodyguard yang terus berjaga. Sampai di satu ruangan, dirga dan dipta memasuki ruangan tersebut.

"Selamat datang keponakan om" sapa richard penuh ceria, kemudian menghampiri dipta dan memeluknya.

"Eh, pak dokter siapa?, ish kok main peluk-peluk aja sih, abangg!!" Dirga yang sudah duduk di kursi berdiri dan menarik dipta untuk duduk di sebelahnya.

" yah kamu lupa sama om?", tanya richard sedih.

"Waktu itu dia setengah sadar om." Jawab dirga datar.

"Oh iya, kalau begitu perkenalkan, panggil om Richard  temen daddy kamu si jelmaan singa ". Sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

Dipta meraih tangan itu, "Dipta om, itu bukan singa om, tapi vampir. Hehehe" jawab dipta dengan guyonan.

"Wah kita bisa jadi sekutu kalau gitu", jawab richard ceria. Sedangkan dirga hanya memandang malas interaksi keduanya. "Cepatlah om!, daddy segera datang!"

"Sabar napa sih, itu ruangannya masih di persiapkan!" Jawab richard sewot.

Diptapun kebingungan, dia masih berfikir positif, mungkin ruangan Om Jay.

Tok tok tok....
Masuklah seorang suster, "permisi dokter, ruangannya sudah siap dan semua peralatannya sudah lengkap."

"Oh, oke oke, tenkyu infonya cantik" sambil mengedipkan sebelah matanya. Suster itupun menggelengkan kepalanya dan pamit undur diri.

"Yuk, kita bersiap!" Menggandeng tangan dipta dan meninggalkan dirga di belakang.
.
.
.

Weh kenapa nihhh????😜

PRADIPTA W.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang