9

5.3K 381 4
                                    

Enjoy bebebsss🫰🫰
.
.
.
Disinilah dipta berada. Di sebuah bangunan yang ruangannya sangat pengap, gelap, dan berbau darah.
Dipta diseret oleh daddy dan dean dengan penuh paksaan. Mereka mengabaikan permohonan ampun yang sedari tadi di lontarkan dipta dan tentunya diiringi dengan tangisan.

Sepanjang perjalanan, banyak karyawan kantor mengintip dipta kasian, mereka tidak berani melihat secara terang-terangan. Dipta terus merapalkan doa, semoga tuhan menolongnya. Dia takut sungguh, daddy dan abangnya sudah seperti iblis. Dipta dibawa entah kemana jauh dari lokasi kantor daddy.

Sesaat memasuki ruangan, bau darah menyengat dan teriakan-teriakan kesakitan terdengar. Lidah dipta kelu, sungguh dia ingin berteriak tapi hanya suara tangisan penuh segukan saja yang keluar.

"Diamlah, dan nikmati pertunjukan ini!!"
Daddy mengunci pergerakan dipta yang berada di pangkuannya. Menghadapkannya ke arah depan.

"Jay!"

Jay maju ke tengah ruangan sambil mendorong seseorang yang kondisinya sungguh amat mengenaskan. Pakaian lusuh dan tubuh penuh darah.
"Ahhh..uhuk..uhuk" pria tersebut tersungkur dan memutahkan darah.

"Hikss...hikss..tidaaak, dipta tidak mau melihatnya!" Dipta memejamkan matanya dan mencoba menutup telinganya, tapi daddy menahan pergerakannya.

"Dengarkan boy, inilah daddy yang sesungguhnya, sedikit hiburan sambutan dan peringatan untukmu sebagai keluarga Wiraharja. Hahaha!!!" Tertawa kejam.

"Jay, lakukan!!!" Perintah daddy.

Jay mengambil cambuk dan mulai menyiksa tahanan tadi. Terdengar suara cambukan, teriakan dan tangisan dipta di dalam ruangan tersebut.

"Hentikan, dipta mohon, hentikan..hiks..hiks...." menutup matanya rapat dengan kondisi tubuh yang sudah lemas dan penuh keringat.

Setelah 2 jam terlewat, "buang dia ke ladang buaya sekarang" tiitah daddy kepada beberapa bodyguard yang ikut menyaksikan tadi.

"Jay, sekarang giliranmu. Dean lakukan" perintah daddy dengan nada kejam. Jay berjalan ke tengah ruangan dan memberikan cambukan penuh darah tadi kepada Dean. Kemudian membungkukkan badannya dan bersimpuh menghadap daddy dan dipta.

Dipta mendengar itu membuka matanya, "dad, daddy dipta mohon, jangan hukum om jay, ini salah dipta. Hiksss" pintanya dengan nada lemah. Dipta menatap lemah Jay yang berismpuh agak jauh darinya. Jay terlihat datar, tetapi jika diperhatikan lagi tangannya bergetar dan diapun berkeringat.

"Ah, kamu membelanya hmm?" Dipta terus saja menangis. "Bagaimana jika kita membuat kesepakatan?" Tawar daddy.

"I..iya dad, ap..apapun itu, hikkss" balas dipta memejamkan matanya.

"Jay hanya akan dicambuk 100 kali, tapi putra bungsu daddy ini harus melihat dan menghitungnya? Bagaimana boy?" Ucap daddy sambil bersemirik kejam.

Dipta membuka matanya dan menangis lebih keras sambil menggelengkan kepalanya.

"Hmm tidak mau ya? Dean cambuk Jay sampai bernasib sama dengan tikus tadi!" Titah daddy tegas. Dipta menangis keras.

Dean mulai mengangkat cambuknya, "jangan, hikss...dipta..dipta akan melihat dan menghitungnya..hiks..hiks"

Cambukan pun dimulai, dengan diiringi hitungan tangisan dipta yang terdengar lirih. Sungguh ini adalah hari terburuknya. Di depannya kini dia melihat seorang manusia sedang disiksa dan itu karena dia. Jay tidak teriak, hanya meringis dan menahan kesakitan di setiap cambukan yang dilayangkan dean.

"Sem...bi..lan...Pul..luh..hiks". Daddy sedari tadi menikmati pemandangan di depannya dengan tatapan datar dan memegang erat kedua tangan dipta.

Dean mencambuk Jay tanpa ampun dan jeda sedikitpun. Bahkan jas yang dipakai jay sudah robek dan terlihat darah yang membasahi kemeja putihnya.

"Se...ra..tusss. hikss...Maaf!" Diptapun terkulai pingsan di dada Daddy. Dean berhenti memghentikan cambukannya dan membuangnya kesamping. Jay juga sudah tak mampu menopang tubunya.

"Bawa dia ke rumah sakit!" Titah daddy pada bodyguard di belakangnya. Dean mendekat ke arah dipta yang sudah pucat pasi dan mengelap keringat di dahinya.

"Kita kembali ke mansion sekarang!" Menggendong koala dipta.

"Hmmm" jawab dean.

........
Sesampainya di mansion
"Dad, apa yang terjadi?" Tanya dirga yang melihat daddynya menggendong dipta yang terkulai lemas dan memejamkan mata.

Dirga sedang menunggu di ruang keluarga, tadi dia bertanya pada pelayan dan memgetahui bahwa dipta berkunjung ke kantor daddynya. Melihat jam kantor yang sebentar lagi selesai, membuatnya menunggu di rumah saja.

"Tak apa, adikmu pingsan setelah melihat hukuman kedisiplinan Jay tadi". Berlalu meninggalkan dirga yang terdiam dan memandang dean. Sedangkan dean hanya mengangkat bahunya acuh dan pergi ke kamarnya.

"Hah, apalagi yang diperbuat bocah nakal itu" keluh dirga.

Sesampainya di kamar, daddy membaringkan dipta dan mengganti pakaian dipta yang basah karena keringat.

"Menurutlah boy, jika kamu tidak ingin melihat iblis dalam jiwa daddy muncul". Mengusap rambut dipta yang masih belum sadar.

.
.
.
Segini dulu deh ya🙌

PRADIPTA W.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang