11

5.2K 338 6
                                    

Hay, nggak nyangka bakal serame ini, author terhura dehh...seneng pwoll disemangatin kalian❤️
Enjoy bebebss🫰🫰🫰
.
.
.

Mereka memasuki ruangan steril itu, dipta mengedarkan pandangannya, "lah, Om Jay nya mana?".

"Kamu ganti baju dulu ya dipta", perintah richard sambil menyodorkan baju pasien ke dipta. Dipta masih bingung dengan semua ini.

Dirga mendekat, mengambil baju pasien itu, lalu menarik pelan tangan adiknya masuk ke kamar mandi.

"Ish bang, kok jadi dipta yang disuruh ganti baju?" Menyentak tangan dirga saat sudah masuk di kamar mandi.

"Hmm, cepatlah ganti pakaianmu, apa mau abang yang menggantikannya?"  Jawab dirga dengan datar.

"Jawab dulu banggg", teriak dipta.

Dirga memejamkan mata, sungguh teriakan adiknya memekakan telinga. "Hah, ini jadwalmu medhical check up"

"Ha?, gak mau..gak mau...ih abang kok gitu sih, hikss..hikss" dipta mulai menangis, dia merasa di hianati.

"Shuuuttt, gak usah drama, cepetan ganti sebelum daddy sama bang dean yang maksa kamu."

"Huweee, nggak mauu disuntikkkk" teriak dipta sambil mendudukkan badannya ke lantai dan menangis keras, ngereog ceritanya.

"Hahh", akhirnya dirga turun tangan menggantikan sendiri pakaian dipta, meskipun kesusahan tapi kekuatan dipta tidak ada apa apanya dibanding dirga. Kemudian dirga menggendong dipta keluar kamar mandi.

"Nggak mau abang, nggak mau hiksss" dipta terus berontak di gendongan abangnya.

Ternyata daddy dan dean sudah berada di dalam ruangan tersebut.

"Kemarikan!" Pinta daddy pada dirga. Dirga mengangsurkan tubuh dipta untuk digendong daddy.

"Shhhhhuuuttt, diamlah boy, ini hanya sebentar."

"Huweee nggak mau, nggak mauuu!!!!"

Daddy membaringkan tubuh dipta ke brankar rumah sakit. "Om kita musuhan, hiksss, om jebak dipta...huwaaa" jerit dipta saat melihat richard mendekat.

"Hey, jangan begitu dongg, kan kita sekutu ✌️, janji deh cuma sebentar ya" rayu richard.

Sekarang tubuh dipta sudah dipegangi daddy dan kedua abangnya. Daddy memegang tangan nya, dean menahan pundaknya, dan dirga menahan kedua kakinya. Dipta terus mencoba berontak, dia sungguh takut. Dulu bundanya pernah meminta itu, dan saat bundanya menjelaskan tahapannya, dia tidak mau dan menolak mentah-mentah.

Bayangkan saja, tubuh kita akan diambil darahnya, dipasangi alat-alat seperti kabel, dan yang mengerikan itu dimasuki kamera kecil untuk melihat organ dalam. Ah membayangkan saja ngilu.

"Hikss..lepass..kalian jahattt...bundaaa..." teriak dipta sambil ngereog.

"Cepatlah richard!" Titah daddy.

"Iya-iya, langsung dibius saja kalau begitu".

"Tidak..tidak mauuu.." teriak dipta. Sungguh di ruangan itu seperti pasar, sangat berisik.

Akhirnya richard menyuntikkan bius kepada dipta, "awwwww, sakiiiiittt" teriak dipta. Perlahan matanya memberat dan dia sudah hilang kesadarannya.

"Hah, bocah ini sungguh aktif sekali" keluh dean sambil mengusah keringat di dahinya.

"Mulailah richard!" Perintah daddy. Richard dan beberapa tim dokter mulai melakukan medhical check up paket lengkap tersebut.

.........
"Bagaimana hasilnya?" Tanya daddy.

Sekarang daddy dan richard sedang berada di ruangan dipta. Sedangkan dirga dan dean sedang keluar karena ada urusan. Bocah itu masih memejamkan mata dengan infus ditanggannya dan  selang oksigen di hidungnya.

"Hmmm, sedikit buruk. Dia memiliki maag dan asam lambung. Sepertinya pola makan dan makanannya dulu sangat buruk. Dia juga terlahir prematur, imunnya lemah. Karena itu dia gampang sakit." Jelas richard yang membaca hasil MCU dipta.

"Kapan puteraku bangun?", daddy melihat dipta yang masih memejamkan mata.

"Hmm, sebentar lagi" ucap richard sambil melihat jam tangannya.

"Shhh" ringisan dipta terdengar. Daddy dan richard mendekat.

"Hey boy" sapa daddy. Dipta ingin menangis keras tapi tidak bisa, tenggorokannya terasa sangat sakit. Jadi dia hanya bisa menangis. Daddy mengusap air mata dipta yang berjatuhan.

"Coba Om periksa ya!" Richard memeriksa kondisi dipta.

"Tenang saja, memang efek MCU lengkap seperti ini, jangan bicara dan banyak bergerak dulu ya, supaya tidak tambah sakit." Pesan richad sambil mengusap kepala dipta.

Dipta hanya bisa berkedip, sungguh seluruh badannya terasa sangat sakit, tenggorokannya terasa ada luka besar didalamnya.

"Tak apa boy, jangan menangis lagi. Tidurlah lagi supaya tidak terasa sakitnya." Rasa kantuknya mulai menyerang, ditambah usapan dikepalanya membuat dipta kembali memejamkan matanya.
......
Keesokan harinya...

"Mau jalan sendiri" ucap dipta. Dia sedang merajuk pada daddy dan kedua abangnya. Dia merasa terkhianati sungguh. Bahkan richard yang memeriksanya pagi tadi dia acuhkan.

"Jangan membantah boy, menurutlah, atau kamu mau menginap disini lagi?" Ancam daddy. Dipta menggeleng.
Akhirnya dia pasrah saat digendong koala daddynya. Dirga dan dean mengikuti mereka di belakang.

Di saat lampu merah, dipta yang sedari tadi melihat keluar jendela, melihat anak SMA yang sedang nongkrong di warung. Melihat itu dia jadi rindu sekolah. Seharusnya sebentar lagi dia lulus SMP dan masuk ke SMA.

Sepertinya dia harus memberanikan diri untuk membicarakan masalah sekolah dengan daddynya. Itu juga bisa jadi celah dia menemui bundanya nanti. Membayangkan itu semua membuat dia jadi semangat.

"Apa yang membuatmu tersenyum boy?" Tanya daddy.

"Ah, bukan apa-apa" jawab dipta cepat.

"Katakanlah!" Desak daddy sambil memegang lengan dipta.

"Itu, dipta lapar, iya lapar, kepingin makan ayam geprek. Hehe" dipta cengengesan.

"Jangan harap kamu makan-makan seperti itu lagi, nanti di mansion daddy sudah meminta chef untuk membuatkan menu khusus untukmu!" Jawab daddy tegas.

Dipta hanya mempoutkan bibirnya sebal. Hah, pasti makanannya tidak jauh-jauh dari bubur dan sayur...iyuuhhhh...

*btw itu aku ngarang aja ya soal penyakit dan MCU, gak tau yang benerannya gimana, sempet cari tipis-tipis di gugel aja. CMIIW ;)
.
.
.
Bye bye dulu🙌

PRADIPTA W.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang