2

1.2K 68 1
                                    

Anak bungsu merupakan anak yang istimewa menurut sebagian orang. Dan bagi sebagian orang lainnya, menjadi anak bungsu merupakan hal yang biasa saja. Rido duduk termenung di atas sofa ruang keluarga. Bi Imah sedang berada di belakang rumah, menyiram tanaman- tanaman yang bervariasi milik ibunya. Kemudian, matanya menoleh ke arah samping. Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 16:35. Rasa sepi sudah menjadi sebagian hidupnya selama satu tahun belakangan ini.

Ayah dan ibunya sibuk dengan urusan kantor. Kakaknya merupakan seorang arsitek yang sangat sibuk. Dia selalu pulang malam. Sedangkan abangnya sudah kelas 12 dan sedang sibuk- sibuknya mengingat ujian tinggal 4 bulan lagi.

Sebenarnya tadi Rido diajak main ke rumah Neo bersama dengan Ari. Akan tetapi dia merasa kurang enak badan. Akhirnya dia memilih untuk tinggal saja di rumah. Lagi pula dia ingin berkumpul dengan kedua saudaranya itu, mengingat mereka jarang berkumpul.

"Den ... Den Rido ..., bangun udah maghrib."

Rido menggeliat pelan lalu membuka matanya perlahan.

"Emang udah jam berapa Bi?" tanya Rido yang sedang mengumpulkan kesadarannya.

"Udah jam  setengah tujuh den, sana solat dulu. Itu makan malamnya udah bibi siapin  di meja makan. Bibi ijin pulang lebih awal ya den, soalnya ada saudara mau dateng."

"Iya Bi, makasih ya Bi."

Setelah Bi Imah pergi? Rido melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Dia ketiduran sambil bermain hp saat sedang menunggu saudaranya pulang. Akan tetapi rumah masih sepi, mungkin mereka sedang perjalanan pulang, pikir Rido.

***

Setelah solat dan mandi, Rido melangkahkan kakinya ke meja makan. Disana dia melihat abangnya sedang makan malam. Wah sejak kapan abangnya yang satu itu datang.

"Bang kok lo udah pulang."

"Ealah, kakaknya pulang bukannya seneng malah nanya  'kik li idih piling' ", ujar Bryan sambil menirukan cara adiknya berbicara tadi.

"Bukan, maksud gue tadi perasaan jam 6 lo belum pulang."

"Gue udah pulang sejak lo ketiduran."

Ternyata kakaknya sudah pulang ketika dia tertidur. Kemuadian Rido mendudukkan dirinya di samping kakaknya dan mengambil nasi serta lauk pauknya dan mulai makan dengan tenang.

Setelah makan Rido dan Argi berada di ruang keluarga sambil menonton tv dengan Argi yang membaca buku.

"Kak Argi kok belum pulang Bang?", tanya Rido.

"Kak Argi pulang malem. Napa lo?"

"Pengen titip martabak keju."

"Ya elah, gue kirain kenapa. Yaudah nanti gue bilangan ke Kak Argi. Sana tidur udah malem."

"Baru juga jam  setengah sembilan udah disuruh tidur, gue bukan anak perawan ya Bang!" Kata Rido sambil mencebikkan bibirnya.

"Iya terserah bocil aja dah."

Mereka pun menunggu Argi pulang. Sampai ketika ponsel Bryan berdering menunjukkan tulisan "Kak Argi" dan langsung diangkat oleh sang empunya.

"Iya kak"

" ... "

"Oh iya kak, engga papa kok."

" ... "

"Waalaikumsalam."

Bryan mematikan handphone nya seraya melihat ke arah adiknya yang sedang menunjukkan raut muka seolah bertanya ada apa.

"Kakak engga pulang. Ada pekerjaan mendadak, jadi dia nginep di rumah kak Varo."

"Yah, padahal daritadi gue nungguin martabaknya."

"Tenang, kata kak Argi dia udah pesenin nanti ada gofood dateng."

Sebenarnya martabak hanyalah pengalihan rasa ingin bertemunya dengan Kakak sulungnya itu. Semakin dewasa mereka, kegiatan yang dilakukan pun menjadi sangat banyak membuat kakak dan abangnya jarang di rumah. Untuk Bryan, walaupun mempunyai aktivitas malam pun dia pasti selalu pulang ke rumah. Akan tetapi untuk Argi, satu tahun terakhir ini dia selalu saja sibuk dengan pekerjaannya. Membuatnya selalu pulang larut malam, tetapi terkadang menginap di rumah temannya ataupun pulang ke apartemen pribadinya. Rido hanya ingin bermanja dengan kedua kakak nya itu. Akan tetapi mengapa semuanya terasa sulit.



Jangan lupa tekan bintang nya ya 🤗

SAHASIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang