40

622 33 2
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.



Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Rido bilang kepada Neo dan Ari bahwa dia akan membersihkan ruangan olahraga dulu. Neo dan Ari yang akan mengajak Rido nongkrong, memutuskam untuk menunggu Rido di warung makan depan sekolah.

Rido memasuki ruang olahraga dan menemukan Vero yang yang sedang memunguti bola basket yang berceceran.

"Udah lama Ro?"

"Baru aja kok."

Rido dan Vero membersihkan ruangan dengan cepat. Rido yang menyapu dan Vero yang mengangkat-angkat barang yang ada untuk diletakkan di tempatnya.

Setelah menyapu, Rido mengambil kain pel dan mengepel ruang olahraga.

"Do, gue pamit pulang dulu yaa. Dah ditungguin cewe gue nih."

"Oke Ro, santuy lagipula lo juga tadi bersihin lebih dulu. Hati-hati ya Ro."

"Sip Do, pulang dulu ya."

"Iyaa."

Rido sendiri di ruang olahraga. Dia sudah selesai mengepel. Rido meletakkan kembali kain pel dan ember di tempat penyimpanan alat kebersihan yang ada di sampingnya.

"Wah... wah... wah... ada siapa nih."

Saat akan keluar dari ruang olahraga, seseorang menarik tangannya ke arah belakang sekolah. Mendadak Rido merasa deja vu atas kejadian ini. Apalagi orang yang menarik tangannya adalah orang yang sama.

"Apaan sih Ben!"

"Diem lo!"

Rido akan memberontak. Dia mencoba memukul Iben. Namun, tiba-tiba tangannya ditahan dari arah belakang. Dia melihat ternyata ada teman Iben juga. Bukan yang kemaren-Zega dan Regan. Yang Rido tau, mereka masuk ke dalam golongan siswa yang ditakuti di sekolah karena kenakalannya.

Gue punya masalah apaan sih sama lo Ben! Gue bahkan udah gak pernah ketemu Bang Bryan kok," teriak Rido.

"Gue cuma ... seneng aja main-main sama anak lemah kayak lo!"

"Gue gak lemah bangsat!" Rido baru saja akan melayangkan pukulannya kepada Iben, sebelum dirinya dipukul dari belakang.

"Banci lo semua! Beraninya keroyokan."

Mereka tidak mendengar segala ucapan Rido. Mereka memukuli Rido ke seluruh tubuh Rido, kecuali tangan dan wajahnya.

"Bugh."

Iben menginjak dada Rido. Dia sengaja menekannya agar membuat Rido semakin kesakitan.

"Lepass.. sinn," lirih Rido.

"Cabut guyss."

Setelah puas memukuli Rido, mereka meninggalkan sosok tak berdaya itu tanpa rasa kasihan. Mungkin jika ada yang melihat kondisi Rido, memang tidak nampak bekas luka yang dipukuli oleh mereka, akan tetapi bagian yang tertutup baju dan celananya sungguh sakit.

Setelah beberapa menit, Rido mencoba bangun. Dia sebisa mungkin jalan biasa saja. Neo dan Ari sudah menunggu dan dia tidak ingin membuat mereka khawatir.



***



"Neo ... Ari..."

"Lama bangeet lo cil, lumutan nih kitaa."

"Hehe sorry lah broo."

Mereka pun pergi dengan motor masing-masing menuju alun-alun yang jaraknya sekitar 2 km dari sekolah. Setelah sampai, mereka membeli beberapa jajanan kaki lima yang ada, lalu mencari tempat duduk. Hari ini alun-alun lumayan ramai, padahal bukan weekend. Mereka memakan sate yang letaknya tak jauh dari jarak mereka tadi. Makan sate dengan duduk lesehan sambil melihat orang-orang adalah salah satu hal yang mereka sukai.

"Neo ... jangan ambil-ambil punya gue elahh."

"Orang cuma minta 1 aja kok. Pelit amat dah."

"Gue laper tau gak."

Rido baru akan memaki Neo lagi, sebelum Ari memberikan 3 buah tusuk sate kepadanya.

"Makasih Ari lo emang the best gak kaya yang satu nohh."

"Kok gue gak dikasih Ri, kan gue juga mauu," pinta Neo.

"Beli sendiri."

"Hahahaha."

Jawaban yang keluar dari mulut Ari membuat Rido tidak bisa menahan tawanya. Dia sangat berbyukur memiliki sahabat seperti mereka.

Rido mengeryitkan dahinya ketika dadanya terasa sakit. Belum lagi perutnya yang tadi dipukul. Sedari tadi sebenarnya Rido sudah merasakan sakitnya, tapi dia menahannya agar tidak membuat kedua sahabatnya khawatir.
















Jangan lupa vote dan komen !
Maaf apabila terdapat typo🙏






SAHASIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang