9

786 41 0
                                    

Terhitung sudah 3 bulan semenjak pertengkaran kedua orang tuanya. Mereka sudah resmi bercerai di mata hukum. Walaupum waktu terus berjalan, namun ada beberapa hal yang memang tidak berubah dalam hidup Rido. Ayahnya masih sama saja, bahkan sekarang jarang pulang, begitupun dengan Argi- kakaknya yang sedang sibuk- sibuknya mengingat namanya yang melejit menjadi salah satu sosok arsitek yang paling diincar saat ini. Untuk Bryan, dia masih sering bertemu di sekolah. Yah, walaupun hanya saling bertegur sapa dan saling menanyakan keadaan masing-masing. Setiap seminggu sekali dia main ke rumah ibu dan abangnya itu. Ketika main kesana, ibunya hanya menanyakan keadaannya. Tidak menanyakan apapun selain itu. Hanya saling bungkam dan menatap. Selalu seperti itu sampai hari ini.

Hari ini hari Sabtu. Sekokah libur. Rido sudah berada di meja makan rumah ibunya. Setahunya rumah ini hanya ditempati oleh ibu dan abangnya. Dan juga ada satu ART dan satu orang satpam di depan pagar.

Seperti biasa setelah saling menanyakan kabar mereka hanya akan makan siang dan setelahnya berdiam saling menatap.

Ketika main ke rumah ibunya, ada satu harapan yang selalu Rido harap. Berharap ibunya mengerti bahwa dia tidak bisa hidup tanpa ada sosok ibu di sekelilingnya. Namun, bahkan samapai saat ini, tidak ada kata yang dia harapkan keluar dari mulut sang Ibu.

Rido mencoba memahami semuanya. Namun,  dia benar- benar menginginkan berada di dekat sosok ibunya. Apalagi semenjak perceraiannya, ibunya terlihat tidak sesibuk sebelum bercerai. Wanita itu sering beradda di rumah, itu kata abangnya ketika dia menanyakan kabar ibu kepada sosok abangnya itu. Terkadang Rido merasa iri dengan Bryan yang dapat setiap hari bertemu dengan ibu. Akan tetapi, Rido tidak menampik kenyataan bahwa Bryan adalah anak kesayangan ibunya sejak kecil. Ya, sejak kecil.

"Yaudah kalo gitu aku pamit dulu ya Bu," ujar Rido sambil menjulurkan tangan untuk bersalaman dengan ibunya.

Karena merasa canggung dengan keadaan, Rido memutuskan untuk pulang. Biasanya ada Bryan yang menemani. Akan tetapi hari ini abangnya tidak ada di rumah. Kata ibunya memang sudah pergi sejak pagi. Tidak adanya sosok Bryan membuat suasana canggung berkali- kali lipat dari biasanya. Oleh karena itu, Rido memutuskan untuk pulang saja.


***


Rido memarkirkan motornya di samping mobil Toyota Rush yang terlihat asing di matanya. Apakah Ayahnya membeli mobil baru?

Rido melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Melihat ada tamu, Rido berpikir mungkin saja itu tamu ayahnya. Rido baru saja akan menapakkan kakinya ke anak tangga yang pertama sebelum suara bariton ayahnya memanggilnya.

"Rido, sini."

Rido pun mengubah arah tujuannya menjadi ke arah ruang tamu. Melihat sosok perempuan cantik. Dilihat dari mukanya, wanita tersebut memang sudah berumur namun terlihat masih muda, sekitar 35 tahun? Wajahnya pun masih cantik.

"Nah, Saras, perkenalkan dia Rido. Anak bungsuku."

"Hai Rido, kenalin nama tante Saras."

Rido meraih tangan Saras dan menyaliminya.

"Oh iya, kenalin juga ini Reva, anaknya tante Saras."

"Halo kak Rido," saut anak perempuan yang masih kecil itu. Rido menanggapi dengan senyuman.

"Ayah akan menikah dengan tante Saras dua minggu lagi."

Rido menganga tidak percaya terhadap apa yang baru saja ayahnya katakan. Se-enteng itukah ayahnya mengatakan hal tersebut. Mereka baru bercerai dan ayahnya mau menikah lagi? Apakah ini alasan dibalik perceraian keduanya, Rido bertanya- tanya. Akan tetapi mendengar nada bicara ayahnya yang mengatakan akan menikah dengan nada tegas dan tidak terbantahkan membuat Rido cukup sadar diri, dia tidak mempunyai hak untuk menolak. Memangnya sepenting apa dia bagi ayahnya, Rido meringis dalam hati.

"Kak Argi sama Bang Bryan udah tahu?"

"Mereka sudah tahu."

Lagi- lagi Rido merasa kecewa dengan keluarganya ini. Mengapa tidak ada yang memberitahunya tentang hal sepenting ini. Apakah dia bukan anggota keluarga ini?

"Yaudah iya pah, aku ke kamar dulu ya. Misi tante," seru Rido dengen tergesa- gesa manaiki tangga ke arah kamarnya.

Mengapa hidupnya penuh dengan lelucon? Rido hanya ingin mendapat keluarga yang lengkap dan bahagia. Namun, sekali lagi dia sadar akan posisinya. Bahkan sejak dahulu memang selalu begitu. Rido sudah terbiasa dengan kehidupannya ini.

Semakin beranjak dewasa dia mulai sadar akan hal- hal yang janggal. Tentang mengapa ayahnya sejak dulu tidak dekat dengannya atau tentang ibunya yang tidak pernah membelanya ketika bertengkar dengan kakak dan abangnya. Hal yang simple memang. Namun jika hal tersebut berlaku sampai diumurnya yang menginjak 15 tahun membuatnya berpikir. Kesalahan sebesar apa yang pernah dia lakukan dulu?

Rido menangis dalam kamarnya. Tanpa seorang pun tahu. Tanpa seorang pun mau tahu.



Jangan luoa vote untuk kelanjutan ceritanya

SAHASIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang