"Do!"
Rido menoleh ke belakang dan melihat Neo yang cengar- cengir melihatnya. Seakan tahu akan tatapan tersebut, Rido mengambil buku catatannya dan memberikannya kepada Neo yang duduk tepat di belakangnya.
"Makasih Rido ku."
"Kebiasaan banget sih lo, engga ngerjain tugas."
"Biasa Do, ketiduran. Hehe."
Rido hanya menatap malas sahabatnya yang satu itu dengan tatapan malasnya. Lalu menghadap ke arah depan. Menatap punggung satu sahabatnya yang lain, lalu memegang bahu Ari yang yang sedang menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya. Padahal sebentar lagi masuk, tetapi Ari masih saja molor. Mana pelajaran pertama sama Bu Sri lagi, guru matematika wajib yang tegasnya minta ampun!
Rido lalu menendang- nendang bangku Ari dengan salah satu kakinya, berharap sahabat kebonya yang satu itu bangun. Akan tetapi, usahanya tidak membuahkan hasil. Dasar kebo!
"Neo"
"Iya sayang."
"Sayang- sayang pala lo peyang. Noh, liat temen lo. Dibangunin daritadi engga bangun- bangun. Pasti tadi malem kalian mabar sampe malem."
Neo melangkahkan kakinya ke depan dan menggeplak kepala Ari dengan buku Rido yang sedang dipinjamnya.
"Eh bangsul! Ngapain geplak pala gue lo! Mau gelut?!"
"Bentar lagi masuk cok, molor bae."
Lalu Neo melangkahkan kakinya kembali ke bangkunya seraya berbicara kepada Rido
"Noh, udah bangun."
"Neo emang the best," ujar Rido seraya memberi dua jempol tangannya kepada Neo. Membuat teman- teman lain yang berada di sekitarnya menatap gemas Rido.
Selain tampan, Rido merupakan siswa termuda di kelas XI MIPA 3. Umur teman- temannya rata- rata 16 atau 17 tahun akan tetapi umur Rido baru menginjak 15 tahun, karena dulu dia sempat mengikuti kelas akselerasi pada waktu SMP membuat teman- teman sekelasnya menganggap Rido sebagai adik mereka. Ditambah dengan postur tubuh Rido yang tidak setinggi laki-laki di kelas dan juga dengan wajah tampan yang cukup manis membuat teman perempuanya suka gemes dengan Rido.
"Ari daritadi dibangunin kok engga bangun- bangun? Pasti abis mabar sama Neo yah. Untung aja Bu Sri belum masuk."
Walaupum terpaut umur 1 atau 2 tahun dengan teman- temannya, akan tetapi Rido tidak memanggil mereka dengan sebutan kakak, karena dia merasa dia masih satu angkatan dengan mereka. Selain itu, dia juga tidak mau dianggap sebagai anak kecil oleh teman sekelasnya. Tidak tahu saja banyak yang ingin dipanggil kakak oleh Rido.
"Iya, sorry Do. Ngantuk banget gue."
"Assalamu'alaikum."
Kemudian Bu Sri masuk kelas dan memulai mata pelajaran matematika yang membuat sebagian siswa langsung menyiapkan mental dan pikiran agar bisa menghadapi 2 jam bersama bu Sri dengan kuat. Mana minggu kemaren dikasih tugas yang contoh soal dan tugas nya berbeda lagi. Membuat tadi malam grup kelas ramai untuk saling berbagi jawaban. Maklum, saja karena soal tersebut sangatlah HOTS sehingga tidak ada di situs manapun.
Akan tetapi bagi Rido tidaklah sesulit itu. Selain dianugerahi wajah yang tampan, dia juga dianugerahi otak yang cerdas. Membuatmya semangat mengikuti pembelajaran Bu Sri. Apalagi matematika adalah pelajaran favoritnya. Dia sudah beberapa kali mengikuti lomba olimpiade matematika dari SMP dan waktu kelas 10 pun dia mewakili SMA nya sampai dengan jenjang nasional. Berhasil menjuarai olimpiade tersebut walaupun juara 3 sudah cukup membuktikan bahwa Rido adalah anak yang pintar. Tidak heran jika Rido menjadi anak emas para guru.
"Kumpulkan tugasnya dan kita akan melanjutkan materi Barisan dan Deret."
"Iya bu." Jawab para murid serempak.
***
Bel istirahat sudah berbunyi, membuat para siswa berbondong- bondong keluar kelas dan menuju kantin. Begitupun dengan Rido dan kedua temannya.
"Kalian duluan, gue mau ke kamar mandi dulu. Jangan lupa pesenin gue kaya biasa!"
Rido melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Setelah selesai, dia keluar dari toilet dan bertemu dengan Mario-orang yang selalu saja mencari masalah dengan Rido. Mereka merupakan pesaing dalam bidang akademik. Yang sayangnya setiap semester Rido pasti menempati posisi yang lebih unggul daripada Mario. Karena hal tersebut Mario selalu saja kesal setiap melihatnya, itu adalah pemikiran Rido.
"Eh ada bocil nih."
"Apaan si Mar, please deh stop gangguin gue."
"Kenapa emang? Kayaknya gue udah lama deh engga gangguin lo."
Dasar Mario. Padahal dia menganggu Rido 1 minggu yang lalu. Dia sengaja melemparkan bola basket ke Rido yang jelas- jelas berada di sisi pinggir lapangan. Rido pun melihatnya sendiri dengan jelas.
"Iya udah dulu ya Mar, gue mau ke kantin nih laper. Nanti kalo gue udah makan gue ladenin lo deh." Rido mengerucutkan bibirnya karena dia sudah sangat lapar. Dan jam istirahat tinggal 15 menit lagi. Dia harus cepat-cepat ke kantin.
Melihat raut muka Rido entah mengapa Mario kok gemes.
"Yaudah sana cil."
"Jangan panggil gue cil!" Rido berteriak seraya berlari meninggalkan Mario yang masih berada di pintu toilet yang sedah terkekeh melihat Rido yang menjauh.
Sebenarnya alasan Mario selalu ribut dengan Rido karena dia ingin kebih dekat dengan anak itu, karena dengan melihat wajah Rido pasti mengingatkannya dengan adiknya yang sudah berpulang ke pangkuan Tuhan.
Jangan lupa vote yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
SAHASIKA
Teen Fiction"Tempatmu pulang adalah tempat dimana ada orang yang merindukanmu" Entah mengapa, Rido selalu mengingat kata- kata itu. Kata yang didengarnya dari film kartun kesukaannya. Katanya tempat untuk pulang adalah tempat dimana ada orang yang rindu ya? Na...