35

583 36 3
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.




Rido terbangun, lalu melihat dirinya yang sudah berada di dalam kamarnya.

"Sudah sadar, Den? Ada yang sakit engga. Maaf Bibi kemarin tidak menolong Aden," ujar Bi Imah yang sedang terduduk di samping kanan Rido.

"Rido engga papa kok Bi. Makasih udah bawa Rido kesini. Keadaan Reva gimana Bi?"

"Non Reva udah sadar kok den. Tidak ada luka serius, hanya saja kepalanya harus dijahit karena lukanya yang lumayan lebar."

Rido lega mendengarnya. Setidaknya adiknya tidak mengalami luka dalam ataupun kondisi yang serius lainnnya. Rido memakan bubur dengan disuapi oleh Bi Imah. Lalu memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya lagi.






Paginya, Rido berangkat menuju sekolah. Karena Reva masih dirawat, suasana rumah jadi terasa sepi. Lebih baik Rido sekolah dan menemukan banyak hal selain kesepian.

Dia duduk di bangkunya, lalu mengeluarkan buku untuk mengerjakan tugas yang belum sempat dikerjakannya sambil memakan roti yang tadi ia beli di kantin.

Saat sedang fokus mengerjakan tugas, Rido dikagetkan dengan kedatangan kedua temannua yang menepuk lengannya dengan tidak santainya.

"Darimana aja lo cil. Kemaren katanya mau main, kok dihubungin malah engga aktif. Kan kita jadi gak nongkrong deh," ujar Neo.

"Maap ya Neo, Ari, gue kemaren sakit."

"Sakit apa?" Tanya Ari dengan raut wajah yang khawatir.

"Cuma demam kok."

"Ya ampun cil kenapa engga bilang kalo sakit. Tau gitu kemaren kita main ke rumah lo."

Perbincangan mereka pun berakhir karena ada guru yang memasuki kelas.

Rido sedang melamun. Memikirkan hal- hal yang akhir- akhir ini dilaluinya. Sebenarnya dia juga takut, mengingat keluarganya sudah mulai main tangan. Tapi bukankah dia harus sadar diri? Dia ingat apa yang pernah dibicarakan ayahnya kepadanya waktu itu.

Flashback

"Kenapa panggil Rido, Yah?"

"Saya cuma mau bilang sebaiknya jaga sikap kamu sama keluarga saya, karena kamu hanyalah seseorang yang tiba- tiba hadir di keluarga saya."

"Maksud ayah apa?"

"Kamu bukan anak kandung saya."

Rido termangu mendengar kata yang terucap dari mulut ayahnya. Dia sungguh kaget dengan fakta yang baru saja didapatinya. Dia merasa tidak percaya dengan kalimat itu.

"Ayah ... ini beneran?"

"Kamu pikir saya bercanda? Lagipula umur kamu sudah besar. Jadi saya hanya mengingatkan akan posisimu di dalam keluarga ini."

"Iya, Yah. Rido bakal sadat diri kok. Makasih udah rawat Rido sampai sebesar ini. Yaudah Rido ke kamar dulu ya, Yah."

Dari sini akhirnya Rido mengerti tentang semua sikap mereka dari dulu. Baik ayah maupun ibunya selalu menyayangi Argi dan Bryan dengan tulus. Namun, ketika dengannya dia tidak pernah merasakan ketulusan itu. Sekarang dia tau kenapa ketika ayah dan ibunya bercerai tidak ada yang mem-perebutkannya. Memangnya dia siapa?
Dari sini, Rido akhirnya paham akan posisinya hanya sebagai orang luar yang tidak patut meminta hak nya dari orang-orang yang bahkan bukan keluarga kandungnya.

Flashback end

Mengingat hal itu, Rido sebenarnya selalu penasaran akan orang tua kandungnya. Apakah dulu mereka membuangnya atau dia ternyata adalah sebuah kesalahan. Banyak kemungkinan yang membuat Rido sejujurnya merasa sedih dan takut dengan fakta bahwa dia bukanlah anak kandung ayah dan ibunya.

"Ngelamun aja lo cil. Nih makanannya dateng, dimakan!"

"Iya, makasih Neo."

Sekarang mereka sedang berada di kantin untuk mengisi perut mereka setelah mendapat asupan fisika di pagi hari. Mereka pun memakan makanan mereka dengan diselingi Neo yang terus menjahili Rido dan Ari yang menegur Neo.















Jangan lupa vote dan komen!
Maaf apabila terdapat typo🙏

SAHASIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang