10

798 40 0
                                    

Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Sekarang merupakan hari bahagia bagi ayahnya. Bagaimana tidak? Disana dia duduk dengan senyuman lebarnya yang bahkan jarang Rido lihat. Disampingnya ada sosok cantik Saras yang tersenyum dengan anggun.

Acara ijab kabul sudah dilakukan tadi pagi. Siang ini merupakan acara resepsi bagi sepasang pengantin tersebut. Rido pun sebagai anak ikut serta hadir bersama Argi dan Bryan di sampingnya. Ibunya pun hadir dalam acara ini, namun tidak lama.

Ayah melambaikan tangan ke arah Argi dan memanggilnya.

"Argi "

Ayahnya mengatakan bahwa mereka harus naik ke atas. Mereka bertiga sebagai anak pun naik ke atas panggung untuk berfoto. Tidak lupa juga dengan Reva yang sudah berdiri di sisi tengah tengah antara Tama dengan Saras. Argi berjalan ke samping ayahnya, Bryan di samping mama tirinya, dan Rido berada di samping Argi. Mereka pun mulai berfoto dengan fotografer yang mengarahkan mereka.

Semakin siang tamu semakin banyak. Rido dan kedua saudaranya menemui tamu- tamu ayahnya. Mereka pun kelihatan bahagia. Yah,walaupun kita tidak tahu isi hati mereka. 

Sore menjelang maghrib sudah tidak ada tamu yang datang. Pengantin pun sudah bersiap- siap untuk berganti pakaian. Pernikahan ini memang dilakukan dengan cukup mewah. Pelaksanaannya di hotel bintang lima dengan tema outdoor dan nuansa putih dan biru langit.

Rido memutuskan untuk pulang. Kata ayahnya dia akan pulang telat mungkin. Argi dan Bryan juga tidak kelihatan. Rido memutuskan untuk pulang ke rumah saja. Dia tadi pergi ke sini menggunakan motor karena kedua abangnya tidak ada yang bisa menjemputnya. Jarak antara hotel dan rumah pun cukup jauh, sekitar 15 km.

Ahh sial. Rido lupa membawa jaketnya. Hawa dingin begitu menusuk kulitnya. Dia tadi mampir sebentar ke masjid sekitar hotel untuk menunaikan ibadah solat maghrib. Setelah itu meneruskan perjalanannya ke rumah. Tapi hawa dingin mulai mengganggunya. Udaranya benar- benar dingin.

Memang setelah perceraian kedua orang tuanya banyak hal yang membuat Rido tidak fokus. Kehilangan sosok Bryan di rumah pun membuatnya menjadi merasa kesepian. Pola makannya menjadi tidak teratur. Akan tetapi dia bersyukur mempunyai Ari dan Neo yang selalu berada di sisinya untuk menghiburnya.

***

Rido mengerjapkan matanya perlahan. Matanya menyusuri plafon ruangan yang sedang ditempatinya. Mengapa dia disini? Dia ingat menghadiri pernikahan ayahnya terus pulang. Ketika berada di persimpangan jalan dia merasa kelelahan dan mengantuk. Oh iya, jangan- jangan...

Ya, Rido mengingat semuanya. Dia mencoba menghindari seorang penjual bakso yang sedang mendorong gerobaknya. Membuatnya langsung banting arah ke sisi pinggir jalan yang waktu itu lumayan ramai. Apalagi dengan kecepatan motor Rido yang dia atas rata- rata mengingat dia ingin cepat sampai rumah karena tubuhnya yang sudah sangat lelah. Ya, Rido kecelakaan.

Menoleh ke kanan dan ke kiri, Rido tidak melihat eksistensi keluarganya. Ah keluarganya pasti juga sedang kelelahan.

Tiba- tiba muncul seseorang yang dari jas putihnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang dokter, berjalan ke arahnya.

"Gimana keadaanmu, apakah ada yang terasa sakit?"

Rido mengernyitkan dahinya kala melihat mulut pria paruh baya yang mulutnya sedang terbuka seperti seseorang yang sedang berbicara. Akan tetapi, mengapa tidak ada suaranya?

Dokter tersebut memegang tangan pasiennya tatkala tidak ada respon dari pasiennya.

Ah, mungkin dugaannya benar, batin dokter tersebut.

Mengeluarkan buku kecil dan menuliskan sesuatu di dalamnya. Lalu menyerahkan buku tersebut ke arah Rido. Rido membaca tulisan dalam buku yang tertulis "Apakah kamu tidak mendengar apa yang tadi saya katakan?"

Rido pun semakin bingung. Perasaan dokter tersebut memng tidak mengeluarkan suara kan.

"Maksud dokter apa?" Rido bertanya meminta kejelasan.

Namun lagi- lqgi yang didapatkannua hanyalah mulut yang bergerak tampa suara. Siapa yang salah disini? Bukankah telingnya masih normal? Atau jangan- jangan ...

Dokter tersebut menjulurkan buku yang tadi dan Rido pun membaca isinya "Kamu istirahat saja dulu, kemungkinan ada sesuatu yang terjadi  dengan telingamu".

Rido mematung membaca tulisan tersebut. Apakah dia tuli? Tapi Rido hanya diam.
Dokter tersebut sudah pergi setelah menuliskan catatannya lagi yang bertuliskan bahwa pihak rumah sakit sudah menghubungi keluarganya. Namun, dimana mereka.

Tuli ya? Rido tidak merasa marah dengan Tuhan atas apa yang baru saja dialaminya. Hidupnya memang sudah terasanya sunyi dari dulu kann?





Jangan lupa vote untuk kelanjutan ceritanya

SAHASIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang