Brak!Tubuh Ara terhempas kuat ke lantai.
Gadis itu meringis kesakitan. "Papa," panggil gadis itu lemah.
Ia dapat melihat kilatan amarah dari wajah Tara. Rahang wanita setengah baya itu mengeras kuat. Ara yang baru saja masuk ke dalam rumah setelah pulang dari danau langsung di seret ke ruang kerja Alex.
"Ada apa?" Tanya Alex. Tara seperti kehilangan dirinya melihat Ara.
"Dia dorong Triska ke danau dan hampir kehabisan tenggelam, Mas." Ucap Tara geram.
Alex menghembuskan nafas dan memijit pelipisnya. Laki-laki tua itu lalu menoleh ke arahnya. "Apa bener sama yang di katakan Mama kamu?"
"KENAPA!?" Bentak Alex.
"Kenapa kamu selalu cari masalah, Ara!" Alex menggebrak mejanya, beberapa buku yang berada di sudut meja terjatuh.
"Triska itu kakak kamu. Kenapa kamu tega lakuin itu." Alex berjalan mendekat ke arahnya. Tubuh Ara masih jatuh duduk di lantai setelah dilemparkan sama Tara.
"Jangan buat Papa malu sama Mama kamu. Kelakuan kamu jelas-jelas buat Papa malu, Ara. Kamu tau itu!?" Alex menoyor kepala Ara berulang kali.
Anak perempuannya itu menahan isak tangis sebisa mungkin.
"ARA GA DORONG TRISKA, PA!" Bentar Ara masih jatuh duduk di lantai.
"INI SEMUA CUMA AKAL-AKALAN TRISKA!"
"PAPA DI KIBULIN SAMA DIA!"
plak
Tangan Tara naik menampar wajah Ara membuat wajah gadis itu untuk kesekian kalinya tertoleh ke samping.
"Jangan kurang ajar sama Papa kamu, Ara. Triska ga pernah kayak gitu. Justru kamu yang berusaha berbuat licik untuk membalas Triska."
Tangan Ara memegang pipinya yang panas akibat tamparan Tara. "Papa ..." Panggil gadis itu meminta pertolongan darinya.
Gadis itu kemudian mendengus geli. "Papa tau gak, peliharaan Papa ini udah mencuci otak Papa." Tunjuk Ara kepada Tara.
Plak
Lagi. Wajahnya kembali tertoreh ke samping. "Jangan kurang ajar sama Papa!" Bentak Alex.
"Papa yang ngajarin Ara jadi kayak gini." Ra mendengus geli lalu tertawa. "Papa gagal jadi ayah yang baik."
"Anak kurang ajar!" Tendangan kuat mendarat di kepala Ara membuat kepala gadis itu menghantam lantai.
Tak butuh waktu lama. Alex berlalu meninggalkannya di sana.
"Makanya jangan suka main kurang aja sama saya dan juga Triska." Ucap Tara.
Sama halnya dengan Alex, wanita setengah baya itu pergi melengos dari sana. Tak butuh jawaban dari Ara, Tara langsung pergi dari sana juga.
Tidak melihat bagaimana keadaan Ara dan tak butuh tanggapan dari gadis itu. Tara melengos pergi dari sana.
Ara menarik nafasnya dengan pelan-pelan. Udara di paru-paru gadis itu terasa hilang sesaat.
Bahu Ara bergetar hebat, ia berusaha sekuat tenaga untuk berjalan ke kamarnya.
Ia tertatih-tatih untuk sampai ke kamarnya, tangannya naik menyalakan air.
Gadis itu hanya diam, melihat bathtub yang hampir terisi penuh sama air. Perlahan ia masuk kedalam air dan menenggelamkan wajahnya.
Beberapa detik di dalam air membuatnya berpikir untuk mengangkat wajahnya dari sana. Di saat matanya terbuka, wajah Triska muncul di hadapannya membuatnya kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARALASKA
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA, ADA CHAPTER YANG DI PRIVATE. "Senyum dong, dikit aja." Alaska memaksa Ara tersenyum. ""Losetreak di Ml memang membuat stress, tapi kita tidak pernah membencinya" . . . "Menjadi cantik itu adalah sebuah berkah. Orang-orang...