ASMARALASKA 19.00

195 18 1
                                    

Assalamualaikum. Saya sebagai author nya cerita ini benar² minta maaf karena Hiatus dengan jangka yang lama.

Ceritanya akan kembali di lanjutkan.

💪MOHON BACA ULANG PART SEBELUMNYA 💪

SELAMAT MEMBACA.

Ara menatap Tara tidak percaya.  ia benar-benar tidak menyangka Tara bisa mengatakan hal itu dengan mudah. Tidak melaporkan perbuatan Triska katanya? Lagian hanya tampar-menampar adalah hal yang biasa saja katanya? Apa Tara tidak melihat bagaimana kondisi Ara sekarang.

"Kamu tidak perlu lebay, dengan berpikiran melaporkan ini ke polisi. Karena saya akan jamin, jika pihak sekolah tidak akan mau memberi kesaksian." Ujar Tara.

Ara sudah 3 hari di rawat di sini, tidak ada kedatangan dari Alex dan juga Aslan membuatnya merasa semakin sendirian. "Lagian, Papa kamu juga udah gamau peduli sama kamu. Bisa lihat kan? Kamu udah 3 hari sini, bahkan Papa kamu ga ada tuh niat liatin kamu. Malah pergi jalan-jalan sama Triska." Tambah Tara sambil merogoh isi tas miliknya memperlihatkan benda pipih ke wajah Ara.

"Lihat kan?" Tanya Tara sambil tersenyum manis, wanita setengah baya itu langsung menarik kembali hp miliknya dan tersenyum haru ke layar ponselnya. "Manisnya putri sama ayah ini." Gumam Tara.

Ara tersenyum miris, posisinya lagi sakit sekarang. Apakah Alex melupakan tanggung jawabnya sebagai ayah bagi Ara?

"Pulang." Tara yang sibuk melihat hp nya mendongak menatap Ara. "Gue ga butuh lo disini, Gue ga akan melapor kemana pun."

Tara mengelus rambut Ara lembut." Terimakasih putri ku, kamu memang menjadi anak yang penurut." Ucap Tara.

"Saya pergi dulu untuk menemui suami saya ya, mereka udah nungguin saya. Dan saya akan membuat mereka lupa sama kamu. Jadi, lebih lama lah disini." Tara melenggang dari hadapannya setelah mengatakan itu.

Ara mendengus pelan memikirkan sifat Tara yang aneh.

Setelah kepergian  Tara, Alaska berjalan masuk. "Lo gapapa? Mereka ga ada yang respon laporan yang gue aduin. Sama seperti yang Tara bilang tadi, sorry gue diluar tadi. Mereka hanya bilang tampar-menampar adalah hal yang wajar." Katanya.

Mata Ara berkaca-kaca. Entah bagian mana yang wajar dari tampar-menampar adalah hal yang wajar. Apakah Alex otaknya sudah di cuci oleh Tara.

"Gue gapapa. Besok gue mau sekolah." Ucap Ara.

"Tapi lo masih belum—,"

"GUE GAPAPA,KA?!" Ucap Ara menaikkan oktav suaranya. Laki-laki itu melarangnya pulang, padahal ia sudah merasa sangat baik-baik saja. Bahkan perban yang melilit kepalanya sudah di buka dari satu hari yang lalu. "Gue gamau disini, Ka." Ucap Ara.

Alaska menghembuskan nafasnya khawatir. "Gue cuma gamau lo kenapa-kenapa."

"Ka...," Panggil Ara. "Gue baik-baik aja dan itu serius."

Alaska menghembuskan nafasnya pelan, mungkin mulai hari ini ia harus lebih menjaga Ara. Wait! Bukankah dari dulu ia selalu gagal?

"Kita pulang ya?" Bujuk Ara. "Gue ga betah disini." Ara menunjukkan deretan giginya.

Entah bagian mana yang membuat Alaska semakin menyukai gadis ini, rasanya Alaska ingin menjadikan Ara miliknya. "Oke." Final Alaska.

******

Park Ji-Sung mengangguk paham dengan semua permintaan Alaska. Terlihat kedua laki-laki itu mengobrol serius membuat Ara yang sedang menunggu di samping motor Alaska menghembuskan nafasnya.

"Pada ngomongin apaan sih mereka? Serius banget." Gumam Ara sambil mengerucutkan bibirnya lalu menghembuskan nafas jenuh.
Masih sama, kedua laki-laki itu masih serius bicara.

"Rekaman medis itu sangat perlu untuk membantu Ara, hanya itu satu-satunya bukti bahwa Triska dan temannya bersalah. " Ucap Alaska.

Park Ji-Sung mengangguk paham. "Gue akan pastiin semuanya akan berjalan lancar." Alaska mengangguk lalu melenggang menjauh dari hadapan Sepupunya itu.

Terlihat Ara yang jenuh mendongak melihat kehadirannya. "Kenapa lama?"

"Bisnis." Alaska langsung menyalakan motor lalu meminta Ara naik."Ayo, Kita langsung pulang atau gimana?"

"Kalo jalan-jalan dulu gimana?"

"Siap di laksanakan." Ara cekikikan membuat hati Alaska menghangat. Alaska perlahan melaju sambil melirik wajah Ara dari kaca spion.

"Gue mau lo bertahan. Gue akan usahain kita sembuh."  Batin Alaska.

Bunyi deruman motor mendominasi di jalan raya, Ara menjatuhkan dagunya ke bahu Alaska. Membuat laki-laki itu tersenyum.

Dengan cepat, Alaska meraih kedua tangan kanan gadis itu.

"Ara... disini..." Alaska membawa tangan Ara  menyentuh dadanya sebelah kiri.

"Disini Ara... Rasanya semakin berdebar." Ucap Alaska.

Tinn tinnn!!

Bunyi klakson mobil membuat keduanya kaget, lalu sontak tertawa bersama.

"Wah, kurang ajar itu mobil. Rusak suasana aja!" Dumel Alaska sambil mengendarai motor pelan. Ara tersenyum sambil memeluk erat Alaska.

Next?

ASMARALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang