Chapter 12

256 33 2
                                    

Hallo~

Apa ada yang menunggu cerita ini

Setelah bertapa akhirnya saya menemukan inspirasi

.

Maaf kalau ada typo dan kata-kata kasar...

.

.

Author POV

Keesokan harinya

Arven berangkat ke sekolah seperti biasanya.

Tapi sepertinya gosip memgenai dia dibawa sebagai saksi sudah ketahuan oleh beberapa siswa.

Jadi sepanjang jalan dia terus saja menjadi bahan pembicaraan orang-orang.

Keadaan menjadi lebih buruk saat jam makan siang.

Arven yang saat itu lupa membeli minum mau tak mau harus ke kantin

Di sepanjang lorong sampai ke kantin dia selalu saja menjadi bahan pembicaraan para siswa.

"Lihatlah, dia masih punya muka untuk datang ke sekolah." Ucap salah satu siswa.

"Dasar pembunuh."

Arven hanya diam dan terus berjalan sampai dia menabrak seseorang di depannya.

Siswa itu adalah Darvid dan geng nya.

"Ohh jadi ini wajah si pembunuh itu."

"A-aku bukan pembunuh. Polisi memanggilku untuk menjadi saksi." Ucap Arven.

"Lalu apa yang lo lakuin sampai berdiri di depan rumah Ezra."

"I-itu... A-aku. Aku hanya lewat."

"Kau pasti ingin menggoda Ezra kan? Dasar menjijikan. Lo itu ngga pantas bersama Ezra. Lihatlah, lo itu miskin dan jelek sangat berbeda dengan Ezra." Ucap salah satu gadis.

Gadis itu juga sering menghina Arven.

"Dia menguntit Ezra dengan harapan dia bisa dilihat. Hahaha, mimpi lo ketinggian."

Darvid pun mendorong Arven sampai dia jatuh.

"Kita harus lebih keras padanya agar dia kapok sekolah disini. Lo tuh ngga pantes ada di sekolah ini." Ucap Darvid.

"Hahaha, benar. Lo hanya mengotori seolah ini tau ngga sih." Ucap gadis itu yang panggil saja namanya Ivy.

"Ma-maaf..." Ucap Arven.

Byur

Darvid menyiramkan soda yang ada di tanganya ke kepala Arven.

"Lo pantes dapetin itu."

Darvid kemudian melemparkan kaleng bekas soda itu dan tepat mengenai kepala Arven.

Kaleng bagian atas mengenai dahi Arven sehingga muncul luka gores disana.

"Bangun lo."

"Sepertinya wajah lo perlu diberi sedikit karya seni."

Darvid bersiap memukul Arven namun apa yang terjadi

Arven yang sedari tadi menutup matanya tidak merasakan pukulan datang ke wajahnya.

Saat dia membuka mata ternyata ada Raffa yang menghentikan pukulan Darvid.

"Ngga usah mukul kan bisa." Ucap Raffa.

"Ohh, lo mau jadi pahlawan kesiangan rupanya."

"Oh iya lo sama si anak beasiswa ini punya kemiripan kalau gue pikir-pikir."

Everyone Has A SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang