Chapter 15

99 17 2
                                    

Akhirnya setelah sekian purnama author punya inspirasi lagi buat cerita ini...

Maaf yang sudah menunggu lama...

.

Maaf jika ada typo dan kata kata kasar dan tidak jelas...

.

Author POV

Keesokan harinya Arven memilih pergi sekolah seperti biasanya meski adiknya sudah melarang dan menyuruhnya istirahat di rumah.

Sempat terjadi perdebatan karena hari itu ada ulangan jadi Arven harus berangkat karena guru nya ini enggan memberikan ulangan susulan bagi siswanya.

Namun Edwin juga bersikeras meminta kakaknya ijin saja dan istirahat.

Akhirnya untuk menengahi perdebatan ini Arven tetap sekolah tapi cuti bekerja.

"Pokoknya janji jangan bekerja dulu. Kalau sampai kakak melanggar aku akan merantai kakak di rumah biar tak bisa kemana mana."

"Iya iya, kakak janji sepulang sekolah langsung pulang." Ucap Arven.

"Syarat lain yaitu aku akan mengantar kakak sekolah. Tak ada penolakan pokoknya aku aka mengantar kakak sampai gerbang dan aku akan menjemput kakak untuk pulang."

"Aku tahu kakak pasti akan diam diam berkerja kalau aku tidak mengawasi."

"Lihat kakak sudah ijin ke bos." Ucap Arven sambil menunjukkan halaman chat dirinya dengan bos tempat dia bekerja.

"Bos kakak memberi ijin cuti 3 hari. Dia menyuruh kakak istirahat dulu." Lanjutnya.

"Baguslah kalau begitu. Tapi nanti aku yang akan menjemput kakak sepulang sekolah." Ucap Edwin.

"Tidak usah, kau belajar saja sebentar lagi akan ada ujian kan. Kakak diantar oleh pacar kakak. Mungkin nanti kita akan mampir dulu ke suatu tempat." Ucap Arven.

"Kalau begitu aku akan bicara dengannya untuk menjaga kakak." Ucap Edwin.

"Terserah kau saja." Ucap Arven.

Setelah sarapan mereka berjalan bersama.

Edwin benar-benar mengantar Arven hingga ke depan gerbang sekolahnya.

"Ingat, kalau ada sesuatu bilang kepadaku jangan dipendam sendiri." Ucap Edwin.

"Iya iya, sekarang kau cepat ke sekolahmu sebelum terlambat." Ucap Arven.

Arven memasuki area sekolah dan tatapan para siswa yang merendahkannya masih ada

Meski sudah sedikit terbiasa tapi hal itu tetap membuatnya tidak nyaman.

Beberapa bisikan siswa masih dapat didengar Arven karena niat mereka sebenarnya memang membicarakannya di depan langsung.

"Lihat, dia masih punya muka buat datang ke sekolah."

"Kenapa sekolah kita menerima orang miskin seperti itu?"

Arven memilih terus berjalan mengabaikan gunjingan itu.

Tiba tiba gunjingan itu berubah menjadi sorakan.

Saat melihat ke belakang Arven menjadi paham.

Di belakangnya ada Ezra dan teman-temannya.

Mereka kebalikan dengan Arven.

Jika Arven dihina karena dia miskin mereka selalu dipuji karena selain tampan dan berbakat di bidang olahraga penampilan mereka juga tampan.

Arven beruntung bisa menjadi kekasih Ezra meski hubungan mereka dirahasiakan setidaknya Ezra bersikap baik hanya pada nya.

Arven memutuskan terus saja berjalan menuju ke kelasnya.

Everyone Has A SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang