Chapter 01

947 69 2
                                    

Author POV

Matahari mulai menurunkan eksistensinya dan bulan bersiap untuk menunjukkan eksistensinya. Namun, sepertinya awan tidak menghendaki hal tersebut.

Dalam suasana malam yang mendung disertai cuaca yang dingin menusuk tulang membuat orang-orang lebih memilih tidak berada di luar rumah.

Pada malam yang sunyi ini di sebuah gedung kosong terdengar jeritan yang memilukan. Jeritan tersebut seolah-olah merupakan jeritan orang yang memohon ingin mati.

Di dalam gedung tersebut terlihat seorang wanita berumur sekitar 25 tahun tampak duduk di kursi dan terikat dengan tali.

Kondisi perempuan itu tampak mengenaskan dengan luka yang melintang sepanjang betisnya dan beberapa jejak pukulan terlihat di kepala, kaki dan tangan perempuan itu.

Jeritan memohon ampun terus ia suarakan untuk lelaki yang mengenakan jaket dengan tudung hitam yang saat ini sedang asyik menontonnya sambil meminum sekaleng soda.

"Ampuni aku, aku mohon lepaskan aku, aku minta maaf." Lirih wanita itu yang mulai kehilangan kesadarannya.

Bugh bugh bugh

"BERISIK BISA DIAM NGGA SIH!!" Tongkat baseball itu terus dihantamkan pada tubuh si wanita.

"AAARRGGH." Wanita itu habya bisa menjerit kesakitan.

"HAHAHAHA!! Menjeritlah sesukamu karena tidak ada yang akan mendengarnya." Ucap pria itu.

Wanita itu merasakan bahwa kesadarannya akan segera hilang.

"Eh, loh jangan pingsan dulu kan kita belum bersenang-senang." Ucap lelaki itu sambil melepaskan ikatan si wanita dan mendorongnya ke lantai.

"AAAGGHHH!!" Jerit wanita itu saat sebuah pisau menggores lengannya.

Seketika kesadaran wanita itu kembali.

"Nah, begitu dong. Jangan tidur dulu. Nanti siapa yang akan menemaniku bermain kalau kamu tidur." Ucap lelaki itu.

"Hiks hiks, ampuni aku.... hiks."

"Karena sudah bangun ayo tante kita lanjut bermain lagi, hehehe."

Setelah itu terdengar sebuah jeritan panjang yang menghiasi tempat itu...

Kondisi wanita itu sekarang sangat mengenaskan dengan berbagai luka sayat di tubuhnya, matanya yang hilang 1 dan beberapa lebam serta kepala yang mengeluarkan darah.

"Yah, tante sudah tidur. Kalau begitu aku pamit pulang duluan, tante. Sudah malam kalau aku telat pulang nanti ada yang mencariku." Ucap laki-laki bertudung hitam itu.

"Oh iya, kalau tante bangun jangan lupa pindah ya. Lantainya dingin, kalau kata mama tiduran di lantai lama lama nanti masuk angin. Aku pulang dulu tante, bye bye. Hihihihi." Sambung lelaki itu.

Lelaki itu mulai berjalan ke luar rumah dan disambut oleh air hujan yang mulai turun. Sambil membenarkan tudung jaketnya ia mulai berjalan melewati gang gang sepi sampai akhirnya sampai ke jalan raya.

Saat sampai di sebuah jembatan yang sepi karena hujan mulai deras ia berhenti sejenak.

"Yah, jaketnya terkena noda. Padahal ini kan jaket kesayanganku. Tante itu main terlalu semangat, hihihi." Gumam lelaki itu sambil melepas jaketnya dan membuangnya ke sungai.

"Noda darah sangat sulit dibersihkan. Lebih baik aku membeli yang baru untuk bermain dengan orang selanjutnya. Hehehehe." Ucapnya sambil tertawa dan berlalu pergi dengan tak menghiraukan badannya yang basah.

<><><><><>

Keesokan harinya

Everyone Has A SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang