Serpihan Keluarga Keruh

26 2 0
                                    

Terik matahari sudah mulai terasakan,mendung sebelah selatan siap menutup cahaya matahari,terlihat gio sedang membuka pintu pagar rumahnya

"Huahhhhhh,nih pintu Napa gak di ganti ganti dah",dengan nada yang marah gio menendang pagar  rumahnya sendiri,"hufthh lama lama ku copot semua pagar nih"

Dengan perasaan marah gio mendadak bingung dengan adik nya yang terbaring pucat di kamarnya "lah ? Dek ? Adek sakit ?" Gumamnya semari menaruh tangannya di kening adiknya,"hemm panas ya"

"Kok kakak pulang cepat ?"

"Dah jangan tanya tanya dulu,jujur adek mandi hujan lagi ?"

"Emmmm,iya deh Adek ngaku,iya adek mandi hujan"

Dengan emosi yang sedikit marah bergumam "dah tau ibuk lagi di luar kota buat beberapa bulan,terus kak lail dah balik lagi di rantaunya,terus kakak sibuk ngurusin sekolah sama kepanitiaan,bisa kan Adek nurut ?"

"Kakak marah ?"

"Iya"

perempuan bungsu itu menahan tangis semari berkata "i-iya kak maaf,Adek buat masalah terus ke kakak,nambahin beban ke kakak,t-tapi adek butuh sosok ayah kak !! ayah kita kemana ? Hah ? jawab !!"

Gio terdiam dengan perkataan Jihan yang sudah mulai menangis.

sedari awal gio sudah tau bahwasanya Jihan mengaguminya sebagai ayah di keluarga itu,Jihan sendiri dari kecil di titipkan kepada nenek dan Kakek,ini di lakukan atas kesepakatan ibu gio dan lail bahwa sahnya cukup mereka bertiga yang mendapat kekerasan,jangan Jihan.

setelah cerai dengan ibu gio,Jihan di kembalikan ke ibunya dan tak lama setelah itu nenek gio meninggal dunia dan di susul 3 bulan setelahnya dengan kakek gio.jadi sedari awal Jihan tidak tau sosok ayahnya seperti apa bahkan mukanya dan namanya dia tidak tau,dia menganggap ayahnya sudah mati.

"Maaf ya dek,kakak salah kakak minta maaf,maaf dah melampiaskan capek kakak ke adek maaf yak, semari menghapus air matanya gio berkata "ayah kita tidak pantas lagi ada di silsilah ini dek,jadi jangan penasaran akan sosok itu,lupakan lah"

"I-iya kak,maaf juga sudah buat kakak repot"

"Dah dah,adek tadi pagi udah makan ?"

"Bloom"

"Ntar ya,Kakak buatin nasgor"

"Iya"

"Nah, udah ya kakak tinggal,Jan nangis lagi"

"Iya kak"semari menggosok matanya

Aku merasa bersalah atas ucapanku kepada Jihan sulit rasanya menjelaskan sosok ayah ke dirinya hufthhh , Ouh Iya Aku sendiri sedikit menguasai di bidang masak,jadi aku bisa menjadi chef dadakan.jihan sendiri suka nasgor buatan nenek,tapi aku tidak bisa membuatkan persis cita rasanya dengan nasgor nenek.

"Baiklah sekarang tinggal masukin bawang,cabe,eh gak usah dah ntar malah jadi tipes"

bunyi wajan dan alat masak lainnya terdengar sampai ke kamar Jihan,baunya harum khas buatan nenek,"duh gusti,kakak ini lagi buat nasgor apa perang,perasaan Ibuk sama nenek gak se-gemuruh ini"

Suara gemuruh wajan mulai hilang,bau harum semakin mendekat

"TA-DAA"

"Woahhhhh,Cepet juga kakak"

"Dah nih"

"Heh?"

"Hah? Ya makan lah"

"Kak adek lagi sakit loh"

"Trus ?"

"Suapinlah,kakak aja pas ibuk sakit kakak kan yang Nyuapin*

"Hufthh,dah sini"

ALFARIZI (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang